Andini
Sepertinya hari ini sedang tak ingin bersahabat denganku, saat aku lagi buru-buru mobilku malah ngambek. Bagas yang biasanya akan jadi kesatria penolongku hari ini tidak bisa di ganggu karena sedang mengadakan rapat organisasi. Dengan modal nekat aku terpaksa mengutak-atik mesin mobil sendiri meski lebih banyak melihat berharap keajaiban datang menghampiri.
"Hmmm....." terdengar suara deheman membuatku menghentikan sejenak kegiatanku
"Eh...ha...Ta...." aku terkejut saat mengetahui Nata sudah berada di belakangku. Menurutku aneh saja dia mau menghampiri apalagi menyapaku lebih dulu.
Melihat dia yang ikut-ikutan melihat mesin mobilku aku menyangka dia mengerti mesin hingga membuatku memberanikan diri menanyakannya berharap dia bisa menolongku. Alih-alih mengerti dia hanya cengengesan menjawab pertanyaaku. Tapi melihat dia bertingkah seperti itu ada rasa lega dalam hatiku setidaknya dia tidak sedingin awal perkenalan kami."Butuh tumpangan....pakai motor tapi....???" tawarnya tiba-tiba yang sepertinya mengerti kalau aku lagi buru-buru apalagi dari tadi aku melihat jam tanganku.
"Emang boleh....???" aku tersenyum melihatnya dan ingin meyakinkan diriku kalau aku tidak salah dengar bila orang yang di depanku sekarang menawarkan bantuan
"Ya boleh lah......mau kemana emangnya....??!!" ujarnya seakan memastikan kalau apa yang aku dengar tidak salah. Aneh saja, entah keajaiban darimana dia kelihatan sangat berbeda hari ini atau mungkin karena aku tak mengenal dia yang sebenarnya
"Kebetulan kakak mau ke toko alat kesehatan mau beli keperluan lab gitu......tapi sepertinya bentar lagi tutup deh.." jelasku sesekali melihat jam mengingat toko itu sebentar lagi tutup
"Kalau gitu ayo....mumpung masih ada waktu..!!!" sekarang justru dia yang terdengar semangat dan tanpa basa-basi lagi segera melangkahkan kakinya menuju motor yang kuyakini miliknya. Aku mengikuti langkahnya dengan ragu, bukannya aku tidak senang hanya saja ini semua di luar perhitunganku. Tadinya aku berharap Bagas lah yang pasti akan jadi penolongku namun di luar dugaan ternya dia yang muncul di hadapanku. Kuamati dirinya dengan diam membuka sadel motornya dan mengambil sebuah jaket yang berwarna hitam
"Ini kakak pakai dulu....!!" dia segera menyerahkan jaketnya padaku. Dengan enggan aku memakainya tercium aroma wangi menelusuk dalam indra penciumanku. Setelah mengenakannya wajar saja jaketnya kebesaran dengan badanku bahkan jari tanganku sampai tak terlihat, mengingat postur tubuhnya yang lebih besar di bandingku.
"Oh iyya hampir lupa..." dia menepuk jidatnya membuatku terheran-heran
"Safety first...right..." ujarku saat mengetahui kalau dia lupa menyerahkan helm padaku. Saat aku memakai helm, aku kira mudah saja mengklik helmnya ternyata tak semudah yang kubayangkan, terlihat katro deh. Berkali-kali aku mencobanya tetap saja aku gagal. Masih sibuk berjibaku dengan helmnya kurasakan uluran tangan yang sempat menyentuh wajahku membuatku sedikit grogi. Rasanya ada yang janggal mendapat sentuhan yang tak sengaja darinya tubuhku memberi respon yang menurutku sangat berlebihan. Setelah berhasil memasang helm atau lebih tepatnya dia berhasil memasang helmku ku lihat dirinya seakan menscan tubuhku dari ujung rambut hingga ujung sepatuku membuatku makin serba salah.
"Apa ada yang salah dengan penampilanku....??" batinku melihat ekspresinya yang tiba-tiba kembali dingin
"Kok kemejanya di lepas...??" tanyaku keheranan melihat dirinya yang masih sibuk melepaskan satu-persatu kancing kemejaku hingga hanya meninggalkan kaos hitam saja. Aku semakin takut melihat dia yang mengacuhkan pertanyaanku malah semakin mendekatiku.
"Janga-jangan dia ingin melakukan yang tidak-tidak.....ish....tapi ga mungkin..ingat An dia cewek.........aaahhh.....kenapa aku jadi berpikiran yang tidak masuk akal gini sih......" aku masih sibuk berdebat dengan hati kecilku ketika kurasakan ada ikatan di pinggangku.
