"Kakak yang namanya kak Rio ya?"
Rio mengernyit menatap gadis berambut hitam dihadapannya itu kemudian mengangguk "Hm." sahut Rio sekenanya.
"Kakak dipanggil Pak Hardi di ruang guru." tutur gadis itu lagi, gadis itu ditemani dua orang temannya yang saling bersenggolan sambil berbisikan sedari tadi. Sepertinya membicarakan ketampanan kakak kelas dihadapan mereka.
"Oh, ya udah." Rio pun melengos pergi, meninggalkan helaan nafas panjang pada gadis yang berbicara padanya tadi.
"Gila, cuek bener.." ucap gadis lain disana, yang bukan berbicara dengan Rio tadi.
Sedangkan Rio kini sudah berada di ruang guru, menatap pak Hardi yang sedang duduk dihadapannya. "Rio, kamu punya band kan? Bisa nggak nanti band mu tampil di acara sekolah?"
Rio mengernyit "Acara apaan pak?"
"Acara pensi sekolah bulan depan."
Rio nampak berfikir namun setelah itu ia menghela nafas "Saya nggak tahu pak, soalnya kan bagian dari band saya ada Cakka dan Gabriel yang baru lulus kemaren, jadi mana bisa.."
"Band saya cuma tinggal vokalnya, drum sama piano, pemain gitar sama bassnya nggak ada." lanjutnya.
Pak Hardi nampak ikut berfikir juga, jadi bagaimana? "Pokoknya kamu pikirin dulu, sebisa kalian gimana dan kalau perlu nyari personil baru ya nggak pa-pa."
Rio memutar bola matanya kemudian mengangguk, ia harus bertanya dulu pada Ara dan Ray tentang ini. "Ya udah deh pak, saya pikirin dulu."
"Hm, ya sudah, kamu bisa kembali ke kelas."
Rio mengangguk kemudian setelah mengucapkan salam dan pamit, ia pun meninggalkan ruangan guru tersebut dan kini melangkah menuju kelas Ara, karna Ara dan dirinya sudah berbeda kelas sekarang.
"Eh!" Rio menepuk pundak seorang pemuda yang baru saja akan masuk ke dalam kelas dihadapannya itu. Ia menahan pemuda itu untuk masuk.
Dan pemuda itu menyahut "Apa?"
"Ada Ara nggak? Panggilin dong!"
Pemuda tadi nampak mengernyit kemudian menengok ke dalam kelasnya "Ara! Ada yang nyari niiih!" serunya setelah itu.
'Siapa?'
Rio mendengar jelas suara sahutan gadinya itu, dan ia hanya bisa tersenyum dan ikut melongokan kepalanya ke dalam kelas, dan sesaat setelah itu Ara tersenyum dan beranjak menghampirinya. "Ada apa?"
"Sini dulu.. Duduk." kata Rio sambil menarik tangan Ara ke sebuah bangku kayu panjang yang berada di depan kelas.
Setelah Ara menuruti perintahnya tadi, Rio pun memulai pembicaraannya "Ra, bulan depan ada pensi sekolah, band kita disuruh isi acara."
"Wah.. Bagus dong.."
Rio mencibir "Bagus sih, tapi emangnya kamu nggak inget? Personil band kita tinggal tiga orang karna Cakka sama Gabriel udah pergi kan."
Ara mendengus "Oh iya... Terus gimana? Kamu nolak tawaran itu?"
Rio menggeleng kecil "Aku belum jawab, menurutmu gimana?"
"Akustikan aja, atau yang pake piano aja.."
Rio mendengus "Bukan band dong.."
Ara mengerucutkan bibir "Iya, yang penting tetep kamu yang nyanyi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Teen Love Story
Ficção AdolescenteAra itu... "Anak Haram" katanya. Menyakitkan ya? Dia dibenci oleh kedua kakak laki-lakinya sejak kecil. Tapi semakin dewasa satu kakaknya itu menyayanginya, sekarang hanya sisa satu kakaknya yang masih membencinya. Tapi kebencian kedua kakaknya pada...