Chapter 22: Home

356 46 3
                                    

A/N

Hallo. Lama ya gk update? Semoga gk pada ngacir dan masih setia baca ini sampe tamat. Amin.

Demi bayar ke-telat-an gue update maka dari itu gue update 3 chap sekaligus malam ini. HA HA HA.

Jangan lupa vote dan comment. Okay?

Potongan-potongan kecil kertas berwarna warni berbentuk segi enam, berhamburan di sisi lantai samping tempat tidur. Tumpukan kertas lembaran majalah sudah dipisahkan satu sama lain dan siap untuk digunting menjadi potongan segi enam.

Alunan musik klasik terdengar lembut menemani David yang sibuk memotongi kertas-kertas majalah bekas yang baru saja ia dapatkan dari kamar Gemma. Senyum di bibirnya tak pernah hilang kala jemarinya bergerak telaten mengguntingi kertas-kertas bekas.

Project satu ini selalu membuatnya bersemangat, sebuah project-yang katanya-akan menjadi sebuah project menakjubkan yang pernah David buat sepanjang sejarah, tentu saja sebelum ia bisa mendesain sebuah bangunan menakjubkan segabai seorang arsitek.

Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan David dan dengan segera ia merapikan potongan-potongan kertas yang sudah jadi itu ke dalam keranjang buah tempatnya biasa menyimpan potongan kertas itu. Lalu ia kembali menutup tirai berwarna biru laut ke dinding kamarnya yang sempat ia buka untuk menempelkan potongan itu.

Saat dirasa semuanya sudah kembali beres barulah David berjalan cepat untuk membukakan pintu kamarnya. Di sana ia menemukan Autumn sudah rapi dengan pakaian milik Gemma. Ya, Autumn menginap di rumah David semalam, karena David tidak tau lagi ingin membawa Autumn kemana jadi ia bawa saja Autumn pulang dan tidur bersama Gemma.

"Kamu sudah bangun?" tanya David yang menempel di sisi pintu, tak ingin membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

Autumn mengangguk pelan, wajahnya celingak-celinguk ke dalam kamar David karena ia sebenarnya tidak pernah sekalipun memasuki kamar pria ini, hanya penasaran seperti apa kamar David sebenarnya. Belum lagi dengan sikap David yang tampaknya tidak pernah membawanya masuk ke dalam kamar. Bukan apa-apa, hanya saja ia ingin melihat-lihat kamar David.

"Seumur hidupku, aku tidak pernah masuk ke dalam kamarmu. Bagaimana isinya?"

"Memangnya ada kepentingan apa ingin masuk ke dalam kamarku? Isinya sama saja seperti kamar tidur pria biasanya."

"Aku hanya ingin melihat-lihat kamarmu saja. Kamu pernah masuk ke kamarku tapi aku tidak pernah masuk ke kamarmu."

"Tidak baik seorang wanita masuk ke dalam kamar seorang pria. Kecuali kamu ... mau menjadi istriku baru aku bolehkan kamu masuk," jawab David asal.

Wajah Autumn kini sudah memerah menahan malu dengan ucapan David yang terlewat frontal. Itu terlalu frontal dikatakan seorang pria kepada seorang wanita. David mengulum senyumnya melihat pemandangan seorang Autumn dengan pipi bersemu merah menahan malu.

"Yah, dia malah memerah," ucap David mencubit pipi merah Autumn.

"Apa-apaan?" Autumn menghalau tangan David yang mencubiti pipinya gemas, "lekas ke bawah, Gemma menyuruh kita sarapan bersama."

Setelah menyampaikan maksud utamanya kemari, Autumn langsung berbalik lalu menuruni tangga meninggalkan David yang masih bertengger di depan pintu kamar namun ia masih bisa mendengar gumaman David di belakang sana.

"Sampai bertemu di ruang makan, calon istri," lalu suara tawa David berderai di ujung sana sedangkan Autumn semakin memerah seraya mengusap pipinya yang memanas.

Dalam hatinya David berucap, Amin.

***

"Yakin ingin bolos kuliah hari ini?" tanya David yang sudah mendaratkan bokongnya di sofa ruang santai sambil membawa dua gelas susu cokelat buatannya.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang