Chapter 26: Our Playlist

348 34 6
                                    

Angin berhembus kencang menerbangkan helaian rambut pirang milik gadis itu. Mata birunya menatap nyalang ke langit malam yang begitu indah ditemani taburan bintang gemerlap. Aroma khas kopi terasa sangat pas menemani malam ini di atas kap mobil berdua dengan pria dirty blonde yang sedang menyesap kopinya.

Di tengah taman bunga, duduk berdua di kap mobil dengan orang yang disayang, beratapkan langit, ditemani segelas kopi rasanya memang sangat menyenangkan. Itulah yang kini sedang dirasakan oleh Arthur. Matanya tak henti-hentinya memandangi Autumn yang sedang duduk di sampingnya melamun menatap langit. Rambutnya tergerai ditiup angin membuatnya tak tahan ingin menyelipkan helaian rambut itu ke belakang telinga Autumn.

Autumn tersadar dari lamunannya saat merasakan sentuhan di sekitar telinganya. Jemari Arthur yang bergerak lembut menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinga. Arthur tersenyum. Autumn pun tersenyum namun seperti ada sesuatu yang mengganjal senyuman itu.

"How's life?" tanya Arthur membuka percakapan.

Sebenarnya selama Arthur pergi, banyak hal buruk yang sudah Autumn lalui tapi ia tidak ingin mengatakan secara rinci setiap hal itu yang akan membuat Arthur penasaran dan banyak bertanya tentang masalahnya. Jadilah Autumn membalas pertanyaan itu dengan sedikit kebohongan. "Baik," jawabnya singkat.

Arthur kembali tersenyum. Entah kenapa suasana menjadi begitu canggung. Tak ada obrolan yang mengisi keheningan ini bagaikan terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sudah dua bulan lebih aku menunggu datangnya musim semi dan akhirnya hari ini datang juga. Jadi...,"

Autumn meneguk liurnya berat. Ada gejolak aneh yang membuat ritme jantungnya tidak normal. Tak bisa dipungkiri mata indah pria di sampingnya ini cukup ia rindukan beberapa waktu terakhir. Pria lembut yang baru ia temui saat malam tahun baru itu memang cukup mempesona.

Siapa yang tidak suka melihat wajah tampan nan manis milik Arthur? Autumn salah satu gadis yang terpesona dengan semua penampilan kasual pria ini. Tapi, entah kenapa malam ini suasana hatinya sedang aneh. Ada rasa takut yang tak bisa ia deskripsikan dari dalam benaknya saat menunggu kalimat sakral yang tentu saja akan Arthur tanyakan malam ini.

"Waktu itu aku masih takut, entah kenapa aku takut mendengarkan responmu tentang perasaanku. Bukannya aku takut ditolak namun aku hanya takut kamu berubah saat aku mengatakannya. Oleh sebab itu aku memberikanmu waktu hingga awal musim semi dan karenanya aku sangat bersemangat menunggu hari ini. Aku tidak ingin menjadi pengecut lagi untuk mendengarkan jawabanmu. So, biar kuulangi...," jeda. "Aku menyukaimu Autumn. Bagaimana denganmu?"

Ritme jantung itu semakin tak menentu. Autumn benar-benar tak bisa mengontrol detak jantungnya yang di atas normal. Kalimat itu lagi-lagi menohok Autumn. Dengan cepat ia menahan rasa canggungnya di depan Arthur yang tampak menunggu jawaban Autumn. Senyuman manis terpatri di bibir mungil gadis itu.

"Art ... aku ...,"

***

Sebuah Range Rover putih berhenti di depan gerbang sebuah rumah. Tak lama kemudian seorang pria dirty blonde itu keluar dari pintu pengemudi dan mengelilingi mobilnya untuk membukakan pintu bagi gadis yang ada di dalam mobil itu.

Arthur tersenyum lebar sambil membukakan pintu bagi Autumn. Perbincangan singkat terjadi di antara keduanya lalu diakhiri dengan sebuah pelukan hangat dari Autumn pada Arthur. Pria itu mengusap punggung Autumn dengan senyuman yang terus terpatri di wajahnya. Setelah melepaskan pelukannya dari sang gadis, tak lupa Arthur memberikan sebuah kecupan singkat di dahi Autumn sebelum gadis itu berlalu pergi memasuki rumahnya.

Range Rover putih itu segera melesat menembus kegelapan malam selepas Autumn hilang di balik pintu utama rumahnya. Tanpa Autumn dan Arthur sadari, sebuah Chevrolet hitam sedang terparkir tak jauh dari rumah Autumn mengamati apa yang baru saja terjadi di seberang sana.

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang