"Cha, main sama aku yuk ke taman." Ajak Gabriel tiba-tiba yang menghentikan aktivitas keduanya -Acha dan Rio- sejenak. Rio memandang Gabriel lekat dengan tatapan anak kecil yang tak ingin temannya diambil. Berharap Acha akan tetap tinggal bersamanya.
Gadis berkepang dua itu kini terdiam, sejurus kemudian menatap Rio yang kini tengah berjongkok sepertinya sambil menatapnya datar. "Tapi aku lagi main sama Rio." jawab Acha.
Gabriel merengut. "Sekarang ditaman ada mainan ayunannya loh. Kamu gak mau kesana?" ucapan Gabriel itu membuat Acha kini bangkit dari posisi jongkoknya sambil tersenyum ke arah Gabriel. Sedangkan Rio menatap mereka diam dengan ekspresi lesu.
Rio masih saja diam. Kini Acha meraih tangan Gabriel sambil menarik tangan itu. "Ayuk kesana." Tariknya paksa. Tak memperdulikan Rio yang masih dengan posisi berjongkok sambil menengadahkan kepala menatap keduanya. Tak lama keduanya pun berlalu cepat.
Dipersimpangan jalan, Gabriel menghentikan langkahnya saat ada bola yang menggelinding ke arahnya. Gabriel tersenyum kemudian menatap Acha sebentar. "Cha bentar ya, tunggu sini. Aku mau kesana. Anter ini ke pemiliknya." Pesan bocah laki-laki itu. Acha mengangguk saja.
Sejurus kemudian Gabriel menyebrang jalanan dan memberi bola tersebut pada pemiliknya dilapangan seberang jalan. "Makasih ya." kata salah satu bocah laki-laki yang sedang dilapangan sana. Gabriel mengangguk. Gabriel membalikkan badan kemudian melihat Acha diseberang sana yang masih diam menatapnya.
Gabriel tersenyum kemudian memberi isyarat pada Acha agar menghampirinya. Gadis itu melirik sebentar ke arah kanan dan kiri jalan. Menunggu suasana cukup sepi. Tapi naas, Acha cukup lengah karna tak memperhatikan bagian kanan terlalu jelas. Ada sebuah mobil yang tiba-tiba saja melaju kencang, kehilangan kendali.
Tangan Gabriel bergetar hebat. Ini salahnya. Ya ini salahnya yang menyuruh Acha untuk menyebrang jalan sendirian. Gabriel terjatuh meringkuk dipinggir jalan. Melihat kondisi sahabat kecilnya itu tergeletak tak berdaya ditengah jalan dengan berlumuran darah ditubuhnya. Tak berniat sedikitpun ia untuk menghampiri Acha yang tergeletak. Kakinya tak cukup kuat menahan getaran yang membuatnya lemas. Tak bisa menggerakkannya sama sekali.
***
Gabriel merutuk sendiri. Kepalanya pening, sangat mengganggu aktivitasnya kali ini. Pemuda itu memilih untuk membaringkan tubuhnya di ranjang. Ada bayangan aneh yang melintas dipikirannya.
Gadis berkepang dua? siapa gadis itu? otak gabriel semakin terganggu, sekeras mungkin pemuda itu berusaha mengingat apa yang ia rasakan. Itu masa lalunya kah? Gabriel terus merutuk kesal. Kenapa kepalanya ini? sebenarnya apa yang terlintas dipikirannya? Masa lalunya kah? Lalu.. gadis itu siapa? ia terus bertanya dalam hati.
"Acha.." Tiba-tiba saja nama itu terucap olehnya. Acha? ya, itu sepertinya nama gadis tadi. Lalu siapa Acha dalam masa lalunya? Gabriel masih terus berusaha mengingatnya.
Cukup lama berusaha mengingat semuanya, Gabriel kini menyerah. Sekarang berusaha untuk tak memikirkan bayangan-bayangan tadi. "Gab, kau baik-baik saja kan?" tanya seorang wanita yang membuyarkan pikirannya sejenak.
Gabriel menggeleng. "Tak apa. Hanya sedikit pening." Jawabnya.
"Kalau begitu istirahat saja. Mama pergi dulu ya." Akhirnya wanita itu pergi begitu saja meninggalkan Gabriel yang masih berbaring diranjangnya.
***
Apa salah jika ia kembali? Salahkah dia jika berusaha kembali menyapa masa lalunya? Tunggu, bukan maksudnya untuk merusak kehidupan orang lain itu, tapi hanya saja menyadarkan semua orang bahwa ia masih disini, masih bersama mereka di dalam dunia yang sama. Belum sepenuhnya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Love Story
Novela JuvenilAra itu... "Anak Haram" katanya. Menyakitkan ya? Dia dibenci oleh kedua kakak laki-lakinya sejak kecil. Tapi semakin dewasa satu kakaknya itu menyayanginya, sekarang hanya sisa satu kakaknya yang masih membencinya. Tapi kebencian kedua kakaknya pada...