Valerina High School. Tulisan itu terpampang jelas pada gerbang dan gedung dihadapannya kini. Perlahan. Mobil yang ditumpangi gadis itu berjalan masuk kedalam dan mendarat parkir tepat didepan gedung. Seulas senyum pun terpancar dari wajah cantiknya.
Kali ini, ia memang memilih untuk berangkat sendiri menggunakan mobil dengan supir pribadi daripada berangkat bersama kakak-kakaknya menggunakan motor.
Semua mata. Kini memandang pernuh padanya. Gadis itu hanya mendelik lalu mengedikkan bahunya. Melewati semua pandangan itu dengan berusaha bersikap biasa saja.
Lantas, saat baru saja langkah pertamanya memasuki ruang kelas. Ia terhenti. Memandang sosok pemuda yang tengah memejamkan matanya dengan menggunakan sebuah earphone. Di pojok kelas.
Degh. Gadis itu sedikit gugup. Apa ini? Batinnya. Kemudian, setelah merasa siap. Ia pun segera menghampiri mejanya. Dan duduk disamping pemuda tadi.
Pemuda itu tiba-tiba saja membuka matanya dan melepaskan earphonenya seketika ia sudah duduk.
Rio tahu betul. Gadis itu sedang memperhatikannya dengan lirikannya. Ada apa gadis itu? ia terlihat nampak beda hari ini.
"Ngapain lo ngeliatin gue? Suka?" Ketusnya saat memergoki Ara tengah memperhatikannya yang kali ini bukan dengan lirikan.
Gadis itu menggeleng. Entah kenapa, dihadapan pemuda itu kini membuatnya semakin gugup.
Secepat mungkin pun ia melangkah keluar kelas -entah untuk apa- tapi sepertinya hanya ingin menghindar dari pemuda itu sejenak.
"Cewek aneh.." Gumam Rio.
Sedetik kemudian ia memasangkan kembali earphone yang tadi sempat dilepasnya. Ia juga kembali memejamkan matanya dan menelungkupkan kepalanya pada kedua tangannya yang terlipat diatas meja.
Gadis itu masih berdiam diri didepan kelas. Matanya masih saja melirik pemuda yang sedang asik dengan pendengarannya itu.
Ia mengatur nafas. Rasanya jatuh cinta itu cukup merepotkan. Apalagi, jantungnya berdetak abnormal seperti tadi. Membuatnya semakin gugup untuk berhadapan dengan pemuda tadi.
"Heh. Ra. Ngapain lo didepan kelas?" kata seorang gadis yang baru saja datang menghampirinya itu.
Ara tersenyum, kemudian menggeleng. Diliriknya lagi pemuda tadi yang berada di dalam kelas. Lalu terdiam.
"Lo kenapa Ra? Masuk yuk. Bentar lagi bel bunyi." Lanjut Sivia.
Ara hanya mengangguk menuruti perkataan Sivia -sahabatnya- tadi.
Dalam kelas. Ara melangkahkan kakinya. Mencoba terbiasa dengan pemuda itu.
"Heh..Pr Ipa lo udah belum? Nyontek dong." Ucap Rio saat Ara baru saja duduk dibangkunya.
Ara mendesah, kemudian menurut saja terhadap perkataan Rio barusan. Dengan sigap ia merogoh tasnya, mengeluarkan buku tulis dalam tasnya. Lalu menyodorkannya pada pemuda tadi.
"Thankyou." Ujar Rio.
Ara hanya mengangguk."Cepetan nyatetnya. Keburu gurunya dateng.." Ujar Ara.
Rio mengangguk. Ia pun mempercepat gerakan menulisnya. Dalam diam, Ara terkekeh. Rio menulis secepat itu. Tulisannya saja entah berbentuk entah tidak yang jelas tulisannya -agak- tidak terbaca.
"Tulisan lo kaya cakar bebek." Ejek Ara.
Rio menoleh. Melototkan matanya lantas melanjutkan kembali acara -me-nya-lin- PRnya. Karna semalam, Ia menghadiri sebuah acara yang sangat padat sehingga tidak sempat mengerjakan tugas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Love Story
TienerfictieAra itu... "Anak Haram" katanya. Menyakitkan ya? Dia dibenci oleh kedua kakak laki-lakinya sejak kecil. Tapi semakin dewasa satu kakaknya itu menyayanginya, sekarang hanya sisa satu kakaknya yang masih membencinya. Tapi kebencian kedua kakaknya pada...