Tentu saja semua orang menginginkan kebahagiaan akan tetapi terkadang kita terlalu jauh melangkah untuk mencari kebahagiaan tersebut tidak menyadari bahwa sebenarnya sudah ada di dekat kita. Atau mungkin kita tidak memiliki keberanian untuk melangkah dari zona nyaman untuk memilih kebahagiaan itu sendiri atau bisa saja rasa takut yang terlalu berlebihan untuk menentukan sebuah pilihan. Terkadang aku meerasa terlalu banyak hal yang menjadi hambatan untuk meraih sebuah kebahagiaaan. Bisa saja sebenarnya kitalah pelakon utama hingga masalah yang seharusnya sepele malah menyulitkan.
Katanya tujuan dari cinta itu adalah membahagiakan apabila kita tidak merasakan kebahagiaan itu sendiri maka maaf saja sejujurnya itu bukanlah cinta. Aku rasa kalimat itu benar adanya, selama ini mungkin aku terlalu di butakan cinta tanpa memikirkan apa yang sesungguhnya ku rasakan. Aku terlalu tergila-gila padanya hingga terlalu egois rela melukai diriku yang sesungguhnya meginginkan kebahagiaan.
Saat aku mendengar dia memanggil namaku sekuat mungkin aku berusaha untuk mengacuhkan dia. Bukannya aku ingin membalas dendam atas segala sikapnya yang dulu hanya saja aku tidak ingin tanpa sadar melukainya nanti. Kenapa baru sekarang dia menunjukan kegigihannya kenapa bukan saat aku mengutarakan perasaanku dulu. Rasanya aku terlalu tega bila terus menghindarinya mungkin ini waktunya untuk menyelesaikan semua masalah di antara kami. Lagipula tidak ada gunanya bila aku menghindarinya biar bagaimanapun dia pernah mengukir kata cinta dalam hatiku dan dia memperkenalkan padaku bagaimana rasanya cinta.
"Ada apa lagi ka'..??" aku berusaha selembut mungkin berusaha menghilangkan rasa takut yang jelas tergambar dalam raut wajahnya
"Ta aku minta maaf" dia hanya menunduk dengan jari yang sibuk memilin ujung bajunya sebuah kebiasaan saat dia berusaha menghilangkan rasa gugupnya
"Ka' tanpa minta maaf pun aku sudah maafin kamu" apa yang kukatakan padanya memang benar adanya itu bukanlah kata hiburan semata. Pasti rasa kecewa ada namun aku tidak pernah memiliki rasa benci sedikitpun padanya
"Ta aku mau kita seperti dulu!" mendengar pintanya tentu saja aku merasa sangat senang
"Kalau itu mau kakak kita masih bisa kok berteman lagi jalan bareng atau kumpul bareng" senyum begitu saja terukir di bibirku
"Ta bukan itu maksudku aku mau kamu kembali......" aku tahu pembicaraannya akan mengarah kemana, aku segera memotong pembicaraanya dengan meletakkan jari telunjukku pada bibirnya yang bergetar
"Husss.....please ka' jangan bahas itu lagi..." ucapku dengan jari telunjukku yang masih bertengger di bibirnya
"Tapi..." dia megang jariku dengan lembut kemudian menyampirnya dari bibirnya mengisyaratkan masih ingin mmbuka suara
"Ka' aku akan menyebut diriku munafik bila aku mengatakan kalau perasaan itu telah sirna...tapi." aku menatapnya berharap dia membalas tatapanku agar dia dapat mengerti apa yang kuucapkan betul-betul tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam
"Tapi kenapa Ta.." dengan nada yang lebih ditekan dia memotong pembicaraanku seakan tidak sabar
"Maafkan aku kak" aku langsung merengkuhnya dalam pelukanku sementara dia hanya mematung tanpa membalas pelukanku. Seperti de javu saat aku mengutarakan perasaanku dulu kali ini aku kembali membuatnya menangis. Aku makin mempererat pelukanku rasanya sangat berat untuk menyelesaikan ucapanku.
Rasanya sungguh melegakan ketika aku telah mengutarakan segala perasanku pada Andini. Meskipun awalnya sungguh sulit diterima namun pada akhirnya aku berhasil menyelesaikan masalah diantara kami.
"Ade'....!!!" aku berusaha memanggil namanya saat tanpa sengaja aku melihatnya tak jauh dari tempat aku dan Andini berada. Namun dia tetap berlari tanpa mempedulikan teriakanku yang aku yakin bisa memekakkan telinga. Rasanya aku terlalu cepat mendapat balasan daru Tuhan atas perlakuanku tadi pada Andini. Aku menambah kecepatan lariku hingga jarak kami makin dekat apalagi langkahnya sempat terhambat saat dia harus menabrak mahasiswa yang menghalanginya. Tanpa memikirkan orang di sekitar kami yang tentunya akan menatap dengan penuh tanda tanya aku segera meraih tangannya yang akhirnya berhasil kugapai