Day 21

728 33 0
                                    

Hari ini Prilly sudah bisa pulang, Ali mewakilkan dirinya untuk menjemput Prilly dirumah sakit setelah pulang sekolah. Sampai di ruumah Prilly, Ali langsung membopong tubuh Prilly khawatir dia malah jatuh atau tiba-tiba pengsan.

Membuat Prilly sontak kaget dengan tindakkan reflex Ali yang membopong tubuhnya sehingga masuk ke dalam rumah.

"honey, kamu ngapain sih? aku kan bisa jalan sendiri" omel Prilly menepuk tangan Ali dipingang nya

"aku takut kamu jatuh maka nya aku bopong" jawab Ali sambil masuk ke rumah Prilly

"aku tahu, tapi gak usah gitu banget kali..liat ne aku sihat-sihat aja kan" 

Prilly meyakinkan Ali dengan menari-nari didepan Ali, saat Prilly pusing tiba-tiba dia merasa sedikit pening dan membuat dirinya hampir jatuh,  tetapi Ali sempat menahan tubuh Prilly dari jatuh

"tuh liat kan, kamu tuh harus banyak istrirehat entar kamu sakit" kata Ali khawatir

"tapi emang aku sakit" suara Prilly berubah sedih melepaskan tangan Ali yang membopong tubuhnya berjalan menuju belakang rumahnya.

Ali yang merasa perubahan dari wajah dan nada suara Prilly langsung mengejar Prilly, Prilly duduk dibangku dekat kolam ikan memandang sepi kolam tersebut. Ali merasa bersalah dengan keceplosan kata-katanya tadi menghampiri Prilly.

"sayang..maafin aku, aku gak bermaksud ngomong gitu" kata Ali duduk di atas satu lutut menatap dan membujuk Prilly

"aku tahu Li, aku tuh udah banyak ngerepotin kamu sama mama gara-gara penyakit aku" Prilly merasa semakin sedih coba mengalihkan pandangan nya tempat lain

"gak, kamu gak pernah ngerepotin aku apalagi mama kamu..kita itu sayang banget sama kamu Pril sebab itu kita kaya gini takut nya kamu kenapa-kenapa" kata Ali mengengam tangan Prilly, tapi Prilly menepis nya dan malah terus berjalan menuju kolam ikan.

"udah Li, aku lagi pengen sendiri..aku gak mau kamu terus-terusan sama aku hanya kerna kamu simpati  tentang cewek sakit kaya aku" kata Prilly membelakangi tubuhnya depan Ali

"Pril, aku tuh terima kamu apa adanya..aku sama kamu tuh kerna aku cinta sama kamu dan aku pengen selamanya sama kamu" kata Ali memusing tubuh Prilly untuk menghadap dirinya.

"pergi Li, aku gak pengen kamu disini PERGI!" bentak Prilly menolak tubuh Ali sehingga membuat Ali hampir jatuh. 

"GAK, aku gak bakalan pergi ninggalin kamu kaya gini..aku tahu kamu sakit tapi aku iklas nerima ketentuan Allah" kata Ali menahan sebaknya

"pergi Li, aku gak pengen kamu terluka gara-gara aku" rintih Prilly menolak tubuh Ali lemah, hati nya semakin gak kuat menahan luka dihatinya apalagi dia harus mengungkapkan kata-kata itu kepada Ali.

"aku akan pergi, tapi kamu harus tahu satu hal Pril..selama kita jadian aku gak pernah ninggalin kamu apalagi gak nyariin kamu.." ucap Ali lemah langsung pergi meninggalkan Prilly tanpa menoleh kebelakang lagi. 

Prilly menoleh ke belakang tetapi Ali sudah semakin jauh dari dirinya saat ini, perlahan Prilly melangkah menuju tempat Ali.

"A..li.." panggil Prilly semakin lemah tapi gak kedengaran oleh Ali.

Prilly terduduk dengan wajahanya menunduk menangis di tanah. Mamanya yang baru melewati dapur langsung berlari mendapatkan tubuh Prilly.

"Prilly? sayang kamu kenapa? kamu kesakitan? mana sakitnya?" kata mama Prilly panik melihat-lihat tubuh Prilly kalau ada yang sakit atau terluka di tubuh putrinya.

"Ali ma..Ali.." tangis Prilly histeris, mamanya yang memahami keadaan anaknya masa ini langsung mendakapnya.

"shhh..udah sayang..udah..kamu harus kuat, mama yakin kamu bisa" kata mamanya menatap wajah putri kesayangannya itu

"aku gak kuat ma, hati aku sakit...aku gak kuat hadapi semua ini ma" tangis Prilly histeris memeluk mamanya erat

"liat mama" mama Prilly memegang kedua pipi Prilly agar menatap wajahnya, hatinya juga diruntun pilu melihat keadaan Prilly saat ini.

"kamu harus kuat demi mama, demi Rafael dan DEMI ALI" ucap mama nya menekan nama Ali agar Prilly sedar dan bersikap lebih positif tentang penyakit yang di hadapinya.

Mama Prilly mengantarnya ke kamar untuk istrirehat kerna tubuh Prilly kelihatan semakin lemah, setelah turun dari kamar mamanya langsung menelpon Rafael di Bogor

"hello mama?" tanya Rafael

"Fael.." kata mama tidak dapat menahan sebak nya

"mama kenapa? ko suara mama kaya sedih" tanya Rafael khawatir

"cepatan pulang Fael" kata mama

"emang nya kenapa ma? semua nya baik-baik aja kan ma?" tanya Rafael khawatir jika sesuatu terjadi pada mamanya

"Prilly" kata mama tak sanggup meneruskan kata-katanya

"Prilly kenapa ma? Prilly kenapa?" tanya Rafael

"Prilly sakit Fael, dia menghidap Leukimia" kata mama menangis

"apa? Leukimia? mama pasti bercanda kan ma" kata Rafael cuba menghibur hatinya

"gak Fael, mama gak bercanda" jawab mama

"yaudah..entar aku usahain buat sampai kerumah sebelum malam ya ma" kata Rafael pengen buru-buru pulang

"cepatan pulang ya Fael, mama udah gak kuat liat adik kamu tersiksa kaya gitu" kata mama menutup telponnya.

Rafael buru-buru memberes-bereskan meja kerja nya untuk buru-buru pulang ke Jakarta. Seharusnya Rafael pulang setelah 2 hari lagi tapi kerna mama dan Prilly dia rela meninggalkan kerjanya demi keluarganya. Rafael ngebut membawa mobil nya di jalan tanpa merasa penat dan lelah sepanjang perjalanannya. Rafael tiba depan rumah mereka sekitar jam 3 pagi.

Rafael mengetuk pintu, mama nya yang baru bangun untuk mengerjakan solat subuh langsung membuka pintu. 

"Rafael" mama sontak kaget langsung memeluk Rafael dan menangis

"mama, please jangan nangis ma..Fael gak kuat liat mama nangis kaya gini, Prilly mana ma?" tanya Fael memeluk mama nya, mamanya hanya menunjuk ke kamar Prilly

"yaudah, Fael jenguk Prilly dulu ya ma" kata Rafael langsung naik masuk ke kamar Prilly.

"Pril" ucap Rafael halus dan mengusap kepala Prilly lembut tak ingin membanguninya

"kesian mama, dia harus menghadapi ini lagi..setelah kepergian papa dan sekarang illy, aku harus lakuin sesuatu buat mereka" kata Rafael lalu mengucup kening Prilly lalu keluar meninggalkan Prilly yang masih terlena


# 30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang