Jadikanlah ini awal dari segalanya.
***
Ara. Gadis itu sedang terpaku pada cermin dihadapannya sembari memakai sebuah bandana putih dikepalanya.
Sesaat setelah itu, ia terdiam. Masih memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Okay sudah rapi, Gumamnya.
Merasa siap untuk menghadapi hari awal disekolah, ia pun segera melangkah keluar kamar dengan riangnya menuju ruang makan.
Disana sudah terlihat kedua kakaknya yang tengah bersiap untuk makan pagi bersama.
"Pagi kak!" sapanya ramah. Ia pun ikut duduk dan melahap roti yang tersedia dimeja makan.
Cakka tersenyum. "Ciie cantik banget adek gue. Haha.. mau berangkat bareng?"
Ara yang masih mengunyah roti pun menoleh. Lantas tersenyum dan mengangguk "Boleh. Hehe.." jawabnya.
Setelah gadis itu menyelesaikan makannya. Ia pun meraih segelas susu yang tersedia dan meneguknya dengan cepat. Tak lama dari itu kedua kakaknya pun juga sudah menyelesaikan makannya.
Ara sudah berjalan terlebih dahulu menuju halaman depan dan kini ia sedang memakai sepatunya. Sedangkan Alvin dan Cakka baru saja keluar rumah dan hendak mengenakan sepatunya saat Shilla telah selesai.
Kemudian Alvin sudah terlebih dulu selesai memakai sepatunya dibandingkan dengan Cakka. Ia pun bersiap menuju cagiva hijaunya.
"Udah. Lo bareng gue aja, Ra. Si cakka lama. Lagian dia kalo bawa motor kaya orang cacingan." katanya.
Cakka yang mendengar ucapan Alvin itu kini merengut. "Eh, bilang aja kalo lo mau nganterin Ara. Gak usah bawa-bawa gue juga kali." katanya dan Ara hanya memperhatikan keduanya diam.
Ara pun mempertimbangkannya. "Gausah kak. Gapapa aku sama kak Cakka aja." katanya sambil tersenyum.
Alvin pun mengangguk. Tanpa basa-basi lagi Alvin pun segera menaiki cagivanya "Gue, duluan ya" pamitnya pada kakak dan adiknya yang masih diam ditempat.
Ara mengangguk sembari tersenyum. Pemuda yang menjadi anak pertama di keluarga Nuraga itu pun ikut mengangguk dan tersenyum.
Tak lama kemudian Cakka sudah siap dan melangkah menuju tempat cagivanya terparkir. sedetik kemudian, Ara mendekat lalu menaiki cagiva milik Cakka dan tak lama dari itu juga cagiva hijau itu sudah melesat membelah jalanan. Menuju sekolah mereka.
Ara tiba-tiba mengulas senyum saat motor yang dikendarai Cakka itu sudah memasuki pelataran Valerina High School. Pemuda yang menyadari adiknya itu tersenyum ia pun ikut tersenyum. Samar.
Sesampainya di Parkiran. Ara pun turun dan menyodorkan helm yang dipakainya ke hadapan Cakka. Sedangkan Cakka membuka helm nya terlebih dahulu sebelum meraih helm yang disodorkan oleh Ara. "Thanks ya kak!" ucap gadis itu. Cakka hanya mengangguk pelan.
Mereka tak menyadari bahwa banyak mata kini tengah memandang ke arah mereka dengan beribu pertanyaan. Siapa dia? Bagaimana bisa ia berangkat bersama Cakka? Kira-kira begitulah yang dipikirkan oleh semua siswa dan siswi sekolah itu.
Cakka melangkah masuk terlebih dahulu saat Ara masih terlamun. Sesaat kemudian gadis itupun tersadar dari lamunanya dan segera memasuki gedung sekolah menuju ruang kepala sekolah terlebih dahulu.
Selama ia menelusuri koridor. Semua memandang ke arahnya. Sama seperti orang-orang di luar tadi. Ada apa ini? Ada yang salah dengannya? Hingga semua memperhatikannya.
Namun, itu tak sama sekali digubris oleh Ara. Tujuannya hanya satu. Menemui kepala sekolah, menanyakan ruangan kelasnya, dan mengambil buku-buku pelajarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Love Story
Teen FictionAra itu... "Anak Haram" katanya. Menyakitkan ya? Dia dibenci oleh kedua kakak laki-lakinya sejak kecil. Tapi semakin dewasa satu kakaknya itu menyayanginya, sekarang hanya sisa satu kakaknya yang masih membencinya. Tapi kebencian kedua kakaknya pada...