15

4K 231 3
                                    

Andini

Aku  sama sekali tak menyangka kalau kemarin akan bertemu dengan Nata di cafe. Saat melihatnya yang tengah duduk sambil menikmati kopi entah keberanian dari mana hingga aku bergegas menghampirinya.

Lagi-lagi aku dikejutkan dengan sisi lain Nata. Dia yang selama ini terlihat cool malah terlihat lucu. Masih teringat jelas saat dia yang harus terkena tumpahan kopi karena keteledorannya sendiri saat aku menyapanya. Membayangkan wajahnya yang terlihat kaget dengan kedatanganku membuat aku geli sendiri. Aku bahkan tak sadar mengumbar pujian untuknya saat dia tersenyum yang menurutku sangat manis. Tiba-tiba rasa malu menyelimutiku saat mengingat bagaimana aku mendekatkan bibirku pada telinganya hanya untuk mengatakan kalau dirinya lucu. Ah......ingin rasanya aku menghilang saat itu juga untung saja dia segera memutuskan untuk menemani Diah yang mau ke toilet.

Berbicara mengenai Diah, aku merasa heran melihat sikapnya yang lebih banyak diam waktu di cafe. Saat datang dia bahkan tidak memilih tempat duduk di dekat Nata padahal biasanya dia tidak pernah ingin jauh-jauh dari Nata. Aku tahu memang pada dasarnya dia pendiam tapi biasanya  dia akan jadi rame kalau aku, Val dan dia bertemu tapi kemarin dia sama sekali tidak tertarik untuk ikut dalam pembicaraan kami. Bahkan saat aku membahas tentang organisasi yang mulai di geluti Nata. Dan yang lebih mengejutkanku saat melihat wajahnya yang terlihat menahan kesal waktu aku membisik Nata. Namun anehnya saat mereka kembali dari kamar mandi mereka saling bergandengan dan semuanya kembali normal bahkan Diah dengan telatennya membantu memilah-milah makanan untuk Nata. Melihat mereka kembali normal bukannya aku merasa senang justru aku merasa sesak dan agak nyeri di dada. Dan tidak tahu kenapa akhirnya aku menghubungi Bagas untuk menjemputku. Aku hanya ingin melihat reaksi Nata saat dia mendengar aku menyebut nama Bagas. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku melakukannya.

"Hello.......ada orang..!!" Bagas mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku. Hampir lupa kalau sekarang Bagas lagi berkunjung ke rumahku, kami sekarang sedang mengobrol di ruang tamu. Dia memang sering datang ke rumah bahkan orang tuaku sudah mengetahui hubungan kami.

"Hm....Ha...apaan sih...??" aku mendengus kesal pada Bagas yang membuyarkan lamunanku

"Kamunya yang kenapa....??? dari tadi senyum-senyum saja......ya...aku sadar kamu pasti senang ketemu aku kan.....??" goda Bagas tersenyum lebar padaku sambil menaik turunkan ke dua alisnya

"Iiihhhhhh....PD banget sih...." aku segera memukul lengannya meski tak keras

"Aahhhh..sayang....beneran juga tidak apa-apa kok...tidak perlu malu begitu..." ujarnya pura-pura meringis kesakitan dan mengelus lengannya yang baru aku pukul

"Iyya deh sayang......." aku mencubit pipinya dengan gemes, Aku terpaksa mengiyakan saja karena malas memperdebatkan hal yang tak penting ini. Lagipula tidak mungkin juga aku mengakui kalau sebenarnya dari tadi aku senyum-senyum karena sedang memikirkan tingkah konyol Nata.

"Nah gitu donk...makin sayang aja...." bagas menggenggam tanganku dengan lembut, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya yang manis.

"Ya..udah aku pulang dulu...salam sama papa-mama ya..." ujarnya sembari berdiri. Dan udah kebisaan sebelum pergi dia pasti akan mencium keningku

"Iyya..hati-hati...!!" aku mengantarnya sampai depan pintu dan kembali ke rumah setelah memastikan mobilnya menghilang dari pandanganku.

Aku segera menuju kamarku setelah kepulangan Bagas. Hari libur seperti saat ini biasanya aku manfaatkan untuk tidur apalagi Bagas sudah bertemu denganku jadi aku tidak perlu khawatir dia akan mengganggu tidurku hanya untuk mengajakku ketemuan. Sudah aku bilang kalau Bagas itu laki-laki yang sangat mengerti dengan sikapku.

salah...saya sadar(gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang