Chapter - 15

1K 50 7
                                        

Ara terdiam. Gadis itu kini termenung sendiri, sedikit-sedikit menoleh ke arah wanita yang dihadapannya. Kenapa harus ada kisah seperti ini? katanya dalam hati. Sesak tiba-tiba saja memenuhi rongga paru-parunya. Dan kenapa juga takdir tak pernah berpihak padanya? kenapa takdir dan keinginannya selalu bertolak belakang? kenapa?

Kenapa Tuhan terlalu menyiksanya ? Tak tahukah Tuhan bahwa hatinya kini sudah sangat rapuh? Tak tahukah Tuhan bahwa ujiannya selama ini sudah hampir melewati batas kemampuannya? Tak bisakah penderitaannya berakhir sekarang juga? Serunya dalam hati. Sesak itu masih sangat terasa. Bahkan semakin bertambah.

"Are you okay?" seru seorang pria berkacamata dihadapannya. Andreas. Pria itu kini menatap Ara dengan tatapan herannya. Dengan cepat Ara mengangguk, mencoba meyakini mereka bahwa ia tak apa-apa.

"Apa yang sedang dipikirkan olehmu?" kini giliran wanita disamping pria tadi yang bertanya. Kali ini Ara menggeleng.

"Tidak ada." Jawabnya singkat.

"Kau tidak bisa berbohong pada kami, Tiara." Kata wanita itu –lagi-. Ara kini semakin terpojok, gadis itu semakin bingung.

Haruskah ia jujur? bahwa ia tak menginginkan semua itu terjadi. Tapi, Ara masih menggeleng.

"Oh ya, minggu depan kalian akan bertemu." Lanjutnya.

Ara mengulum bibir. "Kalau seandainya aku tidak suka, bagaimana? boleh menolak kah?" Ujarnya.

Wanita bernama Melisa itu menggeleng. "Rasa bisa tumbuh jika terbiasa kok. kamu bisa jalani dulu. pasti seterusnya rasa itu bisa ada." Katanya lagi. Diiringi anggukan dari Andreas. Kali ini Ara memilih untuk menurut saja.

Sedangkan Cakka diam sembari mendengarkan percakapan itu. Dalam hati ada rasa kesal juga terhadap Melisa, kenapa ia terlalu memaksakan perjodohan yang direncankannya itu? bilangnya sayang tapi sama saja menyiksa anaknya sendiri dengan perlahan.

***

Rio mendengus. Sedari tadi yang dilakukannya hanya memainkan gadget kesayangannya, tak ada perubahan. Biasanya, ia masih bisa menghubungi gadisnya. Tapi sekarang? bahkan hubungannya sedang tidak sempurna. Bahkan yang lebih memuakkan, ia harus menerima kenyataan bahwa masa lalunya kembali hadir kedalam kehidupannya.

Andai saja Acha tak kembali, tak akan menjadi rumit seperti ini. Memang dulu ia mengharapkan gadis itu kembali. Tapi sekarang? bahkan untuk memikirkannya saja tak sanggup, Ada gadis lain yang akan tersakiti nantinya. Tapi, Acha malah kembali menguak semuanya dan hampir memusnahkan hubungannya. Laknat! tukas Rio.

Sangat memuakkan. Baru saja ia merutuk kesal dalam hati, ternyata sosok dua gadis yang kemarin kembali datang entah untuk apa. Tak cukupkah mereka membuatnya muak?

Kedua gadis itu tersenyum, disambut senyuman juga oleh Keke yang tengah duduk disamping Rio. Sedangkan Rio malah melayangkan tatapan sinis pada mereka yang baru saja melangkah masuk kedalam.

"Sorry kita dateng lagi. Abisnya bete dirumah. Gak apa-apa kan?" tanya Ify yang baru saja duduk disofa samping Keke. Berasa rumah sendiri. Cih! Tak tau malu. Dumel Rio.

Acha sedikit melirik ke arah Rio yang sedang menatapnya sinis. Dengan cepat gadis itu menunduk. Tatapan Rio sungguh membuatnya takut. Rio tak pernah seperti ini sebelumnya.

"Berhubung liburan. Gimana kalo kita ke pantai rame-rame?" usul Ify. diangguki oleh Acha.

Keke tersenyum. "Boleh. Mau ya yo? Gue bete dirumah terus." Kata Keke memohon pada Rio. Kenapa dua gadis itu membuatnya semakin muak? apa rencana mereka setelah ini?

Akhirnya Rio hanya mengangguk. Di balas senyuman senang oleh Ify, Acha dan Keke. Sedangkan Patton yang sedari tadi didiamkan merasa terabaikan. "Gue ga diajak nih?" Akhirnya ia bersuara.

Teen Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang