Chapter 21: Broken

474 56 18
                                    

A Little Too Much - Shawn Mendes

Senyum David mengembang sambil mengangkati barang-barang yang ada di dalam mobilnya. Bagaimana ia tidak senang sebab Ayahnya baru saja pulang dari Kanada. Ayah David memang bekerja di Kanada semenjak 5 tahun lalu jadi hanya pulang ke Inggris beberapa bulan sekali, itupun hanya beberapa minggu saja.

David kembali menuju ke depan rumah untuk mengambil beberapa barang bawaan yang masih tersisa di dalam mobil. Namun alangkah terkejutnya ia saat mendapati seorang gadis sedang duduk di kursi penumpang depan dengan membenamkan wajahnya di kedua lututnya yang ia tekuk. Gadis itu memeluk lututnya, dengan memakai cardigan abu dan beanie senada. Isakannya terdengar jelas oleh David.

"Autumn?" tanya David memastikan bahwa gadis yang ada di dalam mobilnya adalah Autumn.

David memang tidak menutup pintu mobilnya tadi sebab masih ada barang yang perlu ia pindahkan dari mobil jadi pasti Autumn masuk ke dalam mobil saat ia sedang memindahkan barang ke dalam rumah.

Merasa ada yang salah dengan Autumn, David ikut masuk ke dalam mobil untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada gadis satu ini.

"Autumn, apa yang terjadi?" David menggoyangkan bahu Autumn pelan sebab gadis ini tak kunjung menyahut saat David panggil.

Autumn mengangkat kepalanya lalu memandang David yang juga sedang memandangnya khawatir. "Dave?" panggil Autumn.

"Iya?"

"Bisa bawa aku pergi? Kemana saja asal jangan di sini," kata Autumn lirih.

David mengangguk dan langsung menyalakan mesin mobil, siap untuk pergi. Sesekali David melirik Autumn dengan ekor matanya seraya mengemudi, mengemudi entah kemana tanpa tujuan. Gadis itu hanya duduk diam di sampingnya dengan memeluk kedua lututnya sambil menatap kosong keluar jendela. Wajahnya terlihat kalut, terdapat bekas air mata yang hampir mengering di pipi mulusnya.

Jika ditanya siapa yang paling mengerti Autumn, jawabannya sudah pasti David. Ada seribu pertanyaan menggantung di kepala seorang David tentang keadaan Autumn saat ini namun ia tetap tenang menghadapi gadis ini. Menuruti permintaan Autumn untuk membawanya pergi adalah pilihan yang tepat daripada harus menjatuhi Autumn dengan ribuan pertanyaan di kepalanya.

Yang jelas David tau bahwa Autumn sedang butuh sandaran. And David has a shoulder to cry on.

***

"Mau minum?" David mengambil posisi duduk di samping Autumn yang sedang memeluk kedua lututnya sembari menenggelamkan kepalanya di sana.

Tangan kanan David mengambang di udara dengan sebuah kotak susu stroberi menunggu respon dari Autumn untuk menyambut kotak susu tersebut.

Autumn menoleh sejenak lalu terdiam memandangi kotak susu di tangan David. David mendelik lalu menusuk kotak susu itu dengan sebuah sedotan, ia menarik tangan Autumn dan meletakkan susu itu di tangan Autumn.

"Minum dulu, baru cerita," kata David yang kini sudah menyedot susu cokelat miliknya sambil memandangi London Eye yang berada di hadapannya.

Ya, mereka sekarang sedang ada di dermaga sungai Thames. Tempat favorit Autumn saat ia sedang kalut. Pilihan satu-satunya yang ada di pikiran David hanya tempat ini, tempat yang paling cocok menenangkan suasana hati seorang Autumn.

Hening.

Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada seorangpun yang ingin memulai pembicaraan. Ada rasa getir yang muncul di tenggorokan Autumn saat ia mencoba ingin berkata-kata. Lidahnya kelu mengingat kenyataan yang baru saja ia lihat.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang