It's about Fanella Tratiana Mulyadi a.k.a Nella
Ia menatap sekali lagi gambaran dirinya di cermin kamarnya yang bernuansa pink itu. Seragam berwarna putih bersih, yang dimasukkan ke dalam rok berwarna biru dongker yang panjangnya mencapai 5 cm dibawah lutut. Lalu sabuk yang mengikat kuat pinggangnya, lalu kacamata minus full frame menghiasi mata coklat terangnya.Ia sudah siap ke sekolah, sepatu hitamnya sudah terpasang dengan kaos kaki 10cm diatas mata kaki. Oh, dia benar-benar siap untuk ke sekolah. Tas berwarna ungu gelapnya yang beratnya hampir 7kg itu membuat badan kurusnya semakin terlihat kurus.
"Pa, aku berangkat!" seru Nella. Tidak ada sapaan balik, ia sudah terbiasa akan hal itu. Ma, doain aku sukses, tambahnya dalam hati.
---
"Heii, akhirnya lu dateng juga!" seru Aren, jelas sekali nada lega tersirat dalam ucapannya tadi.
Inilah kebiasaan Nella yang lain, berlari di sepanjang trotoar untuk menuju ke sekolahnya agar ia tidak telat. Dandanan tadi pagi yang rapi pun jadi berantakan.
"Ayo kita masuk kelas!" seru Aren semangat.
Mereka masih kelas 7, masih masa polos dan culun.
---
Seiring berjalannya waktu, kini mereka sudah duduk di bangku kelas 8, mereka sudah dikenal banyak orang. Dandanan mereka sekarang sedikit gaul. Bahkan Sera sudah mulai bergaya. Saat menjenguk Osta dan Aren yang berada di rumah sakit pun, ia memakai baju yang cukup katanya trend. Namun, hanya waktu tertentu saja ia memakai baju yang aneh-aneh.
Di kelas 8 ini pula, ia merasakan hal yang aneh, bertemu dengan teman yang sangat mengasyikkan selain kedua temannya. Tentunya membuat ia sangat senang.
Kelas 9 tentu tidak terlalu banyak yang ia ingat. Ia masih tetap baik dalam berdandan, namun UN yang menyiksa membuatnya sedikit mengurangi kebiasaannya.
---
Tak berapa lama kemudian, ia sudah lulus dari SMPnya, melanjutkan masa SMA yang katanya asik seperti di novel-novel.
Namun, apa yang ia bayangkan tak seperti yang ia kira. Bagaimana tidak, tugas yang menumpuk, bahkan sejak awal MOS dilakukan. Untung saja tugasnya hanya berupa karya tulis dan makanan, tidak sampai ke penampilan tubuh.
Ia kira, SMA ini akan menemukan cinta sejatinya, seperti para princess yang menemukan pangerannya. Tapi ia salah. Tak banyak yang bisa ia peroleh di SMA ini. Mungkin ia bisa berpacaran dengan buku. Harapannya, ia bisa cepat lulus.
Masa perkuliahan, banyak dari mereka berenam yang berpisah. Osta, Jerson memutuskan untuk melepas cinta mereka. Aren kabur, dan Sera tak tahu kabarnya bagaimana. Chillo sendiri memutuskan untuk menetap di London.
Entah sejak kapan juga, yang pasti ia baru menyadari saat ini. Bahwa dirinya sudah menyukai, bahkan mencintai Chillo.
Namun ia paham model Chillo yang tidak ingin merasakan cinta. Ia hanya bisa memendam, saat Chillo jauh darinya. Menyusul Chillo ke London, ia bisa lakukan itu. Tapi tidak, ia akan menunggu disini, di tanah kelahirannya sendiri.
---
It's about Achillo Juanda
Bagi Chillo, hidup itu bahagia. Mungkin inilah yang terjadi ketika seseorang memiliki keluarga penuh tawa seperti Chillo. Orang tuanya yang memberikan kebebasan lebih kepada Chillo, namun tetap saja ada batas tertentu. Ia memang anak tunggal, menyebabkan dirinya manja kepada orang tuanya."Chillo! Ayo bangun, sarapan!" teriak mamanya-Berta.
"Sabar napa, ma!" kata Chillo.
Lalu Chillo turun ke bawah, dan mengambil tempat di sebelah papanya, dan di seberang mamanya. "Aduh, anak gue satu ini emang nurut!" canda papanya-Dion.
"Mending aku nurut daripada papa ngeselin!" ledek Chillo.
"Eh? Apa-apaan ini? Siapa yang ngeledek suami tercintah?" sindir Berta melotot.
Chillo meringis, ia tahu bahwa ia sudah melanggar kode etik no 8, jangan menghina suami mama.
"Ampun ratukuu!" rengek Chillo.
"No no no, dia ratuku, situ cari ratu sendiri aja!" kata Dion dengan wajah cemberut.
"Nggak usah cemberut gitu, nggak cocok, malu sama umur, bang!" sindir Berta. Chillo sudah terbiasa dengan mamanya yang labil, tadinya memuji papanya, lalu menghempaskannya ke segitiga bermuda.
---
Bagaimanakah dengan cinta? Tidak ada cinta dalam kamus besar seorang Chillo. Kecuali cinta untuk Tuhan, teman, dan keluarga.
Ia tidak pernah percaya pada cinta, tidak setelah teman pertamanya meninggalkannya dulu. Ia tetap riang pada semua perempuan, namun hanya sebatas riang, bukan suka.
Playboy? entah darimana sebutan itu berasal. Dia akui dirinya memiliki banyak mantan, tapi dia bukan bocah yang suka mempermainkan perempuan seenak jidat. Terhitung sejak SMP sampai SMA, dia sudah berpacaran dengan 10 siswi yang terbilang cantik. Namun, tak ada yang menarik hatinya, kalau mata masih mungkin.
Hatinya masih tetap milik sahabat kecilnya. Sahabat yang ia rindukan. Ya, meskipun ia memiliki sahabat baru, seperti Aren, Sera, Nella yang paling spesial, ia tetap menginginkan sahabat kecilnya.
Lulus SMA, ia mengejar pendidikan ke London. Berharap ia menemukan sobat masa kecilnya, juga menyelesaikan pendidikan secepat mungkin.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope.
RomanceHidup itu simple, lahir-sekolah-kerja-menikah-punya keturunan-mati. Sesimple itu sebenernya. Tapi apa yang buat manusia hidup dengan emosi bermacam-macam? Kalau jatuh cinta itu coklat, seumur hidup gue nggak mau makan coklat -Nella Seneng-seneng it...