Chapter 13: Project

465 57 10
                                    

Sehabis kejadian pertemuan Autumn dengan Veronica di rumah David tadi pagi, David jadi bingung sendiri tentang pengakuan Autumn kalau ia tidak suka dengan Veronica. Apa sebabnya? Bahkan selama mendiskusikan tugasnya bersama Veronica tadi ia tampak tidak konsentrasi karena memikirkan Autumn. Sekitar jam 1 siang Veronica akhirnya pulang menyisakan David dan ketiga sahabatnya yang sibuk menonton film.

"Guys?" David yang sedang duduk di sofa memanggil ketiga sahabatnya yang sedang tegang menonton film ber-genre action. Bukannya menyahut mereka sama sekali tidak menghiraukan David. Bahkan kini Felix sibuk mengupas kacang dengan mata yang tetap fokus pada layar televisi.

"Guys!" Suara David naik beberapa oktaf namun tetap saja tidak digubris. Kesal dengan kelakuan tiga orang itu, David melempari punggung mereka dengan bantal sofa. Tapi, mereka malah tertawa sehabis dilempari bantal. Dan mereka berempat berakhir dengan perang bantal. Akhirnya bukannya mereka yang menonton film tapi malah filmnya yang menonton mereka perang bantal.

"Astaga, aku ini sedang serius." David mengakhiri perang bantal dengan napas sedikit terengah-engah, lelah tertawa.

"Oh. Kami kira kamu memberi kode ingin perang bantal." Jawab Dennis enteng dan masih saja melempar satu bantal sofa tepat ke wajah Will. Will yang sudah lelah tidak membalas lemparan Dennis.

"Kalian kira aku anak kecil yang suka bermain perang bantal?" protes David. Nyatanya ia baru saja bermain perang bantal sambil tertawa terpingkal-pingkal.

"Wah, filmnya sudah habis. Ini semua gara-gara David." Will merajuk dengan bibir yang mengerucut. Menggemaskan.

"Aku? Aku? Aku?" David menunjuk-nunjuk dirinya sendiri dengan mata membelalak pada Will.

"Iya. Ini salahmu." Jawab Will seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.

David mendengus kesal. Ia memilih diam daripada melawan Will yang setengah gila. Menurutnya.

"Eh. Tadi pagi ada apa dengan Autumn?" tanya Felix saat merasa atmosfer di ruangan ini terlalu panas.

"Sebenarnya tadi aku ingin membahas tentang itu, tapi kalian malah mengajakku perang." Jawab David yang kini mood-nya mulai membaik. Ia beranjak dari sofanya dan duduk di lantai bergabung dengan yang lain.

"Sepertinya Autumn kaget sekali melihat kehadiran Veronica. Ya, kami juga kaget tapi maksudku Autumn seperti..." Dennis memberi jeda pada kalimatnya.

"Kesal?" Sambung Will.

"Ya, benar. Seperti kesal. Padahal 'kan seharusnya biasa saja. Veronica 'kan pernah satu sekolah dengan kita. Aku malah senang bertemu teman lama." Felix berpendapat seraya menerawang jauh ke langit-langit.

"Kalian dengar tidak sewaktu dia menyanyakan keberadaan David pada Veronica? Matanya. Matanya memancarkan amarah." Dennis dengan semangat menggebu-gebunya dihadiahi lemparan bantal dari Will.

"Berlebihan!" sahut Will.

"Tapi serius. Dia seperti...umm...tidak suka mungkin." Dennis tampak berpikir untuk mendeskripsikan perilaku Autumn tadi pagi.

"Ya. Dennis benar. Sewaktu aku mengajaknya ke bawah untuk mengobrol, dia bilang bahwa dia tidak suka dengan Ve. Aku bingung. Rasaku tidak ada hal yang patut dibenci dari Ve. Lagipula, memangnya Autumn pernah dekat dengan Ve sewaktu SMA? Jujur saja aku sama sekali tidak ingat bahwa Ve pernah satu sekolah dengan kita."

"Dasar pria antisosial. Makanya jangan hanya bergaul dengan Autumn saja jadi kamu tidak mengenal orang banyak. Bahkan Veronica termasuk gadis populer di sekolahpun kamu tidak kenal. Aduh, David. Apa yang kamu lakukan selama sekolah?" Felix tampak kesal dengan sikap David yang terkesan antisosial selama di sekolah. Tidak peduli dengan sekitarnya. Cenderung memiliki dunia sendiri bersama Autumn dan ketiga sahabatnya ini. Padahal David sangat dielu-elukan di sekolah karena ia termasuk dalam daftar The Most Wanted.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang