21

3.7K 219 31
                                    

Tadinya oh tadinya aku ingin mengakhiri cerita ini

Tapi Gara-Gara Nata yang tidak terima apalagi dengan PDnya dia merasa pasti ada reader yang masih penasaran tentang kisahnya baiklah aku akan melanjutkan....

Hidup adalah pilihan, aku kira semua orang pun sudah tahu akan itu. Terkadang kita berada di posisi yang tidak mengenakkan mengharuskan kita untuk memilih di antara dua atau bahkan beberapa pilihan. Aku tahu setiap plilihan akan ada pro dan kontranya. Seperti saat ini aku lebih memilih untuk bersama dengan orang yang telah berani mencintaiku di banding mengejar orang yang telah berani kucintai. Pasti ada yang tidak suka dengan keputusanku ini bahkan mungkin ada yang menjudge orang yang menemaniku sekarang hanya ku jadikan  sebagai pelarian semata.

Dengan pelan kubuka mataku menikmati wajah yang begitu adem yang masih terlelap di depanku terdengar suara dengkuran yang halus jadi melodi tersendiri untuk indra pendengarku. Kuamati setiap lekuk wajahnya secara mendetail yang terpahat begitu indah sungguh karya Tuhan yang sempurna. Dengan sepelan mungkin ku elus pipinya yang makin tirus berharap aku bisa memberinya kenyamanan untuk bisa terlelap dan melepaskan segala keletihan yang di tanggung akibat tingkahku. Senyum tersungging di bibirku saat melihat dirinya menyampir tanganku mungkin merasa terganggu kemudian makin meringkuk. Tak bosan rasanya aku memandangnya hingga tanpa sadar dia mengerjapkan matanya hingga untuk sepersekian detik mata kami beradu membuatnya tersenyum begitu manis. Aku kembali merengkuhnya dalam pelukanku, menelisik dalam ceruk lehernya menghirup dalam-dalam wangi tubuhnya yang beraroma bunga mampu membuatku lebih nyaman. Dalam dekapannya aku merasakan ketenangan yang begitu damai. Aku merasakan hembusan nafasnya menyapu ujung telingaku

"I love you" ujarnya berbisik dengan nada yang begitu mesra. Aku melihat wajahnya yang makin sumringah namun aku hanya diam meski seharusnya aku membalas  mengucapkan kata yang ingin di dengarnya

"Kamu tidak perlu mengucapkan apa-apa,aku ngerti" dia memegang kedua pipiku kemudian mengelusnya lembut membuatku makin bersalah. Bagaimana bisa dia mencintaiku sebesar ini tanpa menuntut apapun dariku

"Udah ah...aku mandi dulu" aku masih bengong memegang bibirku yang baru saja di ciumnya meski sekilas sebelum masuk ke kamar mandi. Lamunanku buyar saat aku mendengar suara pintu kamar mandi terbuka saat kulihat dirinya hanya terlilit handuk biru menampilkan sebagian tubuh indahnya dengan rambut panjangnya yang tergerai menitikkan butir-butir air yang menetes ke lantai. Aku hanya menelan ludah melihat penampilannya yang jujur saja membuatku bergidik berusaha menahan sesuatu yang bergejolak dalam tubuhku.

"Jaga mata Ta...!!" ucapnya melempar sebuah handuk yang baru saja di ambil dari dalam lemarinya dan berhasil menutupi mukaku

"Hhuuft...kamu ingin membuatku mati pelan-pelan" desahku pelan kembali membaringkan badan dengan lengan yang menutupi mataku. Aku mendengar suara tawa Diah yang begitu renyah mendengar ucapanku

"Mandi dulu setelah itu baru sarapan" dia menarik kedua tanganku berusaha membangunkanku yang masih dalam posisi berbaring. Terlintas ide ingin membalasnya yang sukses mengerjaiku tadi. Dengan sekuat tenaga aku masih bertahan dalam posisiku tak ingin menyerah dia menarikku dengan kuat kurasa ini saatnya aku mengendurkan kekuatanku membuatnya terjatuh dan menimpa diriku. Saat dia berusaha berdiri dengan sigap aku memeluknya matanya membulat melihatku dan kembali meronta berusaha meloloskan diri melihatku. Melihat reaksinya aku makin menjahilinya, mataku tertuju pada bibirnya yang masih kelihatan basah dengan lipgloss segera kukecup membuatnya terkejut.

"Dasar mesum!!!" dia mendorong keningku menyisakan jarak di antar kami

"Baru juga segitu belum..." aku belum sempat melanjutkan ucapanku saat dia langsung membekap mulutku dengan tangannya

"Ingat lisan...sejak kapan Nata bisa semesum ini" dia segera berdiri setelah berhasil melepaskan diri dari pelukanku dan menatapku dengan tajam

"Sejak melihatmu tadi" bukannya aku takut melihat tatapannya aku justru tersenyum kembali menggodanya melihat dirinya dari ujung rambut hungga ujung kakinya kemudian menggigit bibir bawahku

"Pletokk" seperti itulah kira-kira suara yang muncuk saat jari tangannya yang di tekuk berhasil mendarat di kepalaku

"Aduh..sakit kok di getok sih??" aku masih meringis asli kepalaku sakit betulan

"Biarin...supaya kamu tidak mesum lag!!" bukannya kasihan dia malah meninggalkanku yang masih terperangah melihat tingkahnya

"Jangan lupa mandi" ucapnya lagi sebelum menutup pintu kamarnya dan menghilang di depanku

Aku setengah berlari menuruni tangga sambil bersiul menyenandungkan sebuah lagu menuju dapur. Kulihat Diah yang sedang sibuk berkutat dengan bumbu dapur, aku segera menghampirinya dan memegang pundaknya dari belakang sambil menjulurkan kepalaku hingga wajah kami hampir bersentuhan

"Maunya sih tadi meluk kaya' di film gitu supaya romantis tapi nanti di kiranya mesum terus dapat ciuman panas dari wajan.." dia hanya menoleh melemparkan senyum mendengar ocehanku yang kusengaja untuk menyindirnya

"Kalau mau romantis tidak perlu bilang" sekarang dia sedang mengaduk-ngaduk nasi yang ada di wajan sementara aku membantu memotong-motong sosis disampingnya

"Emang boleh.."aku segera menghentikan kegiatanku dan segera mendekatinya  bermaksud untuk memeluknya

"Nggak..sekarang lanjutin" suaranya di buat segalak mungkin dan memberi isyarat agar aku kembali memotong-motong sosis di depanku.

Akhirnya bisa sarapan juga meskipun tidak ada adegan romantis. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku melihat dirinya meskipun kami sudah biasa makan bareng tapi kali ini semua terasa beda aku merasa letup-letup bahagia  bersemayang dalam jiwaku merasa  beruntung dekat dengannya

"Ihh..apaan sih lihatnya gitu amat.." Diah menghentikan suapannya saat menyadari diriku tak berhenti menatapnya

"Aku beruntung mendapat seorang bidadari secantik kamu"

"Auuu..kok sekarang kamu lebih kasar dari Val sih De'...?" lagi-lagi aku diketok sekarang pakai sendok

"Habisnya sekarang kamu aneh...udah mesum pandai merayu lagi kamu tuh ga cocok Nata" sakit akibat ketokan sendok di keningku tiba-tiba menghilang saat dia mengusapnya dengan lembut

"Siapa yang ngerayu, emang kenyataannya gitu kok"

"Ardiah terima kasih karena sudah bersedia mencintai orang seperti aku yang tak mengerti apa itu romantis, tidak pandai merangkai kata-kata manis, bahkan mungkin nanti kamu tidak akan mendapt perhatian dariku seperti kekasihmu sebelum-sebelumnya. Aku tidak berani janji  tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuatmu bahagia..." aku mengenggam tangannya kemudian menatap kedua matanya berharap dia bisa membaca keseriusanku dan meyakini bahwa ucapanku ini bukanlah rayuan gombal semata melainkan benar-benar suara dari lubuk hatiku yang dalam

Memang aku tidak bisa mengatakan kalau aku jatuh cinta dengan perempuan yang ada di depanku ini tapi aku akan berusaha mencari bahkan bila perlu aku akan menciptakan sendiri elemen yang di perlukan agar aku bisa mebangun cinta dengannya.



salah...saya sadar(gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang