Chapter 10 (1): Phobia

425 63 7
                                    

A/N

Sebelumnya gue mau kasih tau kalau chapter 10 alias chapter phobia ini gue bagi jadi dua soalnya rada panjang. Jadi sehabis baca ini langsung di next ke bagian selanjutnya ya. Hehe.

Udah deh segitu aja dulu. Jangan lupa vomment ya wkwk.

Happy reading

***

Sudah hampir 2 hari Adrian tidak ada di rumah karena ia sedang melakukan trip bersama kawan-kawannya. Hobi Adrian. Sedangkan di rumah Autumn hanya berdua dengan Ibunya dan Ayahnya masih ada di luar kota, mengurus pekerjaannya. Seperti biasa. Namun walau pun Ibunya ada di rumah tetap saja rasanya seperti tidak ada Ibu bagi Autumn sebab kerjaan Ibu Autumn di rumah hanya duduk di depan laptopnya dengan berkas-berkas yang menumpuk. Wanita karier.

Autumn juga tidak berkeinginan untuk mengganggu Ibunya tersebut. Ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Di rumah ada atau tanpa Ibu sama saja rasanya. Tapi, di rumah tanpa Adrian akan terasa sangat sepi.

"Hallo?" Autumn mengangkat ponselnya yang baru saja berdering.

Terdengar suara bariton di ujung sana.

"Hai."

"Tumben kamu menelepon? Ada apa?"

"Tidak, hanya bertanya kamu sedang apa?"

"Home alone, Dave. Membosankan."

"Ooohhh..." David ber-oh ria.

"Tuh, kamu menyebalkan! Hanya dijawab dengan oh saja."

"Jadi maunya apa?"

"Tidak ada! Tutup saja teleponnya kalau hanya ingin menjawab oh."

"Baik, akan ku tutup teleponnya. Tapi, kamu segera buka pintu rumahmu. Aku ada di depan."

"Apa?" Autumn langsung melompat dari tempat tidurnya menuju jendela. Di sana ia melihat David sedang bersandar di depan mobilnya dengan kedua tangan yang saling menyilang seraya menatap ke arah jendela kamar Autumn dengan wajah datar.

"Cepat turun. Di sini dingin tau."

Dengan kecepatan penuh, Autumn berlari ke lantai bawah segera menghampiri David.

"Kenapa kamu kemari?"

"Kalau tidak suka ya sudah, aku pulang saja."

"Ih David, aku 'kan hanya bercanda saja."

"Hmm.... Mau jalan?"

"Jalan?"

"Iya, kamu bosan 'kan home alone selama 2 hari ini?"

"Benar juga. Kalau begitu aku ke dalam dulu ya, mau mengganti pakaian."

"Tidak usah," dengan sigap David menahan lengan Autumn yang sudah bersiap untuk berlari ke dalam rumah.

"Tapi pakaianku-"

"Aku membawa sweater. Pakailah."

Memeriksa jok belakang mobilnya, David menemukan sebuah sweater berwarna navy bertuliskan 'ROCKET TO THE MOON' tepat di bagian depannya.

Pun Autumn memakai sweater tersebut dan sukses membuat tubuhnya tenggelam ke dalam sweater itu. Bukan kebesaran, hanya saja panjangnya hampir mencapai lutut padahal biasanya jika David yang memakainya hanya menutupi paha atasnya saja.

Autumn memang bertubuh kecil belum lagi jika ia berdampingan dengan David, ia terlihat semakin mungil, hanya setinggi leher David. Kecil bukan? Tidak salah jika sweater itu tampak seperti dress jika ia yang mengenakannya.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang