PROLOGUE

2.7K 274 44
                                    

Gadis kecil berambut pirang kuncir kuda itu tengah duduk di sebuah ayunan, wajahnya menunduk menatap kosong ke arah dedaunan kering di ujung kakinya yang terjuntai di bawah kursi ayunan yang sedang ia duduki, mata sayunya menampakan sebuah kesedihan yang terlihat begitu mendalam bagi seorang gadis kecil sepertinya.

Mengusap peluh di dahi sehabis bermain bola, perlahan aku mendekatinya, kini ia tengah mengusap setetes air mata yang baru saja jatuh di pipi mulusnya. Wajahnya terlalu manis untuk ternodai oleh setetes air mata. Entah apa yang membuatku tertarik untuk mendekatinya dan bertanya

"What's going on ? Kenapa kamu bersedih ?"

Gadis itu mengangkat kepalanya, mencoba menatapku.

"Today is my birthday, ulang tahunku yang ke 9 tapi tidak ada satu orangpun yang memberiku hadiah bahkan tidak ada seorangpun yang ingat hari ulang tahunku."

Wow! Dia satu tahun di bawahku.

"Really ? Ayah dan Ibumu ? Apa mereka juga lupa ?"

Dia mengangguk pelan.

"Bagaimana bisa mereka lupa dengan ulang tahun anaknya?"

"Mereka sibuk bekerja, mungkin pekerjaannya lebih penting daripada aku."

"Umm...," aku berpikir sejenak. "Wait a minute."

Aku berlari meninggalkan gadis yang bahkan belum ku ketahui namanya itu, ia tampak bingung denganku yang tiba tiba pergi meninggalkannya dan ia kembali merunduk meratapi nasibnya. Tapi aku bukanlah bibit dari pria aneh dan brengsek yang tiba tiba meninggalkan seorang gadis tanpa sebab.

Beberapa menit kemudian aku berlari kembali mendatangi gadis yang tadi lalu memberikannya setangkai bunga mawar hasil petikanku di taman ini.

"Ini untukmu, happy birthday."

"Ini untukku ?"

Aku mengangguk mantap sambil memberikan senyuman terbaikku.

"God! Thank you so much, I really like suprises. I'm so happy today."

Tiba tiba saja sebuah wajah yang tadinya begitu sedih dan kacau sekarang berubah menjadi sebuah senyuman indah yang membuatku begitu terenyuh melihatnya. I made her smile. Aku duduk pada ayunan di sampingnya sambil memandangi wajah bahagianya di bawah terpaan angin musim gugur hanya karena diberi setangkai mawar hasil petikan orang asing.

Mulai hari ini aku lebih suka melihat senyuman seorang gadis daripada tangisan seorang gadis sebab aku sangat sering menjahili anak anak perempuan di sekolahku dan tidak jarang membuat mereka sampai menangis. Tapi sungguh, aku bukanlah bibit seorang pria brengsek, aku hanya senang menjahili mereka seperti layaknya anak pria SD lainnya, lucu saja saat melihat mereka berteriak lalu berlarian mengejarku dan tak jarang menangis hanya karena aku melempar pensil mereka, itu lucu bukan ? Namun sejak hari ini, aku meyakini bahwa senyuman seorang gadis lebih menyenangkan dari pada melihat mereka berteriak.

"Aku David. David Juan Armstrong. Siapa namamu ?"

"Musim gugur lumayan dingin, ya."

"Aku tau sekarang sedang musim gugur, tapi yang kutanyakan adalah namamu, bukan nama musim."

Yang ditanya hanya melempar senyumnya kemudian kembali menghirup aroma mawar yang tadi ku berikan padanya. Apa gadis ini ada masalah pendengaran?

"Namamu-"

Kalimatku terpotong ketika gadis ini beranjak dari ayunan, menyelipkan beberapa helai rambut pirang yang menutupi wajahnya karena terpaan musim gugur. Kembali, ujung-ujung bibirnya melengkung ke atas membentuk sebuah senyum. Mata biru teduhnya menatapku lembut.

"Terima kasih, Dave."

Dave ?

Seumur hidupku, baru kali ini ada yang memanggilku dengan sebutan Dave, selebihnya mereka semua memanggil namaku dengan lengkap, baik dan benar. David.

***

Inilah pertemuan pertama kami. Awal cerita klise di musim gugur. Cerita klasik tentang persahabatan kami. Tentang perasaanku yang tak kunjung berubah hingga sekarang.

Aku Dave. Kisah ini dimulai dan berakhir pada Autumn.

***

9-11-15

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang