Sheerin membuka pintu bilik toilet yang ia tempati. Mencoba mengintip sebentar untuk memastikan toilet kosong.
Ia berjalan menuju wastafel. Menatap wajahnya yang kini sudah tidak bisa dikatakan baik dan sehat. Iihat saja bagaimana eyeliner yang kini luntur dan mengenai bagian wajahnya yang lain.
Sheerin membasuh wajahnya dan membersihkan semua make upnya. Tangannya mengambil tissue di dalam tas dan menghilangkan air yang berada di wajahnya.
Mata Sheerin menatap ke arah cermin di depannya. Menatap dirinya yang kini benar-benar kacau dengan mata yang memerah.
Apakah ini benar-benar efek dari Raxel?
Sheerin cepat-cepat menghapus air matanya dan berjalan keluar dari toilet. Ia benar-benar ingin cepat keluar dari gedung itu. Dia tidak rela untuk melihat semuanya dengan kedua matanya.
Sheerin membuka pintu toilet. Namun saat ia membuka, seorang laki-laki berdiri gelisah di depan toilet.
"Apa yang kamu lakukan di dalam toilet selama itu?" Tanya laki-laki itu dingin.
Sheerin menarik nafas pelan. "Untuk apa anda menanyakannya? Apa itu begitu penting untuk anda?"
"Ada apa?"
Sheerin tersenyum miris. "Selamat bahagia," Sheerin menjeda kalimatnya sebentar sambil menatap laki-laki itu sendu. "Raxel."
Sheerin melangkah pergi meninggalkan Raxel dengan isakan. Namun Raxel menarik tangan Sheerin. Memaksa Sheerin untuk membalikkan badannya. Sheerin menundukkan kepalanya saat Raxel dengan mudahnya tersenyum sambil melihat wanita itu.
Raxel menari Sheerin untuk menuju ruangan dimana pesta itu dilaksanakan. Sheerin tetap menundukkan kepalanya walau Raxel terus menariknya melewati berbagai orang.
"Jangan nunduk terus." Raxel mengangkat kepala Sheerin hingga dirinya dapat menatap bagaimana kedua mata wanita itu berkaca-kaca.
Sheerin benar-benar ingin menangis saat ini. Lihat, Raxel menariknya hanya untuk memamerkan acaranya dengan Shasa. Bahkan kini Raxel bersikap manis dengan Shasa yang berada di belakangnya.
"Hai Sheerin!" Panggil Shasa dengan ceria sambil melambaikan tangan.
Oh ya tuhan, Sheerin ingin mengubur dirinya sekarang.
"Aku yakin kamu sedang tertekan."
Apa Raxel harus berbicara seperti itu dengannya?
"Dan kamu akan merasa aneh ketika aku membicarakannya."
Tangan Raxel terulur untuk mengangkat tangan kanam Sheerin. Dan seketika ruangan itu menjadi hening. Raxel menurunkan badannya untuk berlutut dengan sebelah kaki.
Raxel mengambil sesuatu di dalam kantung celananya. "Aku punya sesuatu,"
Raxel menatap mata Sheerin dalam sambil membuka sebuah kotak kecil di tangannya. "Jadi istriku ya?"
Sheerin menatap Raxel tidak percaya. Jadi? Apa Raxel dan Shasa...?
"Aku tahu kamu salah paham sama Shasa." Raxel tersenyum sebentar lalu mengerucutkan bibirnya. "Tapi kamu ga bisa ya terima aku dulu?"
Air mata turun melewati bibir Sheerin yang kini mulai menampakkan senyumannya.
"Aku butuh anggukan atau kata ya. Bukan tangisan, Sheerin." Ucap Raxel dengan kerutan di dahinya.
Sheerin mengusap air matanya lalu badannya pun turun menyamai Raxel. Dan dalam sekali hentak badan itu sudah memeluk Raxel dengan erat.
Raxel yang mulanya kaget langsung tersenyum sambil mengusap punggung Sheerin pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A
Teen Fiction[INI BUKAN FANFICTION] Sheerin tidak akan pernah mau mengenal dan berhubungan dengan masalah percintaan. Karena baginya cinta itu membawa kekecewaan. Membawa penderitaan. Dan juga membawa tangisan. Hingga pada akhirnya Sheerin bertemu dengan seseora...