"Ra! Gimana keadaan Rio?" Gabriel yang baru saja tiba di rumah sakit langsung menghampiri gadis itu.
Ara hanya menggeleng sambil menggigit bibir bawahnya, "Dokter masih periksa di dalam. Tante lagi coba hubungin Om."
Gabriel mengangguk lalu mengusap pundak Ara, walau sebenarnya ia juga panik tapi ia masih sempat mencoba menghibur Ara.
"Ra, soal sekolah kamu, itu gimana?"
Ara menggeleng, "Nggak pa-pa kak. Lagian aku nggak lagi ujian. Soal pelajaran yang nanti ketinggalan, aku bisa tanya temen sekelas."
Gabriel tersenyum lalu tak lama setelah itu sang Dokter pun keluar dari ruangan dimana Rio berada itu. "Dia memiliki kanker otak stadium dua. Kalian sudah mengetahuinya? Karna kelihatannya dia sudah pernah melakukan kemoterapi."
Gabriel langsung mengangguk, "Ya, kami juga baru mengetahuinya satu bulan yang lalu. Dia memang sudah melakukan kemoterapi di Indonesia dan juga di rumah sakit ini."
"Siapa dokter disini yang melakukannya?"
"Dr. Lucas. Dia dokter yang merawat adik saya."
Dokter itu mengangguk, "Aku akan membicarakan ini dengan Dr. Lucas. Karna sepertinya kita harus melakukan pembedahan otak."
Ara membelalakkan matanya, "Apa maksudmu dia akan segera di operasi?"
"Ya tentu. Dia harus segera di operasi. Dan Dr. Lucas adalah dokter bedah otak yang sangat berpengalaman. Kita harus segera melakukannya sebelum kankernya memasuki stadium tiga."
Ara mengulum bibirnya sambil menatap Gabriel, lalu ia bertanya pada Dokter itu lagi, "Apa pembedahan otak itu akan menyelamatkannya? Apa kankernya akan hilang?"
"Kami tidak tahu apa itu benar-benar akan menghilangkannya. Tapi kami akan berusaha sebaik mungkin dengan menggunakan Dokter terbaik yang kami miliki."
"Kami harus mendiskusikannya dengan keluarga kami dahulu." Sahut Gabriel.
Dokter itu mengangguk, "Ya baiklah, saya juga harus berbicara dengan Dr. Lucas dahulu. Oh ya, kalian bisa menjenguknya tapi harus satu per satu. Saya permisi." Ia pun berlalu.
Tak lama dari itu Ibu dari Gabriel dan Rio itu datang bersama dengan suaminya. "Bagaimana?" Tanyanya.
Gabriel menatap kedua orang tuanya, "Dokter bilang kalau sepertinya Rio harus di operasi."
"Operasi?" Ulang Ibunya.
Gabriel mengangguk, "Ya, tapi dokter akan membicarakannya dulu, lalu mereka akan mengabari kita lagi."
"Lalu bagaimana dengan Rio?" Tanya Ayahnya.
Ara menatap pria itu, "Rio masih belum sadar Om. Kata dokter boleh masuk tapi satu per satu."
"Ara kamu masuk aja duluan." Ucap Gabriel.
Ara menatap kedua orang tua Rio lalu menatap Gabriel juga kemudian ia mengangguk dan langsung masuk ke dalam ruangan Rio.
Sampai di dalam Ara langsung duduk di bangku yang ada di samping ranjang, ia pun memegang tangan Rio sambil menahan airmatanya sekuat mungkin.
"Yo.. aku disini."
◎◎◎
"Rio masih belum sadar, Ra?"
Ara mengangguk, "Iya, dia belum sadar." Jawabnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Love Story
Teen FictionAra itu... "Anak Haram" katanya. Menyakitkan ya? Dia dibenci oleh kedua kakak laki-lakinya sejak kecil. Tapi semakin dewasa satu kakaknya itu menyayanginya, sekarang hanya sisa satu kakaknya yang masih membencinya. Tapi kebencian kedua kakaknya pada...