Chapter 25: Too Late?

313 38 0
                                    

Sayup-sayup terdengar suara ketukan pintu di pagi buta seperti ini. Dia mengerjap, mencoba mengumpulkan kepingan nyawa yang masih bergeletakan entah kemana. Melihat ke arah jam dinding, ternyata masih pukul lima pagi.

Siapa orang yang berani-beraninya mengusik tidurnya di pagi buta seperti ini. Bahkan ini weekend, tidak seharusnya bertamu di pagi hari saat weekend, pikirnya.

Dengan langkah gontai dan mata yang masih enggan terbuka, ia menuruni tangga menuju pintu utama. Tamu tak diundang itu mengetuk pintu sekali lagi, ia menggeram pelan kala ketukan itu mengusik pendengarannya. Pun ia membuka pintu, masih dengan mata yang tertutup, tampaknya sulit untuknya membuka mata meski kondisinya sedang berjalan sekali pun.

"Dave?"

Suara itu membuatnya mengerjap. Dengan malas David membuka mata kirinya. Ya, hanya sebelah kiri.

Apa aku masih mimpi? Bagaimana bisa Autumn ada di depanku sekarang? Batin David menerka-nerka.

Tak ada respon dari orang di hadapannya ini. David kembali membuka mata kanannya seraya menggosok kedua mata persis seperti orang baru bangun tidur. Ya, nyatanya dia memang baru bangun dari tidur.

Dengan kesadaran yang hampir penuh, David menemukan Autumn dengan sweater berwarna navy dan jogger pants-nya sedang berdiri di depan pintu utama rumah David dengan telinga kiri yang di sumbat earphone.

Tunggu. Itu sweater yang ku berikan padanya saat kami ke London Eye waktu itu bukan?

David tersenyum tipis dengan muka bantalnya melihat Autumn mengenakan lagi sweater pemberiannya waktu itu.

Autumn tertunduk dengan wajah malu. Bibirnya membentuk sebuah garis tipis. Ia mencoba fokus ke arah lain, kemana saja selain ke arah David.

Peka dengan sikap aneh gadis itu, David melihat dirinya sejenak.

Ya, kaos putih polos yang sedikit longgar dengan boxer hitam di atas lutut. Beginilah penampilan David kala di rumah, apalagi saat bangun tidur. Toh semua pria pasti berpenampilan seperti ini menurutnya.

"Mau apa pagi-pagi buta kemari? Mengganggu tidurku saja, tau tidak."

"Aku ingin bertemu Gemma, bukan bertemu denganmu."

"Oh. Ada kepentingan apa?"

"Kami janji untuk jogging bersama di minggu pagi."

Lagi dan lagi David hanya ber-oh ria.
Kemana Gemma sekarang? Kenapa bukan dia yang membukakan pintu kalau dia sudah bangun?

David membuka pintu sedikit lebih lebar dan mempersilakan Autumn untuk masuk.

"Masuk. Aku akan memanggil Gemma di atas."

Sepertinya kesadaran David belum pulih sempurna, ia masih menutup matanya sembari menaiki tangga dan menuju kamar Gemma, tampaknya tidur sambil berjalan begitu mengasyikkan bagi David.

"Gemma! Autumn menunggumu, cepat turun!" David berteriak heboh seraya menggedor pintu kamar kakaknya.

"Apa? Autumn sudah datang? Katakan tunggu sebentar, aku baru saja selesai mandi."

Pantas saja dia tidak menghiraukan ketukan pintu dari Autumn, ternyata dia masih mandi. David pun kembali menuruni tangga, menemui Autumn yang masih duduk di sofa ruang tamu sambil mengusap-usap kedua tangannya yang tenggelam di lengan sweater.

"Gemma masih berpakaian. Tunggu sebentar." Autumn mengangguk.

Karena rasa kantuk yang masih sangat mendera itu, David memutuskan membaringkan tubuhnya di sofa sambil memeluk bantalnya.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang