Ardiah
Rasanya sungguh membahagiakan bila orang yang kamu cintai akhirnya menyadari rasamu untuknya. Aku tidak tahu harus mengatakan apa yang sedang kurasa saat ini. Sejak hari dimana Nata yang tiba-tiba saja datang dengan secercah harapan seakan memberi pijar untuk hatiku yang perlahan-lahan mulai meredup. Aku sungguh menikmati kedekatan kami sekarang meskipun aku sendiri bingung dengan hubungan yang kami jalani saat ini. Saat aku dengan lugasnya mengungkapkan betapa aku sungguh mencintainya maka dia hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Tentu saja aku ingin hubungan ini ada kejelasan namun aku sama sekali tidak ingin menuntut lebih dia mengetahui isi hatiku saja itu sudah lebih dari cukup. Mungkin ada di antara kalian akan beranggapan kalau aku terlalu bodoh dengan sikapku. Namun mau bagaimana lagi seandainya ada kata yang lebih ampuh dari kata cinta yang mampu menjabarkan perasaanku padanya pasti akan kupilih kata tersebut. Rasanya kata cinta belumlah cukup untuknya, mungkin kedengaran sangat klasik tapi aku betul-betul tulus mencintainya aku tidak berharap dia harus membalas ungkapan hatiku toh aku yakin dia pasti mampu menilai sendiri.
Bibirku otomatis akan melengkung ke atas bila mengingat tingkah Nata yang agak berbeda, aku merasa lebih di istimewakan dengan sikapnya. Memang dari dulu dia selalu berusaha melindungiku memberi perhatian-perhatian kecil bahkan aku sudah terbiasa dengan sikap manjanya. Namun saat ini aku merasa tingkanhya cukup berubah, meskipun tidak diucapkan dengan lisan namun aku dapat menerka saat dia tidak senang bila aku dekat dengan orang lain terutama dengan laki-laki. Perhatiannya pun semakin di perlihatkan bahkan terkadang menjurus ke overprotectif. Mungkin kalau orang melihat penampilan Nata dengan sikap cueknya pasti tidak akan percaya dengan sifat manjanya yang kadang tidak ketulungan. Tapi tentu saja aku sangat bahagia dan merasa paling beruntung karena hanya aku yang dapat perlakuan seperti itu darinya.
Saat ini kesibukan kami sangat padat selain karena jadwal kuliah tentu saja praktikum semakin banyak hingga laporan kami makin menumpuk. Kalau kemarin hanya dapat praktikum satu atau dua dalam seminggu akhir-akhir ini kami harus praktikum hingga empat kali dalam seminggu. Biasanya aku punya waktu untuk mengerjakan satu laporan lab selama tiga hari sekarang dalam kurung waktu itu aku harus mengerjakan 3 laporan lab. Aku saja merasa keteteran mengerjakan laporan lab kalian bisa bayangkan bagaimana dengan Nata yang baru mengerjakan laporannya bila keesokan harinya wajib dikumpul.
Pasti ada yang heran kok bisa intensitas pertemuan kami berkurang padahal kalau mau di pikir kami kan sekelas..?? biar aku jelaskan sedikit meskipun kami satu kelas tapi dalam pembagian kelompok praktikum biasanya akan terbagi dalam dua gelombang. Entah kenapa setiap pembagian kelompok aku dan Nata pasti selalu berada di gelombang yang berbeda itu salah satu alasan intensitas pertemuan kami bekurang. Setiap gelombang akan melakukan praktikum secara bergiliran bila gelombang Nata kena giliran masuk pertama maka gelombang kami akan menunggunya hingga mereka selesai begitupun sebaliknya. Bukannya tidak menyempatkan diri untuk ketemu barang sebentar hanya saja kesibukan betul-betul menguasai kami. Kalau selesai praktikum maka mau tidak mau kami akan mngerjakan laporan dengan anggota kelompok masing-masing.
Hari ini aku merasa sangat jengkel dengan dirinya tapi jangan salah paham aku bukannya jengkel karena dia melirik atau macam-macam dengan orang lain. Aku sengaja datang lebih awal meskipun gelombangku dapat giliran terakhir bermaksud untuk bertemu Nata sebelum dia memulai praktikum. Aku sudah celingak-celinguk mencari keberadaannya, namun diantara kumpulan teman satu gelombangnya yang sedang sibuk belajar materi untuk respon batang hidungnya sama sekali tidak kelihatan. Hingga mataku tertuju pada Val yang kebetulan satu gelombang dengannya sedang komat-kamit di sudut ruangan menghafal materi asistensi yang biasanya akan jadi soal respon.
"Val, Nata mana??" tanyaku sepelan mungkin berharap dia tidak marah karena telah mengganggunya
"Tidak.." dia melihatku sejenak sebelum dia kembali terfokus pada buku yang ada di tangannya