(24) Takdirku dan Takdirmu

264 8 3
                                    

"Lo kenapa?"

Azrie mengangkat sebelah alisnya dengan pandangan tetap ke arah layar televisi.

"Emang ada yang salah?" Tanya Azrie balik.

Raxel yang merasa tidak puas dengan  jawaban Azrie langsung mematikan permainan yang sedang mereka mainkan. Lalu mengalihkan pandangannya kepada Azrie.

Azrie menghela nafasnya pelan dan mau tak mau juga menoleh.

"Jelaskan." Ucap Raxel tegas.

"Apa yang mau di jelasin?"

"Ada yang aneh dari sikap lo waktu lo pulang barusan."

Azrie mengambil snack yang berada di sampingnya dan memakannya santai. Ia tidak ada niat sama sekali untuk menceritakan sesuatu pada Raxel. Bahkan sesuatu  yang baru saja ia alami. Melihat tingkah Azrie, Raxel pun mendecak kesal lalu bangkit dari duduknya.

"Lo masih berhubungan sama Sheerin?" Tanya Azrie pelan. 

Raxel diam, ia tak melanjutkan langkahnya dan malah berbalik menghadap ke Azrie. "Karena Sheerin?"

"Bukan.."

"Ok." Raxel kembali mendudukan dirinya tepat di depan Azrie. "Karena Sheerin. Kenapa?"

"Bukan, Ra. Sotoy bat jadi orang."

"Gue tau lo boong."

"Emang gue boong? Dih, sok tau amat."

"Gue tau Zrie.. cepet apaan?!"

Azrie diam dan tetap memakan snacknya santai. Raxel menatap sinis sepupunya itu. Sedangkan Azrie yang sebenarnya merasakan, tetap pada posisinya.

"Lo masih sayang sama Sheerin 'kan, Zrie?"

"Engga."

"Jangan boong."

"Gue udah move on dari dia."

"Gue tau lo masih sayang."

Dengan tiba-tiba atmosfer di sekeliling mereka memanas. Meninggalkan mereka berdua yang berpusat pada pemikiran masing-masing.

"Gue 'kan udah bilang, dia punya lo dari awal."

"Gue tau. Tapi lo masih sayang 'kan sama dia?"

"Dia punya lo, Ra."

Raxel mendecak dan ia pun meninju pelan bahu Azrie sambil terkekeh. "Lo lucu ah. Ngapain gengsi sama gue coba?"

"Ra, gue tau lo ga ketawa beneran."

Raxel mengendurkan kekehannya. Lalu ia pun tersenyum tipis sambip tetap menatap Azrie.

"Jangan pancing gue lagi buat ngambil dia dari lo, Ra."

Raxel melentangkan badannya dengan kedua tangannya yang di lipat dan dijadikan bantal. "Buat apa lo relain dia buat gue. Toh gue sama dia ga bakal bersatu."

"Apa sih? Bahasa lo jijik banget."

"Tapi emang iya. Coba lo bayangin, dari dulu gue sama dia kepisah mulu. Ga pernah kayaknya kita bareng-bareng dalam jangka waktu yang lama."

"Gue minta maaf."

Raxel melirik Azrie yang kini mengubah tatapannya menjadi tatapan menyedihkan.

"Jijik lo! Apaan coba minta maaf."

"Tapi gue orang yang selalu bikin kalian kepisah."

Raxel bangkit dari posisinya dan memukul kepala Azrie pelan. "Jijik banget sumpah, Zrie. Pingin makan orang."

Mr. ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang