Chapter 24: Uncovered

473 44 17
                                    

Lembar demi lembar novel berbahasa Perancis terus ia baca meski jam sudah menunjukkan pukul dua pagi namun tak menyurutkan niatnya untuk menghabiskan membaca novel karya Victor Hugo itu di sofa kamar tidurnya. Berbagai posisi sudah ia coba demi menunjang kenyamanannya membaca, dari duduk tegak, duduk menyandar di kepala sofa, berbaring, berbaring sambil menyamping hingga tengkurap pun sudah ia coba hingga saat ini ia memutuskan kembali duduk menyandar di sofa untuk melanjutkan sesi membacanya.

Hingga sebuah suara pintu kamar di buka mengalihkan konsentrasinya membuat fokusnya memandang ke arah pintu yang terbuka untuk memastikan siapa gerangan yang memasuki kamarnya jam dua pagi begini. Sampai sebuah kepala menyembul di balik pintu itu menampakkan wajah lusuh seorang Adrian dengan mata merah yang tampak sangat mengantuk namun tak bisa tidur.

"Ian?" panggil Autumn. Ia menutup novelnya dan fokus pada adiknya yang sedang berdiri di depan pintu dengan kepala menyembul di balik pintu.

"A, boleh aku masuk?"

Autumn mengerjap sejenak lalu mengangguk, "Tentu."

Adrian memasuki kamar Autumn lalu menutup pintunya kembali. Berjalan dengan langkah gontai, rambut sangat berantakan, mata merah, muka bantal yang tidak bisa tidur ia duduk di samping Autumn.

"Kamu belum tidur? Tumben."

"Aku belum bisa tidur," kata Adrian dengan mata yang setengah terbuka.

Merasa kasihan dengan adiknya yang tak bisa tidur itu, Autumn menarik kepala Adrian untuk bersandar di bahunya lalu mengusap lembut rambut adiknya.

"Tumben sekali tidak bisa tidur, ada masalah apa memangnya?"

Cukup lama tak ada jawaban dari Adrian hingga ia menjawab, "Aku merindukanmu, A."

Hati Autumn rasa teriris. Apa begitu terasa bagi Adrian kalau Autumn seperti menjauh? Padahal Autumn sendiri tidak bermaksud untuk itu.

"Aku 'kan selalu ada di sini lalu apa yang kamu rindukan?"

"I just missing you."

Senyuman itu terbit di wajah Autumn melihat tingkah manja adiknya. Adakah adik laki-laki semanis Adrian? Autumn beruntung memilikinya.

"Tidurlah. Untuk malam ini, kamu boleh tidur di sini."

Tanpa Autumn ketahui, sebuah senyuman kebahagiaan terbit di bibir Adrian. Merasakan kenyamanan dari usapan lembut tangan Autumn di kepalanya. Merasakan deru napas yang berhembus secara teratur dari Autumn. Merasakan kembali aroma stroberi khas Autumn di dekatnya. Kakaknya ini selalu bisa menenangkannya. Menurut Adrian tak ada kebahagiaan yang lebih menyenangkan daripada bisa bergelung manja seperti ini pada kakaknya.

"Omong-omong...," Autumn membuka suara, memecah keheningan di antara mereka. Adrian mengerjap pelan mendengar suara lembut kakaknya itu. "Apa yang akhir-akhir ini terjadi antara kamu dan Claire?"

"Hah?" Adrian mengangkat kepalanya dari bahu Autumn, memandang kakaknya dengan penuh tanya. Apa yang sedang Autumn pikirkan tentang dia dan Claire?

Autumn berdelik, memutar bola matanya jengah. Ia sudah sering melihat adiknya ini mengelak saat ditanya tentang seorang wanita yang ia dekati. Untuk masalah semacam ini, Adrian cukup tertutup dan tak banyak bicara.

Jemari Autumn bergerak pelan menyibakkan rambut Adrian yang sangat berantakan, sedikit merapikannya lalu menepuk-nepuk pipi mulus Adrian.

"Kamu masih dengan Lucy?"

Adrian memicing lalu sejurus kemudian mengangguk lemah.

"Kamu banyak cerita pada Claire 'kan akhir-akhir ini?"

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang