4 tahun, 10 bulan, 12 hari kemudian...
Seorang tampan menggeret koper besarnya menuju suruhan yang menjemputnya di bandara. Mungkin kalau ia melepas kacamata hitamnya, semua orang akan mengira dirinya korban kerja rodi. Nampak sekali dari lengkungan hitam di bawah matanya."Bagaimana London?" tanya asistennya.
Sepanjang perjalanan menuju kendaraan, banyak pasang mata menatap lapar pada seorang Chillo Juanda. Siapa yang tak mengenalnya? Mungkin hanya beberapa orang yang kurang update berita. Dia merupakan salah satu pemuda sukses dari sekian banyak pemuda lain. Mungkin ia bisa masuk 10 besar.
Chillo tersenyum kecil, "lumayan, tapi tak seenak disini."
"Apakah ada seseorang mungkin yang anda rindukan?" tanya asisten itu lagi.
"Hmm, kurasa ada."
Asisten itu mengangguk, lalu bertanya lagi. "Langsung pulang?"
"Ke butik Nell'o dulu," jawab Chillo. Lalu sepanjang perjalanan itu hanya diisi oleh musik.
---
Sekarang ia telah berubah. Bukan Nella yang seperti dulu lagi. Ia menjadi sosok yang dikenal tegas, namun baik kepada pihak kecil.
Fanella Tritania Mulyadi, seorang designer muda jebolan Paris, meskipun awalnya ia mengejar pendidikan Indonesia. Hasil karyanya yang dinilai kreatif banyak diminati pelanggan, meskipun pemesan harus mengeluarkan puluhan juta hanya untuk 1 model saja. Ia juga baru pulang 3 bulan yang lalu, dan sekarang sudah membuka cabang butiknya di Indonesia. Butik utama di Paris dan negara lain, ia pasrahkan kepada asistennya.
"Hei, wanita sukses!" sapa Chillo sambil tersenyum kecil.
Wanita itu menengok ke asal suara. Lalu melongo terkejut. Dia orang yang sama, orang yang telah mengisi hatinya selama kurang lebih 4 tahunan.
Nella langsung berdiri dan menyerbu Chillo dengan pelukan. "Ahh, udah lama gue nggak liat muka ngeselin lo!" seru Nella layaknya anak kecil.
"Kasian amat yang sendirian di Indo!" ledek Chillo.
Nella memukul lengan Chillo keras-keras, "lah kan yang lain pergi!" rajuk Nella.
Chillo mencubit pipi Nella gemas, "iya-iya, gue tau kok!" balasnya.
Deg...
Jantung Nella seolah berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Bagaimana ini? Apakah rasa suka itu masih ada? Bahkan lebih besar rasanya."Lo kenapa?" tanya Chillo sambil menatap aneh pada Nella.
"Eh?" kata Nella baru tersadar dari pikirannya. "Ng-nggak kok, cuman mikirin design," kata Nella.
Chillo menatap penuh selidik ke dalam mata Nella. Lalu ia menghela nafas, "lo butuh banyak makan, dan tidur!" katanya. Tubuh Nella sekarang lebih kurus daripada dulu. Tubuh Nella dulu tak gemuk, hanya sedikit berisi, juga ia pendek. Namun kalau sekarang, ia memiliki bentuk badan cukup bagus, tinggi yang proporsional, hanya saja tubuhnya agak kelihatan kurus.
"Bilang aja kalo mau ajak makan bareng!" kata Nella melet.
Chillo mengacak rambut Nella gemas. "Dari dulu yang sama cuman PD nya doang" cibir Chillo.
---
"Lo mau makan apa?" tanya Chillo. Mereka sudah berada di warung kesukaan mereka saat remaja dulu.
"Samain aja," balas Nella.
"Oke" jawab Chillo. Lalu memesan makanan pada Pak Hasin.
"Pak, nasi pecel 2 sama es teh nya 2" kata Chillo.
Sampai di tempat duduk mereka tadi, Nella terkekeh geli. "Gimana kalo orang kantor lo pada dateng ke sini, lihat CEOnya makan ngemper?" gurau Nella.
Chillo cuek saja, "ini tempat umum kan? Semua bisa ke sini, ngga peduli kaya miskin jelek cantik kurus gemuk" balas Chillo.
Dia semakin bijak, batin Nella.
"Apa kata lo dah... Aku mah apa atuh..." balas Nella. "Lo tadi nggak kena ama cewek ganjen di bawah?" tanya Nella membuka topik baru.
Chillo menggeleng, "gue tatapin tajem aja, toh mereka cuman menatap doang, kaga lebih sebenernya, tapi risihnya tetep" jawab Chillo.
"Kesian amat punya tubuh ama wajah bagus!" cibir Nella.
"Serah lo dah! Btw, gimana lo selama di Paris?" tanya Chillo mulai kepo.
Nella sejenak diam, seolah memikirkan jawaban yang benar-benar pas. "Kata gue mah boring. Lagian gue disana nggak nyampe 3 tahun. Tapi temen-temennya asik sih" jawab Nella.
Andai lo tau kalo gue masih mikirin lo disana, seolah Paris itu nggak ada apa-apanya dibanding lo!
"Wih, nggak ada cowok atau travelling gitu?" tanya Chillo.
"Nggak ada, gue disana cuman belajar biar cepet pulang" jawab Nella. Sayangnya cuman lo aja yang ada dipikiran gue, jadi susah buat mikirin cowok lain, bahkan travelling pun nggak ada.
"Sekarang giliran gue, gimana lo di London?" tanya Nella mencoba mengalihkan topik.
Chillo tersenyum, "cukup baik," jawabnya. Ia tidak menceritakan tentang sahabat kecil yang dicarinya, ini adalah kehidupan pribadinya, jadi hanya mereka cukup tau sekilas, perkembangan biarkan dia sendiri yang tangani.
"Ehm, gimana dengan sahabat kecil lo?" tanya Nella agak sedikit was-was.
Chillo terdiam pada awalnya. "Eh? Gue belum nemuin dia." jawab Chillo.
"Lah? Jadi lo disana ngapain aja?" tanya Nella.
"Gue disana belajar, jalanin usaha papa, pacaran kalo ada yang nembak tapi gue nggak betah paling cuman sebulan dua bulan" jawab Chillo.
"Syukur deh," gumam Nella pelan.
"Eh lo barusan ngomong apa?" tanya Chillo, karena ia seolah mendengar suara gumaman.
"Ng-nggak kok" jawab Nella gugup. "Gimana perkembangan tentang Jerson ama Osta?" tanya Nella dengan cepat. Berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Hm, mereka baik-baik aja" jawab Chillo.
"Gue belum nemuin Sera ama Aren sama sekali. Semenjak surat terakhir itu" balas Nella.
"Sera amnesia, jadi sekarang gue nggak tau dimana dia." kata Chillo.
Nella terkejut bukan main, teman seperjuangannya amnesia. Ia tertunduk, semakin dalam. Kini rasanya seolah tidak ada lagi alasan untuk hidup, kecuali cintanya pada Chillo. Ia tidak yakin, apa ia akan mendapatkan cinta Chillo? Seorang tampan yang memiliki kehidupan indah.
"Lo nggak papa?" tanya Chillo khawatir. Nella kelihatan sangat murung sekali.
"Eh? Nggakpapa kok"
"Tenang aja, lo punya gue. Gue nggak akan ninggalin lo gitu aja. Terus, lo kalo ada masalah tolong ceritain ke gue, gue bakal bantu lo sekuat tenaga." kata Chillo.
Nella tersenyum, sebuah senyum lembut yang lebih diartikan sebagai senyum miris olehnya. Apakah saat kau menemukan teman kecilmu, kau akan masih ingat padaku?
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope.
RomanceHidup itu simple, lahir-sekolah-kerja-menikah-punya keturunan-mati. Sesimple itu sebenernya. Tapi apa yang buat manusia hidup dengan emosi bermacam-macam? Kalau jatuh cinta itu coklat, seumur hidup gue nggak mau makan coklat -Nella Seneng-seneng it...