Chapter - 21

1K 46 2
                                        

Acha mematung, ia berdiri dengan kedua kruknya. Namun, saat ini tubuhnya bergetar, rasanya sudah tidak kuat menopang tubuhnya sendiri dengan kruk itu.

Dihadapannya. Di depan matanya. Hanya berjarak sekitar 15 meter dari tempatnya berada, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Rio dan Ara...

Hampir saja tubuhnya tumbang, tapi sebuah tangan menahan tubuhnya. Kemudian membopongnya menjauh dari tempat tersebut. "Gab..."

Gabriel meletakkan Acha untuk duduk di sebuah kursi di dekat ruang kamarnya "Cha, nggak usah dipikirin yang kamu lihat tadi."

Acha menarik nafas dalam sambil mengangguk "Ya, aku nggak pa-pa," katanya kemudian tersenyum lebar.

Namun, kejadian tadi masih memutar di otaknya. Rio mencium gadis itu. Mereka berciuman. Tidak salah lihat kan dirinya?

♛♛♛

Keesokan paginya...

Ara terdiam duduk di pinggiran ranjangnya. Kemudian meraba bibirnya. Semalam itu bukan mimpi kan? Ah bahkan sampai sekarang ia masih tak mempercayai kejadian itu.

Mario
Good morning.
Ayo bangun, sarapan dulu.

Kini Ara menatap layar ponsel yang menyala di pangkuannya, membaca sederet pesan itu lalu tersenyum. Kemudian melirik ke arah Keke yang masih memoles make-up tipis di wajahnya. "Ke, disuruh keluar. Kita sarapan."

"Iya bentar, ini sebentar lagi selesai," sahutnya. Ara pun mengangguk sambil mengetik balasan pesan untuk Rio.

Iya, Sebentar..
-Sent-

Dan setelah Keke selesai, mereka berdua pun keluar dan menghampiri semuanya yang sudah berkumpul di satu meja.

"Lama banget, Ra.." ujar Cakka yang tengah mengaduk teh hangatnya.

"Kan nungguin Keke. Tadi emang kita juga agak kesiangan juga sih."

Keke mengangguk "Iya, kesiangan. Kalau Ara nggak bangunin duluan, mungkin kita sekarang masih tidur," ujarnya.

Rio menoleh ke arah Ara lekat "Tadi malem, tidurnya kemaleman ya?" tanyanya dan Ara mengangguk pelan. Bagaimana tidak kemaleman? Ia tidak bisa tidur karena kejadian semalam. Ah memalukan ya? Namanya juga pertama kali. First kiss...

"Ngapain aja?" tanya Rio.

Rio ini! Apa ia tidak mengerti bagaimana menjadi Ara? Apa dia semalam tidur nyenyak? Bagaimana bisa dia seperti itu setelah mencium Ara. "Aku nggak bisa tidur."

"Oh ya udah, kamu sekarang mau makan apa? yang lain pada pesen nasi bakar, kamu mau juga?"

Ara mengangguk sambil tersenyum "Iya, biar sekalian."

"Ke, lo mau makan apa? Biar gue pesen, kalau yang lain sih pada nasi bakar. Lo mau juga?"

"Ya udah deh. Samain aja."

"Ya udah, bentar gue pesen dulu," Rio pun beranjak pergi meninggalkan meja tersebut.

Kini Ara mengedarkan pandangannya, Gabriel tengah menatapnya. Pandangan itu tidak seperti biasanya. Seperti ada raut kecewa dalam tatapannya, tapi kenapa? Melihat Gabriel menatapnya Ara hanya bisa tersenyum tipis, entah untuk apa ia tersenyum seperti itu.

Teen Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang