Chapter 7: Who is Finn?

583 83 21
                                    

"Selamat malam." Ucapku sambil melempar senyum imut khas anak umur 10 tahun kepada seorang anak laki-laki di hadapanku.

"Cari siapa?" tanyanya dengan suara sok keren dan judes. Cih.

"Autumn ada?"

"Oh temannya Autumn ya. Sebentar ya..."

Si anak laki-laki ini menutup pintunya kembali membiarkanku diam seperti orang bodoh di depan rumah. Tidak sopan.

"A, ada temanmu di luar."

Suara teriakan laki-laki itu sangat terdengar dari luar sini.

Beberapa saat terdengar suara langkah kaki dari dalam, tepatnya suara tapak kaki yang berlari.

Aku kira Autumn yang membukanya ternyata anak laki-laki tadi lagi dengan wajahnya yang menyebalkan.

"A ada di dalam kamar, dia bilang langsung saja naik ke atas."

"Baik, terima kasih."

Dia hanya mengangguk pelan lalu kembali menutup pintu sesudah aku masuk.

"Oh iya, kamar Autumn dimana ya?" tanyaku lagi saat menaiki anak tangga kedua.

Laki-laki tadi berdelik lalu berlari mendahuluiku naik ke lantai atas. Ketika sudah sampai di atas, ia menunjuk sebuah pintu kayu dengan gambar pohon khas musim gugur tanpa dedaunan di depan pintu itu.

"Terima kasih."

Dia hanya mengangguk. Lagi.

Pun aku mengetuk pintu kemudian terdengar suara dari dalam.

"Masuk."

Membuka knop pintu dan memasuki kamar ini, aku melihat Autumn tengah duduk di meja belajarnya, membelakangiku.

"Hai."

Tanpa seizinnya aku langsung saja duduk di sofa yang ada di kamar ini. Kamarnya begitu nyaman, berwarna biru laut dengan wallpaper di salah satu sisi kamar bergambar Arc de Triomphe, monumen khas Paris. Belum lagi di langit-langit kamar ini ada beberapa pernak-pernik khas kota Paris tergantung di sana bahkan lemarinya yang berwarna putih pun terdapat gambar Eiffel Tower. Aku baru tau bahwa gadis ini menyukai segala macam yang berbau Paris.

Aku mengalihkan pandanganku kepada Autumn yang masih terus diam di meja belajarnya tanpa mengacuhkanku.

"Autumn? Kamu baik-baik saja?"

Hanya sebuah anggukan.

"Oh iya, yang tadi siapa? Laki-laki yang membukakan pintu untukku."

"Adrian. Adikku. Masih kelas 3 SD, 2 tahun di bawah kita. Kenapa?"

"Oh, eng...tidak apa-apa."

"Kalau begitu ayo kita mulai kerjakan tugasnya."

"Uhum." Autumn berbalik seraya membawa buku matematikanya.

Aku sengaja kemari untuk membantu Autumn mengerjakan tugas matematikanya, katanya dia kesulitan mengerjakannya kemarin.
Tapi, aku sangat terkejut ketika melihat mata Autumn yang begitu sembab seperti habis menangis.

"Autumn, kamu kenapa?"

"Ah tidak. Hanya terkena debu tadi."

"Kamu bohong."

"Sebaiknya kita langsung saja ya. Dave, tolong nomor-"

"Tidak. Kita tidak akan mulai kalau kamu belum cerita apa yang terjadi padamu."

17 Reasons I Love Autumn [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang