Sejak liburan bareng kemarin, rasanya ada percikan seperti kembang api dalam hati yang membuatku terasa hangat dan menimbulkan pijar bahagia. Meskipun rasa gugup masih menyelimutiku saat harus dekat dengannya namun ada riang tersembunyi yang mampu membuatku ingin selalu tersenyum. Aku bahkan seperti bukan diriku bila bersamanya. Aku terpaksa bersikap dingin padanya hanya untuk menutupi degup jantungku yang mungkin saja bisa terdengar olehnya. Aku berusaha secuek mungkin dengan kehadirannya namun ada-ada saja alasan yang mampu membuat perhatianku teralihkan olehnya. Meskipun terkadang aku harus menolak kehadirannya tapi tetap saja hati ini seakan berontak untuk melihat wajahnya yang begitu meneduhkan. Terkadang aku harus memperingatkan diriku sendiri untuk sadar dengan rasa ini. Namun rasa gelisah mulai menyerangku, aku takut tak mampu lagi menahannya lagi, aku takut bila egoisku untuk memilikinya makin melunjak. Aku ingin menghilangkan rasa ini namun sepertinya dia lebih kuat dari yang aku bayangkan.
**********************************
"Nata...sedang apa di sini......???" sayup-sayup terdengar suara merdu yang memanggil namaku, membuatku harus menoleh dari sumber suara tersebut
"Eh....Ka' An....!!" karena merasa terkejut aku segera berdiri dari tempat dudukku dan tanpa sengaja menyenggol kopi yang baru saja ingin kuminum hingga tumpah mengenai baju yang kupakai. Iyya saat ini aku sedang nongkrong di sebuah cafe sekalian merilekskan diri dari jadwal kuliah yang makin menggila.
"Shit...shit....shit...!!!" umpatku sambil mengibas-ngibaskan bajuku yang terkena tumpahan kopi karena merasakan panas sampai ke dalam
"Kamu ga apa-apa....???" sekilas rasa cemas terukir di raut wajahnya
"Hm..ah..iy..iyya ka'..." lagi-lagi rasa gugup menyerangku
"Goblok...goblok......ga harus gugup begini juga kali..." rutukku dalam hati , belum lepas rasa gugup yang kualami tiba-tiba kurasakan ada yang membersihkan bajuku yang kotor.
"Ya....Tuhan...ujian apa lagi ini....???" batinku setelah sadar kalau dari tadi Andini sudah ikutan membersihkan bajuku. Seperti orang kerja bakti saja, benar kata orang di balik sebuah musibah akan ada hikmah tersembunyi. Ah...segitu kentaranya kah perasaanku ke dia sampai-sampai secangkir kopi pun ingin menolongku. Kalau harus tersiram kopi baru bisa merasakan perhatiannya aku rela setiap hari juga tidak apa-apa.
"Udah agak mendingan....??" dengan nada cemas dia mengarahkan pandangannya ke padaku yang membuatku harus menelan ludah melihat kecantikannya yang sangat dekat. Bisa-bisa aku tidak tidur lagi malam ini, melihat dia dari jauh saja bisa membuatku insomnia apalagi kalau sedekat ini
"Oh..udah ga apa-apa kok kak..." ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala, dan sesekali merapikan bajuku yang masih terlihat noda kopinya. Risih rasanya harus pakai pakaian kotor seperti ini namun apa daya aku tidak punya baju cadangan.
"Hmm..kak....makasih ya udah bantu bersihin...." aku memamerkan senyum tulusku padanya, sepertinya image coolku saat ini entah sedang mengembara kemana
"Iyya sama-sama.......btw kamu manis juga kalau senyum...." terlihat rona merah di ke dua pipinya
"Whattt...??? dia muji aku..ada apa dengannya...???"lagi-lagi aku hanya bisa menanyakannya dalam hati
"Aishh.....ka' An bisa aja...." sambil kugaruk bagian belakang leherku. Jujur malu banget mendengar pujian dari orang yang kamu kagumi.
"Silahkan duduk kak....." ujarku refleks menarikkan kursi untuknya
"Ah iyya....thanks ya....tumben sendiri...??" dia mengedarkan pandangannya seakan sedang mencari sesuatu
"Oh...itu Val sama Ade' masih dijalan...ini aku lagi nunggu mereka...." kulihat ada sedikit perubahan di wajahnya yang aku tidak mengerti.