Hai! Aku udah selesai! Yeaayy... Haha. Duh seneng banget. Yaampun. Berasa baru bebas.
Duh jadi curhat.
Ya udahlah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sheerin mengerjapkan matanya berkali-kali. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Jantungnya masih berdetak dengan cepat dan nafasnya memburu.
Sheerin melihat sekelilingnya, dan matanya mendapati sebuah kamar yang tidak asing di matanya. Lalu ia arahkan matanya ke badan yang masih terbalut seragam sekolahnya.
Sheerin menghelas nafas lega menyadari semuanya terasa baik-baik saja. Hal yang membuat jantungnya mampu berdetak dua kali lipat dari sebelumnya ternyata hanya sebuah mimpi. Sheerin akhirnya bergegas masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap makan malam.
Setelah selesai, Sheerin turun ke lantai bawah dan mendapati keluarganya sudah berkumpul di meja makan. Mamanya menarik sebuah kursi di sebelahnya dan mempersilakan Sheerin untuk duduk. Makan malam kali ini di lalui dengan diam. Sheerin sebenarnya menyadari dengan pasti bahwa keluarganya sedang terjadi masalah. Tapi dari dulu Sheerin memang bukan orang yang suka merusak privasi orang, ia akan memendam itu dan akhirnya ia yang akan membuat atmosfer baru di antara mereka.
"Ga ada yang mau nanyain aku, gimana hari pertamanya?"
Sheerin menatap seluruh anggota keluarganya yang sama sekali tidak menanggapi omongan Sheerin. Sheerin menghela nafas pasrah melihat keluarganya yang memang terkadang bertingkah tidak peduli satu sama lain.
Kemudian Kevin menaruh sendok dan garpunya lalu berdiri dan akhirnya pergi meninggalkan ruang makan. Sheerin menatap heran Kevin yang bersikap aneh seperti itu. Tidak biasa untuk laki-laki itu bertingkah sejauh itu. Biasanya, walau ada masalah Kevin mampu menahannya dan tetap bertingkah seperti biasa. Tapi kali ini sepertinya Kevin tidak mampu menahan permasalahan di dalam benaknya, sampai ia bertingkah seperti itu.
Setelah Kevin yang bertingkah seperti itu, kali ini mamanya yang dengan cepat menyudahi makannya dan langsung membawa piring kotornya dan Kevin ke dapur. Sheerin menatap papanya yang dengan santai tetap makan seperti biasa. Kali ini Sheerin benar-benar tidak dapat menemukan celah untuk keluar dari atmosfer ini.
"Pa, ini ada apa?"
Seperti tidak mendengar, papanya tetap melanjutkan makannya. Sheerin memutar bola mata melihat perilaku keluarganya. Dan kembali memakan makanannya.
Selesai makan, Sheerin langsung menaruh piringnya di tempat cuci piring. Dan langsung bergegas menuju kamarnya.
Tetapi saat Sheerin melewati kamar orang tuanya, Sheerin mendengar isak tangis mamanya. Lalu ia berhenti dan mendekati pintu kamar itu. Kemudian tangannya ia taruh di knop pintu.
"Kamu mau ngapain?"
Sheerin tersentak kaget mendengar suara papanya yang terlampau besar. Papanya langsung melewati Sheerin dan mendorong Sheerin menjauh dari pintu.
Sheerin akhirnya hanya bisa diam dan kembali menuju kamar. Sebelum masuk kamar, Sheerin berniat menemui kakaknya. Tapi lagi-lagi Sheerin di tolak. Pintu kamar kakaknya terkunci dan kakaknya sendiri yang menyuruh Sheerin pergi.
Sheerin duduk diam di pinggir tempat tidurnya. Memikirkan sesuatu yang mungkin Sheerin ketahui tentang keluarganya. Tapi tetap saja, Sheerin tidak menemukan sesuatu itu. Layaknya anak kecil yang selalu harus mencari tahu sendiri tentang masalah yang selalu orang tua dan kakaknya sembunyikan.
***
Sheerin sedari tadi terus melirik gelisah Azrie yang menatapnya dengan pandangan yang tidak mengenakan. Selama guru matematika menerangkan pelajaran, laki-laki itu hanya terus memandangi Sheerin yang sibuk mencatat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. A
Teen Fiction[INI BUKAN FANFICTION] Sheerin tidak akan pernah mau mengenal dan berhubungan dengan masalah percintaan. Karena baginya cinta itu membawa kekecewaan. Membawa penderitaan. Dan juga membawa tangisan. Hingga pada akhirnya Sheerin bertemu dengan seseora...