Part 19

2.6K 16 0
                                    

2 Minggu kemudian...
"Huekk..."

"Huekk..."

Ia merasa mual. Sedari tadi tidak ada makanan yang masuk ke dalam perutnya. Pikiran buruk memasuki otaknya. Bagaimana jika aku hamil?

Ia segera mengenyahkan pikiran buruk itu. Namun, apa salahnya mencoba. Segera saja ia mengambil test pack yang dibelinya kemarin.

dua garis!

Kini tubuh Nella hancur sudah. Bagaimana mungkin ia hamil, meskipun anak itu adalah buah hatinya dengan Chillo. Namun, apakah Chillo mau menerima anak itu nantinya? Jujur saja ia tidak mau memberitahu karena ia pikir tidak akan ada efek, namun, kini telah membuahkan hasil.

Ia harus memeriksakan dirinya ke dokter kandungan!

---

"Selamat bu, ibu positif mengandung" kata dokter perempuan yang kini menanganinya.

"Terima kasih, dok" kata Nella.

Ia keluar dari ruang dokter, lalu menyelesaikan administrasi keuangan dan menebus beberapa vitamin ibu hamil.

Kini ia termenung di mobilnya. "Apakah aku harus ngasih tau Chillo? Apakah ia mau menerima anak ini?" gumam Nella. Jujur saja ia takut untuk menemui Chillo.

Tidak ada salahnya mencoba, itulah akhirnya yang menjadi keputusan Nella.

---

"Siang, bu" sapa skretaris Chillo.

"Siang" balas Chillo sambil tersenyum.

"Mau ketemu Pak Chillo?" tanya skretarisnya.

"Iya" balasnya.

"Tapi..."

"Cuman sebentar doang," balas Nella. Ia merasa aneh, tumben ia agak dilarang masuk.

Ia membuka kenop pintu Chillo lebar-lebar. "Chill..." kata Nella terputus ketika melihat pemandangan di depannya. Chillo berpelukan dengan seorang cewek.

"Nella..." kata Chillo. Lalu ia tersenyum lebar. "Nel, kenalin, ini sobat aku yang aku sering ceritain... Namanya Kenza," kata Chillo.

Kenza itu tersenyum manis. "Aku Kenza" sapanya sambil mengulurkan tangannya ke arah Nella.

"Nella.." balas Nella.

"Oh ya, kamu mau ngapain kesini?" tanya Chillo.

"Oh? Gue lupa. Nanti aja deh gue hubungin kalo lagi inget" kata Nella lalu ia keluar dari ruangan Chillo secepatnya.

"O-keh" balas Chillo ragu. Ia heran dengan Nella yang nampak terburu-buru.

---

Kini Nella resmi sendiri. Ia tidak mungkin merepotkan kedua temannya yang sudah memiliki keluarga sendiri.

"Aku harus apa?" tanya Nella. Ia sudah tidak peduli dengan dirinya yang kini tengah mengandung.

Ia menangis sejadi-jadinya. Mana mungkin ia merusak kebahagiaan Chillo yang tadi ia lihat. Chillo sungguh terlihat berbeda, dan kelihatan lebih bersinar dari sebelumnya.

Telepon masuk pun memaksa Nella untuk menghentikan tangisnya. "Halo.." kata Nella dengan suara serak khas orang habis menangis.

"Hei, kenapa lo?" tanya si penelepon, Chillo.

"Ng-nggakpapa. Cuman pilek aja!" balas Nella kemudian.

Chillo terdengar tidak curiga. "Oh ya, gue punya kabar gembira buat lo!" seru Chillo.

Hope.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang