PART 11 GOWN

491 34 3
                                    

Maaf ya cuma sedikit nnti malam sudah disiapkan untuk updatean selanjutnya. Bocoran pict di atas adalah villa yang dituju Damian :)

Ponsel Nala berbunyi saat ia tengah bersiap, ternyata Dave meneleponnya. Segera ia mengangkatnya, "Hallo Dave?"

"Sayang apa kau sibuk?" Tanya Dave ketika mendengar suara wanita yang dicintainya mengangkat telepon. Ditengah kesibukannya, suara Nala sukses dapat menghilangkan kejenuhannya sejenak.

"Tidak Dave. Aku merindukanmu. Kenapa kau baru meneleponku?" Tanya Nala.

"Aku juga merindukanmu. Maafkan aku sayang, tadi pagi tidak meneleponmu. Aku baru saja terbangun. Benar-benar melelahkan. Kau mau kemana hari ini sweety ?"

Nala mendadak mengingat rencananya dengan Damian lusa. Lalu apa yang harus dilakukannya? Apa ia harus menceritakan pada Dave mengenai hal ini ? Tentu saja itu tidak mungkin. Lalu aku harus bagaimana ? Dave akan berfikiran yang tidak tidak jika aku menceritakannya. Nala berkutat pada pemikirannya sendiri sehingga ia tidak segera menjawab pertanyaan dari Dave.

"Nala apa kau mendengarku ?" Tanya Dave memastikan. Ia khawatir karena Nala tidak menjawab pertanyaannya.

"Iya Dave. Hari ini aku akan keluar berbelanja bahan makanan. Kau belum berangkat ke kantor ? Kapan kau pulang ?" suara Nala terdengar merajuk.

"Apa kau sangat merindukanku ? Sebentar lagi aku akan berangkat sayang."

Belum sempat Nala menjawab, pintu kamarnya diketuk. "Nala apa kau sudah siap?" suara Damian.

Nala terkejut, ia takut Dave mendengar suara Damian. Nala memutar otaknya mencari alasan untuk memutuskan telepon Dave secepat mungkin.  Ya Tuhan, aku seperti sedang berselingkuh saja.

"Dave aku baru saja selesai mandi. Aku belum berpakaian. Nanti akan ku hubungi lagi. I miss you." Nala mematikan teleponnya setengah berbisik setelah Dave mengiyakan.

Mudah mudahan saja Dave tidak curiga atau bahkan mendengar ketukan pintu kamarnya. Mengingat Damian sempat berteriak memanggilnya tadi.

"Ia aku sudah siap. Bisakah kau sekali saja mengetuk pintu itu." Nala menjawab sambil berjalan cepat dan membuka pintu kamarnya.
"Cepat kita berangkat. Kau lambat sekali." Nala mengikuti dibelakang Damian.

Entah Damian membawanya kemana. Nala sendiri tidak tahu. Seperti yang telah dikatakannya, bahwa Damian akan membeli sebuah gaun untuknya yang akan dipakai ke acara pernikahan Kate. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka telah sampai ke salah satu butik mewah. Pegawai disana tampak melayani Damian dengan baik. Dan mereka mempersilahkan untuk menunggu di ruangan VIP. Tak lama tampak seorang pria muda menghampiri mereka.

"Damian. Sudah lama kau tidak kemari." Sapa pria itu. Pria itu cukup tampan.

"Berhenti menatapnya seperti kau ingin menerkamnya ! Dia tidak menyukai perempuan. Jadi tidak mungkin dia menyukaimu," Damian berbisik di telinga Nala. Nala menatap Damian kesal. Memangnya siapa pria itu?  Daveku bahkan lebih tampan dibandingkan dengannya.  Oh my god menyebalkan sekali  pria ini !

"Ed, cepat kau carikan baju keluaran terbaru untuknya," seperti biasa Damian memerintah. Pria yang dipanggil Ed itu tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, aku punya beberapa. Kau pasti menyukainya." Ed menyuruh asistennya untuk mengambil beberapa gaun cantik dan tentunya harganya pasti sangat mahal.

"Kemarilah. Siapa namamu?" Tanya Ed.

"Nala." Nala mengulurkan tangannya kepada Ed. Pria itu menyambut tangan Nala dan mengajak Nala ke kamar ganti.

"Kau sangat cantik. Pantas saja Damian mau menemanimu memesan gaun gaun ku." Ed mengatakan saat mereka sudah di kamar ganti.

"Maksudmu sir ?" Tanya Nala.Ia tidak mengerti maksut perkaataan Ed.

"Jika ia ingin memesan gaun, ia bisa saja meneleponku dan menyuruhku untuk mengirimnya langsung ke kantornya, seperti yang sudah -sudah. Terhitung baru beberapa kali ia kesini hanya mengantar sepupunya, itupun beberapa menit kemudian ia langsung pergi kekantor." Ed dibantu beberapa assistenya membantu Nala memakai gaun gaun rancangannya.

Nala masih diam tidak mengomentari. Pikirannya kosong, tidak sepenuhnya mencerna maksud perkataan Ed. Saat Ed akan membantu melepaskan pakaiannya, Nala menolak dengan kaget. Ia tidak terbiasa dibantu sesorang untuk mengganti pakaiannya. Bagaimanapun Ed adalah seorang laki laki . "Biar aku sendiri yang memakainya." Tampaknya Ed mengerti. Ia keluar sebentar, kemudian masuk lagi setelah Nala sudah mengganti gaun nya dibantu asisten perempuannya.

"Kau sangat cantik Nala. Damian pasti akan terpesona melihatmu. Ah tapi mungkin aku akan menaikan sedikit belahan pada kakimu sehingga kau akan terlihat sangat sexy," Ed mengukur bagian bawah gaunnya. Ia juga memeriksa bagian pinggangnya. Sepertinya ia akan mengecilkan sedikit agar lebih pas.
"Terima kasih, Ed." Nala  mengucapkannya dengan tulus. Ia sendiri sangat menyukai gaun itu. Gaun berwarna merah yang sukses memperlihatkan punggungnya yang putih dan mulus. Bagian dadanya sedikit  rendah sedangkan belahan pahanya sangat tinggi. Siapapun akan terlihat sexy mengenakannya.

"Baiklah ayo kita tanyakan pendapatnya, sebelum kau mencoba gaunku yang lain."

"Apa itu harus ? Aku sangat menyukai gaunmu ini, Ed." Ed mengangguk.

"Aku menginginkan gaun ini. Dan aku tidak menginginkan yang lain."

Nala menganti gaun itu dengan pakaiannya. Untung saja ia sudah selesai berganti pakaian, ketika Damian tiba-tiba masuk keruang ganti.

"Aku bahkan belum melihatnya?" tanyanya dengan angkuh sambil mengamati Nala.

"Mengapa kau selalu masuk disaat aku berganti pakaian? Untung saja aku tidak terlalu terkejut, sehingga aku tidak berteriak di tempat ini."

"Sudah terbiasa hm ?" Damian menggoda Nala.

"Apa maksud mu ?"

"Sudah terbiasa mengganti bajumu didepanku, sehingga kau tidak lagi terkejut saat aku tiba tiba muncul di depanmu?" Tanya Damian yang sudah berdiri di dekat Nala.

Ed yang melihat kejadian itu hanya bisa berdehem. "Kalian ini sepertinya berjodoh. Aku pikir sebentar lagi kalian akan datang lagi ke butikku untuk memesan baju pengantin."

"Itu tidak ada dipikiranku, Ed," Nala membantah. "Kau pikir aku mau menikah denganmu?"

Mengapa kedua pria didepannya ini begitu menyebalkan. Berbeda dengan jawaban Damian, "Akan kupikirkan."

"Aku harus memastikan gaun itu bagus kau kenakan." Damian itu berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Damian, perutku lapar. Ayo kita makan," Nala menggengam tangan Damian dan menariknya. Ia juga sengaja mengalihkan, agar Damian tidak menyuruhnya untuk memilih gaun yang lain.

Damian hanya terkejut. Entah mengapa perasaannya sangat aneh, ia hanya mengikuti Nala sambil melihat tangannya yang ditarik oleh wanita itu.

"Ed berikan gaun itu pada Jack. Akan segera ku transfer ke rekeningmu," Damian sedikit berteriak sambil berlalu.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang