"Kamu mau kemana, Ra?" Gadis yang akrab disapa Ara itu menoleh perlahan sembari memakai sepatu talinya. Dengan mengunakan dress selutut, rambut kuncir kuda. Membuatnya terlihat simpel namun tetap cantik.
"Aku mau ke calon sekolahku, hehe. Sebentar saja kok yah. Cuma mau lihat. Boleh ya?" Jawabnya sambil menyunggingkan senyum riangnya.
Pria yang menggunakan kacamata di matanya itu hanya mengangguk pelan. "Hati-hati dijalan." sahutnya kemudian.
Sedangkan gadis itu tersenyum senang kemudian beranjak. Sedikit berlari kecil menuju parkiran mobil dan menyuruh supir untuk mengantarnya.
"Mau kemana, Non?"
"Ke sekolah kak Cakka sama kak Alvin. Valerina High School. Anterin ya Pak!"
"Oke, Non."
Ramah. Gadis itu memang terkenal sangat ramah dikeluarganya. Berbeda dengan kakak-kakaknya yang begitu cuek dan mungkin bisa dibilang tidak pernah menunjukkan senyumnya. Sepertinya gadis itu memang cerminan dari ibunya. Cantik dan ramah.
Ara hanya tersenyum saat mobilnya sudah memasuki pelataran Valerina High School itu.
Kemudian saat mobilnya sudah terparkir rapi di parkiran. Ia pun menginjakkan kakinya turun dari mobil dan segera melangkah masuk ke dalam bangunan berwarna abu-abu itu.
Sesampainya didalam, Gadis itu kini malah terdiam. Bingung. Rupanya gedung sekolah ini cukup luas. Tapi sepi, mungkin ini sudah jam masuk sekolah. Ia pun memutuskan untuk duduk di bangku pada area koridor sekolah itu. Manik matanya mengedarkan pandangan keseluruh sudut sekolah.
Tak lama dari itu, Ia tersenyum simpul lantas kemudian bangkit dari posisi duduknya dan menghampiri papan yang berisi sebuah denah sekolah itu. Beberapa saat kemudian, bunyi bel pun mengaung jelas.
"Ara!" panggil seorang pemuda yang baru saja keluar dari ruang kelas yang berada disamping papan mading tersebut. Ternyata pemuda itu yang tak lain dan tak bukan adalah kakaknya sendiri.
"Ngapain disini?" tanyanya.
"Eh kak. Aku Cuma mau liat aja sekolahnya."
Pemuda yang akrab disapa Cakka itu hanya mengangguk "Mau gue anter? Ya keliling sekolah ini. Gimana?" tawarnya.
Ara nampak berfikir. Kemudian mengangguk saja lantas Cakka pun merangkulnya.
"Kak, anter ke kelas kak alvin dulu dong. Pengen tau dimana kelasnya."
Pemuda itu mengangguk tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Dengan masih merangkul Ara, ia pun menuntun gadis itu menuju ruang kelas Alvin. Anak kedua dari keluarga Nuraga.
"Nih kelasnya. Noh anaknya." ucap Cakka sambil menunjuk pada sebuah kelas disamping kiri mereka kemudian menunjuk sosok pemuda di lapangan yang berada tepat disebelah kanan mereka. Ia tampak sedang asik memantulkan bola basket dan sesekali memasukkannya ke dalam Ring.
Gadis itu tersenyum. "Kak Alviiin!" teriaknya kemudian.
Alvin menoleh sesaat. Ngapain gadis itu disini? Pikirnya. Kemudian kembali asik pada aktivitas awalnya.
Ara tahu betul sikap kakaknya yang satu itu. Alvin sangat dingin padanya. Berbeda dengan Cakka, ia memang terkenal cuek terhadap orang lain. Tapi ia tetap memiliki sisi perhatian pada Ara.
"Kebiasaan deh kakak lo satu itu. Anggap angin lalu aja. Cuek banget." Dumel Cakka dan Ara hanya tersenyum kemudian melangkah mendekati Alvin.
Kini Cakka hanya menyamai langkah adiknya itu. "Kaya lo gak cuek aja!" cibir gadis itu tiba-tiba. Sepertinya gadis itu memang sengaja menyinggung kakak sulungnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Love Story
Teen FictionAra itu... "Anak Haram" katanya. Menyakitkan ya? Dia dibenci oleh kedua kakak laki-lakinya sejak kecil. Tapi semakin dewasa satu kakaknya itu menyayanginya, sekarang hanya sisa satu kakaknya yang masih membencinya. Tapi kebencian kedua kakaknya pada...