"Biarin gue ngerasain rasa sakit lo juga."
Sheerin tersenyum. Perlahan ia letakkan tangannya di atas tangan Azrie. Mengusapnya pelan mencoba memberi ketenangan.
"Kita udah buat janji 'kan?"
Azrie diam. Matanya mengarah menatap Sheerin dengan dalam. Lalu Azrie pun menggenggam tangan Sheerin erat.
"Dan lo tetep ga mau jelasin semuanya?"
"Apa yang harus di jelasin?"
"Semuanya Zrie. Semuanya."
"Ga ada yang harus di jelasin. Semuanya udah jelas. Ga ada lagi yang perlu penjelasan."
Sheerin semakin mengulum senyumnya.
"Ada satu hal yang perlu lo jelasin ke gue.""Apa? Tentang Luna? Gue beneran ga ada apa-apa sama Luna, Sheerin."
"Lo tau apa yang gue maksud, Zrie."
Azrie menghela nafasnya pelan. Melepaskan genggamannya lalu menaruh tangannya di atas kepala Sheerin. Azrie terdiam cukup lama, sampai ia tersadar dan mengacak-acak rambut Sheerin.
"Lo masih butuh istirahat yang banyak." Azrie tersenyum lalu menurunkan tangannya. "Gue pulang."
Sheerin menatap kecewa Azrie yang kini sudah berlalu. Sheerin sudah tidak tahan untuk mendengar semuanya dari bibir Azrie. Tapi hingga Sheerin menyuruhnya pun Azrie tetap bungkam. Lalu sampai kapan drama ini akan berlanjut?
***
Sheerin duduk di tempat tidur lamanya. Entah bagaimana perasaan Sheerin sekarang ketika melihat Luna dan mamanya bertingkah sangat manis padanya. Dalam benaknya ada perasaan curiga, tapi ada perasaan senang juga.
Entah, Sheerin hanya akan memikirkan resikonya nanti. Yang lebih penting saat ini Sheerin segera memulihkan tubuhnya dan kembali bersekolah.
Ddrrrttt...ddrrttt...
Sheerin melirik handphonenya yang berada di atas nakas. Lalu dengan perlahan Sheerin mengambil handphonenya.
"Halo."
Diam. Tidak ada suara dari seberang sana.
"Halo. Ini siapa?"
Masih diam. Lalu Sheerin pun mengecek apakah telfonnya sudah terputus atau tidak. Dan ternyata telfon itu masih tersambung.
"Halo."
"Maaf saya sa--"
"Raxel?" Tanya Sheerin yang terdengar seperti lirihan.
Seseorang di seberang sana terdiam. Sheerin pun ikut terdiam menunggu suara itu datang dan memasuki pendengarannya. Tapi sampai beberapa saat pun keduanya masih berada dalam keadaan yang sama.
"Raxel? Gue mohon lo ngomong."
Kini isakan Sheerin pun mulai terdengar. Sheerin mengusap air matanya yang jatuh. Mencoba bersikap tenang.
"Gue minta maaf. Gue bener-bener min---"
Panggilan terputus. Sheerin pun akhirnya kembali meneteskan air matanya. Tangan Sheerin dengan lemas turun dan menjatuhkan handphonenya di tempat tidur.
Sesaat Sheerin tetap pada posisi yang sama. Sampai ia pun terhenyak dan mengotak-atik handphonenya.
"Panggilan yang anda tuju sedang--"
Sheerin memutuskan panggilannya dan kembali menelfon nomer yang tadi menelfonnya. Tapi sampai berpuluh-puluh kali pun, ia tetap tak bisa menyambungkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A
Teen Fiction[INI BUKAN FANFICTION] Sheerin tidak akan pernah mau mengenal dan berhubungan dengan masalah percintaan. Karena baginya cinta itu membawa kekecewaan. Membawa penderitaan. Dan juga membawa tangisan. Hingga pada akhirnya Sheerin bertemu dengan seseora...