Chapter 15: Move

389 56 5
                                    


"Oh my God! Autumn jawab!" suara Delisa terdengar menjerit histeris menunggu jawaban Autumn di tengah keheningan.

Apa harus dijawab? Lagi-lagi batin Autumn bertanya-tanya. Dikala genggaman tangan dari David yang tak kunjung lepas bagai menanti jawaban, diikuti tatapan dari mata hazel teduh miliknya membuat Autumn berdegup kencang. Lidahnya kelu padahal ia sendiri yang menyadarkan dirinya bahwa ini hanya permainan yang tak perlu dianggap serius, bersikap santai saja, namun tatapan mata hazel di depannya ini menafsirkan sesuatu yang berbeda yang Autumn sendiri tidak mengerti.

Pluk! Sebuah lemparan kacang tepat menimpa dahi David, membuatnya mengalihkan fokus dari Autumn ke arah lemparan kacang tersebut. Matanya memicing melihat Felix yang tengah mengunyah kacang dengan wajah tanpa dosa.

"Felix! Kamu merusak suasana!" Delisa memekik kencang. Ruangan menjadi heboh dengan seruan dari semua orang pada Felix yang menjadi perusak suasana dengan insiden lemparan kacang pada David.

"Dave manis sekali. Aku yakin siapa saja gadis yang mendengarnya akan meleleh. Aku tidak menyangka kamu bisa semanis ini. Tidak kalah dengan Will." Autumn terkekeh, menepuk-nepuk pipi David yang masih menegang di hadapannya, kemudian ia kembali duduk ke tempatnya semula.

Dennis dan Will menarik David kembali duduk bersama mereka. Mereka tau bahwa perasaan David pasti tidak karuan sekarang.

"Ayo putar botolnya lagi, David," pinta Adrian.

***

Setelah puas bermain ToD akhirnya Adrian mengajak David, Felix, Will dan Dennis untuk menginap di rumahnya saja berhubung sudah malam dan keempatnya menyetujui usulan dari Adrian. Yang lain sudah kembali ke kamar masing-masing, grup wanita di kamar Autumn dan grup pria di kamar Adrian, tapi David memilih untuk mencari udara segar di halaman depan rumah Autumn.

David hanya duduk di sebuah ayunan, ditemani angin malam hilir mudik menerpa wajahnya. Malam ini langit sedikit mendung, tak ada satupun bintang yang menghiasi angkasa. Terlalu gelap dan suram, sangat mendukung suasana hati David. Dikala ia asyik melamun, sebuah mobil Range Rover putih berhenti tepat di depan rumah Autumn. Seorang pria dirty blonde dengan pakaian dinginnya keluar dari mobil. David memperhatikan pria itu saksama hingga pria itu memasuki pagar rumah yang belum terkunci melangkah menuju pintu utama. Pria itu belum menyadari keberadaan David yang sedang memperhatikan gerak-geriknya.

Menghela napas sejenak, David bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati pria yang baru saja ingin mengetuk pintu.

"Mau apa malam-malam kemari?" tanya David yang membuat kaget pria tersebut.

"Kamu Dave, 'kan?"

David mengangguk pelan.

"Aku Arthur," ucap Arthur ramah seraya mengulurkan tangannya ingin berjabat dengan David. David menyambut tangan Arthur singkat lalu kembali memberikan tatapan mengintimidasi.

"Jadi," tanya David sekali lagi.

"Oh iya, aku ingin mengembalikan dompet Autumn yang tadi siang ketinggalan di kafe. Autumn-nya ada?"

David melirik ke arah dompet berwarna cokelat muda bergambar menara Eiffel milik Autumn yang ada di tangan kiri Arthur.

"Autumn sudah tidur," jawab David dengan nada malasnya.

"Benarkah? Padahal aku ingin mengatakan sesuatu padanya. Ya sudah kalau begitu aku titip ini saja ya pada Autumn." Arthur memberikan dompet tersebut pada David. "Oh iya, anyway ... Sedang apa kamu di rumah Autumn?" kali ini Arthur yang menanyakan tentang keberadaan David di sini.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang