Andini
Jahat....sepertinya kata itu memang pantas untuk diriku yang tega mengecewakan orang yang telah tulus memberi perasaanya untuku. Sungguh munafik bila aku mengatakan tidak memiliki rasa yang sama untuknya namun aku hanya orang biasa yang tidak punya keberanian seperti dirinya. Aku masih terbalut dengan rasa takut untuk menentang ketentuan Tuhan. Seandainya saja dia berasal dari kaum Adam tentu tak akan sesulit ini. Pasti dengan mudahnya aku akan membalas perasaannya meskipun ku masih memiliki Bagas. Sangat banyak yang jadi pertimbanganku bagaimana tanggapan keluargaku nantinya, bagaimana pandangan orang tentang hubungan yang tak lasim ini. Aku tidak akan pernah sanggup untuk menerima kenyataan itu hingga kuputuskan untuk menolak perasaan ini sendiri meskipun itu artinya aku harus menangung rasah perih dan sakit ini. Penyesalan..?? itu sudah pasti, aku menyesal kenapa aku tidak bisa seberani dia untuk membalas cintanya meskipun kami sama-sama dari kaum Hawa. Bahkan rasanya aku ingin menyalahkan takdir yang seakan mempermainkan perasaan kami. Kalau memang cinta ini terlarang kenapa harus ada....?? pengecut sepertinya gelar yang cocok untukku orang yang lebih memilih mengalah sebelum berjuang
Sejak kejadian itu hubungan kami memang tak seakrab dulu lagi. Bukannya dia yang menjauhiku justru dia masih mau menyunggingkan senyum dan menyapaku saat kami bertatap muka. Tapi itu semua karena aku yang selalu menghindarinya, bahkan dengan tega memmpertontonkan kemesraanku dengan Bagas di depannya.
"Ka An....." kurasakan seseorang melepaskan headset yang dari tadi terpasang ditelingaku membuatku harus membuka mataku
"Nata..?? ngapain kamu di sini??" ucapku dengan sinis
"Maaf kalau aku ganggu, tadinya aku mau temanin kakak yang sendirian di sini" ucapnya terlihat raut kecewa di wajahnya sungguh membuatku merasakan kesakitannya
"Tidak perlu..lagipula aku disini sedang menunggu bagas..." aku berpura-pura mengutak atik handponeku, aku sungguh tak sanggup melihat wajahnya
"Ya udah kak, aku duluan kalau gitu" aku berhenti mengutak-atik handponeku saat ku lihat dia menghentikan langkahnya
"Oh iyya...kakak tidak perlu khawatir dan terus menghindar dariku,aku tidak akan pernah memaksakan rasa ini pada kamu. Iyya aku sadar diri dan aku mengerti dengan keputusan kakak lagipula aku akan sangat bahagia bila kakak mendapat kebahagiaan meskipun itu berarti harus dengan orang lain..." hatiku tertohok mendengar kata-katanya, tanpa kompromi air mataku keluar begitu saja dan bodohnya aku harusnya menahan kepergiannya namun nyatanya aku membiarkannya makin menjauh dari pandanganku bahkan mungkin saja dari kehidupanku. Sepertinya takdir memang tidak menginginkan kami bersama, seandainya aku punya keberanian meski secuil mungkin ceritanya akan berbeda.
**********************
Ardiah
Akhir-akhir ini aku memang sangat di sibukkan dengan jadwal kuliah ditambah lagi aku memutuskan untk menjadi asisten lab. Sebenarnya jadi asisten lab hanyalah alasan semata agar aku bisa menghindari Nata. Bukannya aku tak ingin beteman dengan dirinya lagi akan tetapi aku tak sanggup melihat kedekatannya dengan Andini. Cemburu..?? iyya aku cemburu bahkan sangat cemburu dengan mereka berdua mungkin dengan menyibukkan diri aku bisa mengendalikan rasa cemburuku yang makin hari makin kuat.
Meskipun rasa kasihan sering muncul dalam hatiku bila melihat Nata yang sepertinya kebingungan melihat perubahan sikapku namun aku masih acuh padanya. Seringkali dia mengajakku untuk pergi atau pulang bersama dan sesering itu pula aku menolaknya dan kesibukan sebagai asisten lab lah yang jadi kambing hitam. Rindu..?? tentu saja aku sangat rindu dengan dirinya, rindu dengan senyumnya, rindu dengan dirinya yang cuek namu perhatian, rindu dengan dirinya yang sok kuat padahal aslinya manja pokoknya rindu semua tentangnya. Menghindarinya bukan berarti aku tak memerhatikannya, selama kedekatannya dengan Andini terlihat rona bahagia di wajahnya namun akhir-akhir ini rona bahagia itu entah menguap kemana. Dia seperti kembali ke pibadi sebelum aku mengenalnya menjadi Nata yang dingin, datar dan berbicara seperlunya. Bukannya aku tak peduli namun biasanya bila dia bersikap seperti itu maka dia tidak ingin di ganggu.