Chapter 30: Gone

422 36 5
                                    

⏩ All I Ask - Adele
⏩ Running Low - Shawn Mendes
⏩ Gone - N'Sync

A/N

Gue punya tiga playlist buat chapter ini. Silahkan didengarkan untuk mendukung suasana ^^

Enjoy


Sinar matahari sedikit demi sedikit menyeruak masuk melalui celah tirai kamar David. Rambutnya acak-acakan, matanya memerah dan terlihat sedikit bengkak karena semalaman tidak bisa tidur. Ia menyibukkan dirinya semalaman hingga pagi seperti ini untuk menyelesaikan project-nya yang hampir tiga bulan ia kerjakan. Karena terlalu galau mengenai masalahnya dengan Autumn akhir-akhir ini membuatnya melampiaskan kekesalannya itu pada dinding kamarnya.

Tidak seperti kebanyakan orang yang melampiaskan amarah dengan membuat onar dan merusak barang-barang tapi, David malah membuat sebuah karya menakjubkan di dindingnya dengan gradasi warna yang begitu indah. Bakat arsitek David memang tidak bisa diragukan bahkan saat depresi pun dia bisa menyelesaikan karya ini dengan baik. Kumpulan potongan majalah-majalah bekas itu kini terpatri indah menjadi sebuah karya mempesona buah tangan David.

Dengan wajah belepotan cat warna-warni, David merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya memandangi hasil karyanya itu. Ia tersenyum, senyum miris melihat dindingnya yang beralih fungsi menjadi tempat ia melampiaskan perasaannya kali ini.

"Meskipun begitu, aku masih memujamu."

Dengan begitu, David tertidur nyenyak saat matahari sudah menampakkan wajahnya

***

Dua minggu berlalu semenjak hari pertemuan Autumn dan Jace hingga akhirnya hubungan Jace dengan keluarga Autumn sudah sangat membaik. Tak jarang Jace menelepon Autumn hanya sekedar bertanya tentang kabar putrinya itu atau bertanya tentang hari yang Autumn lalui. Semua hal rumit itu kini berubah menjadi begitu menyenangkan. Bagi Autumn menjadi suatu hal unik mempunyai dua orang Ayah yaitu Ayah Connor dan Papa Jace.

"A! Kemarilah!" teriakan Adrian yang menggelegar itu mengisi seluruh penjuru rumah membuat Autumn yang sedang asyik menonton di kamarnya langsung bergegas turun ke lantai dasar untuk menemui Adrian.

"Kenapa, Ian?"

Senyuman semringah Adrian mengembang sambil mengepak-kepakkan tangannya menyuruh Autumn mendekat.

Di ruang keluarga, sudah ada Adrian, Ayah dan juga Ibu mereka. Adrian yang tampak antusias kini sedang duduk di antara Ayah dan Ibu mereka sambil bergelayut manja ke pundak Ibunya, lalu memberi ruang untuk Autumn agar bisa duduk di antara dia dan Ayahnya. Autumn pun menurut dan duduk di ruang kosong yang sudah disediakan oleh Adrian.

"Ada apa ini?" tanya Autumn heran karena jarang sekali ia melihat keluarga kecilnya berkumpul bersama seperti ini.

Connor tersenyum penuh arti. "Ayah punya hadiah untukmu."

"Hadiah?" Alis Autumn hampir bertaut. Seingatnya ini bukan musim gugur yang pertanda bahwa ini bukanlah hari ulang tahunnya. "Aku tidak ulang tahun hari ini. Apa Ayah lupa lagi ulang tahunku?"

Connor terkekeh. "Tentu saja Ayah ingat ulang tahunmu, saat musim gugur tanggal 17 Oktober. Tapi, hadiah itu diberikan bukan hanya saat ulang tahun 'kan? Ian saja Ayah beri hadiah."

Autumn menoleh ke arah Adrian yang kini telah tersenyum lebar sambil memamerkan dua buah kertas ke hadapan Autumn.

"Apa?" pekik Autumn kencang saat melihat kertas apa yang sedang Adrian pegang. "Dua tiket liburan ke New York!" Autumn menjerit histeris dan ingin merebut satu tiket itu dari tangan Adrian namun dengan secepat kilat pria itu melepaskan diri dari Autumn.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang