Perasaan bersalah tentu saja masih bergelayut manja dalam hatiku, rasanya sungguh tidak adil dia melimpahkan begitu banyak cinta padaku namun aku belum mampu membalas apapun. Meskipun aku tahu dia melakukannya dengan tulus tetap saja aku ingin melakukan hal yang setimpal. Bahkan aku begitu berani berlaku mesra dengannya namun belum berani secara resmi meminta dirinya sebagai kekasihku. Seandainya aku bisa mengatur hati ini sesuai dengan kemauanku tentu menyatakan cinta bukanlah hal yang sangat susah namun lidah ini masih terasa keluh.
Aku sengaja menggandeng tangan Diah ketika menuju taman kampus tempat Val menunggu kami. Aku yakin orang yang melihat tingkahku hanya menganggap bukan hal aneh mengingat keakraban kami selama ini. Aku sendiri pun sebenarnya tidak mengerti tentang hubungan yang kami jalin saat ini. Aku ingin mengaku sebagai kekasihnya namun aku masih terlalu pengecut untuk memintanya sebagai kekasihku secara resmi. Aku pasti sangat egois, ada rasa tidak senang bila ada saja mata yang jelalatan memandangi Diah tanpa berkedip. Aku ingin menyatakan ke seluruh dunia kalau Diah milikku namun aku sendiri tidak ada keberanian untuk memintanya untuk jadi milikku.
'Cueee...cue...mau nyebrang Ta gandengan terus..??" seloroh Val saat melihat kami mendekatinya
"Iyya nih..mau nyebrang ke hati Ade'..Aaaaaa" aku pura-pura meringis kesakitan saat merasakan genggaman Diah tiba-tiba mengeras seperti ingin meremukkan buku jariku
"Bhahaaahha..syukurin makanya jadi orang jangan suka ngegombal" bukannya kasihan Val justru terlihat sangat senang menyaksikan penderitaanku sementara Diah kini kembali mengendorkan genggamannya melempar senyum pada Val
"Siapa yang gombal..kalian tahu sendirikan aku tidak ngerti yang namanya kata gombal" aku mendengus kesal, padahal niatnya supaya terkesan romantis
"Tuh sadar..makanya lain kali jangan seperti itu tidak cocok.." kali ini Diah ikut menimpali percakapan kami membuat Val makin menyeringai kesenangan
"Iyye..iyye..aku tutup mulut saja" aku memberi isyarat seakan mengunci mulutku dan membuang kuncinya, Diah yang melihat tingkahku mengukir senyum tipis
Jadwal kuliah memang sudah usai akan tetapi dikarenakan ada laporan lab yang mau dikumpul terpaksa kami harus tinggal soalnya asisten lab yang akan memeriksa laporan kami masih memiliki jadwal praktikum di kelas lain.
Sembari menunggu asisten kami memutuskan untuk ngobrol di taman kampus apalagi suasannya cukup tenang meskipun bukan cuma kami yang ada di taman. Sementara Val dan Diah sibuk memeriksa kembali laporan mereka khawatir kalau ada yang terlewatkan aku lebih memilih untuk tidur-tiduran dengan paha Diah sebagai bantal. Tiba masa tiba akal, itulah kalimat yang jadi prinsipku aku baru akan mengerjakan laporanku bila keesokan harinya harus dikumpul meski itu berarti aku akan begadang semalam suntuk. Entah kenapa aku baru bersemangat menyelesaikannya bila waktu sudah mepet tidak seperti Val dan Diah yang mengerjakan laporan mereka sedikit demi sedikit. Dan biasanya aku akan mengcopy contoh laporan mereka yang sudah dikerjakan (jangan ditiru ya..).
"Ngantuk...??" Diah menunduk melihat ku yang telah berbaring di pahanya
"He'em.." aku membalas menatapnya sementara tanganku memainkan ujung rambutnya yang terjuntai
"Makanya jangan begadang terus...!!!" ujarnya mengelus rambutku sudah jadi kebiasaanya saat aku mau tidur
"Kan kerja laporan..." aku mengelus pipinya pelan. Entah kenapa aku sangat suka mengelus pipinya
"Huukk..huukk..huukk..!!" kami sontak terkejut mendengar suara batuk Val
"Kamu sakit Val..??" tanya Diah polos penuh rasa khawatir
"Iyya...sakit mata lihat kalian mesra melulu jaga perasaan donk..sakitnya tuh di sini..!!" goda Val sembari menunjuk dadanya berhasil menyulap pipi Diah berubah warna membuatnya menunduk sedalam mungkin sementara aku tertawa sekeras-kerasnya melihat Diah yang dasarnya pemalu makin malu terlihat sangat cute