Sheerin berjalan seorang diri di koridor yang kini banyak orang berlalu lalang. Tatapannya cukup serius sampai membuat beberapa orang memperhatikannya.
Mood Sheerin kali ini benar-benar berada di bawah rata-rata. Tak ada sedikit pun senyuman terukir di bibirnya sejak tadi pagi.
Dengan moodnya yang buruk, sebuah tangan menariknya paksa ke belakang. Sheerin menahan dirinya agar tidak tertarik, tetapi tenaga orang itu cukup kuat. Sheerin yang kesal pun menghentakan tangannya sehingga pegangan itu terlepas.
"Jangan ngebantah Sheerin!!" Bentak orang itu di depan muka Sheerin.
Sheerin pun akhirnya tetap tertarik hingga mereka sampai di sebuah ruangan kosong tua di belakang sekolah. Sheerin memasang wajah kesal juga tatapan sinis.
"Ada yang perlu lo jelasin ke gue."
Sheerin diam, emosinya masih di atas permukaan. Dan dia juga tidak ada sama sekali niat untuk membalas pernyataan Azrie.
"Jawab Sheerin!!"
Sheerin masih diam dengan raut wajah yang tetap datar. Sedangkan wajah Azrie sudah memerah dengan nafasnya yang tidak beraturan.
Azrie mengacak-acak rambutnya, dan kemudian secara frustasi Azrie mendorong bahu Sheerin agar terpojok ke tembok.
"Jangan macem-macem sama gue, Sheerin!"
Sheerin masih saja diam memandang mata Azrie yang memancarkan amarah. Tidak ada ekspresi lebih dari Sheerin, hanya muka datar yang terus Sheerin perlihatkan. Dan dalam sepersekian detik Azrie pun tersenyum miring.
"Karena dia?"
Sheerin mengerutkan kedua alisnya. Menatap mata Azrie serius. Azrie yang mendapat tatapan seperti itu malah menaikkan sebelah alisnya dengan senyuman menjengkelkannya.
"Apa lo harus selalu melibatkan orang lain?"
***
Raxel mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia benar-benar tidak percaya dengan semua yang ia terima. Bahkan otaknya pun tak mampu berfikir tentang hal itu.
Drrrtt...drrtt..
Raxel menoleh menatap handphonenya. Dan nama sang eyang tertera di layar handphone itu.
"Kamu baik-baik saja?"
"Aku baik-baik aja eyang."
"Lantas, mengapa kamu menunda rapat hari ini?"
"Aku lagi ga enak badan eyang."
"Jangan bohong pada eyang, Ra."
Raxel menghela nafasnya sambil menyamankan posisi di tempat tidurnya.
"Aku hanya sedang ingin istirahat."
"Jangan sangkutkan urusan perusahaan dengan wanita, Ra."
"Bukan karena itu."
"Atau Azrie kembali berulah?"
"Tidak eyang.. Aku baik-baik saja."
"Eyang punya kaki tangan, Ra."
"Lebih baik eyang istirahat, aku juga mau istirahat."
"Cepatlah kembali. Eyang tau apa yang sedang kamu lakukan. Tinggalkan gadis itu jika ia memang tidak bisa diharapkan."
"Tidak eyang. Aku akan menyelesaikan urusanku terlebih dahulu."
"Apa eyang harus turun tangan juga untuk menyelesaikan wanita itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A
Fiksi Remaja[INI BUKAN FANFICTION] Sheerin tidak akan pernah mau mengenal dan berhubungan dengan masalah percintaan. Karena baginya cinta itu membawa kekecewaan. Membawa penderitaan. Dan juga membawa tangisan. Hingga pada akhirnya Sheerin bertemu dengan seseora...