Chapter 19: Strawberry Milk

342 50 8
                                    

Suara ketukan pintu menyadarkan David dari lamunannya. Sambil berdecak kesal karena acara santainya diganggu, David bangkit dari sofa ruang santai menuju pintu utama. Ia membuka pintu dan mendapati seorang anak laki-laki berdiri di depan pintu dengan cengiran lebarnya, terdapat satu lubang di deretan paling ujung giginya yang sebelah kanan saat ia tersenyum lebar membuat anak ini terlihat imut dengan gigi ompongnya.

Si ompong sudah pulang? Untuk apa si ompong kemari siang-siang seperti ini, batin David.

Anak itu membawa satu paper bag ukuran sedang lalu menyerahkannya pada David, tak lupa dengan cengiran gigi ompongnya.

"Ini oleh-oleh dari Ibu buat kak Gemma dan kak Beckham. Kami baru saja pulang dari Swiss, lho," katanya dengan semringah.

David mengambil paper bag itu dari tangan si anak laki-laki lalu mengintip isinya. Di dalamnya terdapat dua kotak cokelat dan satu kotak keju khas Swiss dengan merk terkenal. Anak laki-laki ini merupakan tetangga seberang rumah David, mereka memang baru saja berlibur ke Swiss sekitar 3 minggu yang lalu dan David tidak tau bahwa mereka sudah kembali lagi ke London.

"Ya sudah kalau begitu sampaikan terima kasih kakak pada Ibumu."

Anak itu menyatukan ujung ibu jari dengan ujung jari telunjuknya membentuk bulatan kecil pertanda 'Okay'. Baru saja David ingin menutup pintunya tapi anak itu langsung melenggang masuk ke dalam rumah dan menghempaskan bokongnya ke sofa di ruang tengah.

"Apa yang kamu lakukan ompong?" David menutup pintu lalu mengikuti anak itu duduk di sofa seraya menaruh paper bag berisi cokelat dan keju tadi di atas meja.

"Berapa lama kita tidak berjumpa kak? Aku rindu...,"

David mengernyit, alisnya hampir bertaut menatap aneh ke anak laki-laki itu. Mimpi apa dia bisa dirindukan oleh si ompong.

"Rindu playstation milikmu, maksudku." Anak itu terkekeh dengan kepala yang ia sandarkan di kepala sofa. "Sudah tiga minggu aku tidak merasakan memegang stick playstation milikmu kak. Ayo kita main."

"Lagi malas," ucap David ketus. Ia hanya mengutak-atik channel televisi tanpa menontonnya.

"Ah, kak Beckham tidak seru." Anak itu memberengut dengan tangan yang menyilang di depan dada.

"Jangan panggil aku Beckham. Namaku David Armstrong bukan David Beckham, ompong," koreksi David. Anak itu memang suka memanggilnya Beckham sama seperti Will yang kadang memanggil David dengan sebutan itu. Bukannya senang dipanggil dengan nama seperti pesepakbola terkenal itu, David malah tidak suka. Katanya Armstrong lebih keren dari Beckham.

"Makanya jangan memanggilku dengan sebutan ompong juga. Namaku Romeo bukan ompong," protes anak laki-laki kelas 6 SD bernama Romeo itu.

"Tapi kamu lebih pantas dipanggil ompong daripada Romeo. Romeo itu terlalu tampan dan drama melankolis sekali," sanggah David tak mau kalah.

"Setidaknya nama Romeo lebih bagus daripada David."

"Terserah," jawab David acuh tak acuh.

"Eh kak. Kalau dipikir-pikir bukannya nama anak David Beckham ada yang Romeo juga ya?"

"Setauku nama anaknya Victoria Beckham."

Romeo tertawa sembari meninju lengan David. "Itu istrinya kak. Aduh...," Romeo menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar jawaban David. Sedangkan David hanya ber-oh ria.

"Nama anaknya itu ada yang Brooklyn, Romeo, Cruz dan Harper. Wah berarti kita berdua keluarga Beckham 'kan kak?" Romeo kembali terkekeh tapi hanya ditanggapi dengan ekspresi datar dari David.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang