Part 5

418 15 0
                                    

Bolehkah aku memilih kepada siapa aku menjatuhkan hatiku?

Kenapa aku harus menyukainya?

Kenapa harus sahabatku?

Kini, disaat yang lain menghilang entah kemana, aku sendiri disini, meratapi nasibku.

Ma, bolehkah aku menyusulmu? Aku ingin bercerita tentang 9 tahun yang hilang kepadamu.

Nella menghela nafasnya gusar. Ia mendatangi pemakaman mamanya, setelah berdoa memohon ketenangan arwah untuk beliau, ia hanya diam memandangi makam tersebut. Dalam hatinya banyak sekali kata yang terucap, segala keluh kesahnya.

"Ma, aku pulang dulu, kapan-kapan aku akan mengunjungi mama lagi" gumam Nella.

---

"Kamu apain Nella?" tanya Berta dengan pandangan tajam kepada Chillo.

Chillo hanya mengangkat bahu, "jujur aja aku nggak tau Nella kenapa" jawabnya dengan cuek.

"Nggak mungkin gitu, jelas-jelas Nella nggak pernah bisa ngambek. Dia itu orangnya cuek, gila aja kalo dia ngambek nggak jelas gitu!" elak Berta.

"Udahlah, percuma juga. Mama pasti belain Nella kan? Oke aku ceritain, dia itu nampar Carmel, parah banget sampe keluar darah!" kata Chillo emosi.

Berta heran dengan perkataan Chillo. Lagi-lagi ini bukan Nella yang ia kenal, ia tahu bahwa Nella sangat pintar menjaga emosinya, mana mungkin ia berani menampar anak orang sampai berdarah?

"Sekarang mama tanya, emang Nella ada alesan apa sampe dia nampar Carmel? Barangkali aja Carmel itu mulutnya kek sampah, makanya ditampar ama Nella" balas Berta. Ia juga tidak menyukai Carmel, namun ia juga tidak bisa mengatur anaknya seenak jidat.

"Nella sih ngomong, kalau misalnya Carmel nyuruh dia jauhin aku, terus Nella si jalang,..." kata Chillo.

"Itu artinya cewek kamu emang pantes ditampar!" potong Berta langsung.

"Tapi ma, Carmel sendiri bilang kalo si Nella itu emang benci banget ama dia," balas  Chillo.

"Terus gimana Nella sekarang?" tanya Berta.

"Udahlah ma, dia nggak bakal betah marah lama-lama," kata Chillo lalu ia meninggalkan Berta.

---

Keesokan harinya, saat sore hari...
"Bik, tolong jaga rumah. Ini uang buat seminggu ini, sisanya saya bakal suruh asisten saya nganter ke rumah. Kalo ada yang cari saya, bilang aja saya ada perjalanan bisnis keluar negri" kata Nella.

"Baik non" jawab Surti.

Nella tersenyum tipis, ia menggeret kopernya menuju halaman rumahnya. Di depan sana, sudah ada Pak Hasan yang akan mengantarnya menuju bandara.

"Pak, tolong anter ke kediaman Juanda dulu" kata Nella. Ia berusaha tegar tentunya, maka dari itu ia akan pamit pada Berta dan juga Chillo.

"Baik non."

15 menit kemudian, ia sudah sampai di rumah megah milik Juanda. "Pak, saya mau ketemu Tante Berta" ijin Nella pada satpam yang sudah dikenalnya baik-baik.

"Silahkan non" kata satpam itu.

Nella pun mengangguk, lalu masuk ke dalam rumah itu, menuju Tante Berta yang ia tahu sedang menyiram tanaman kesayangannya di kebun belakang.

"Tante!" sapa Nella.

"Haii!" sapa Berta balik.

"Tante, aku mau pamit, mau ada urusan bisnis keluar negeri!" kata Nella.

"Kenapa buru-buru sekali?" tanya Berta prihatin.

"Aku lupa ngasih taunya, tan" balas Nella sambil nyengir.

"Ya udah, kamu ati-ati ya!"

"Oke tan, aku ke kamar Chillo dulu ya!" kata Nella.

"Oke"

Nella pun beranjak dari kebun, menuju kamar Chillo yang berada di lantai 2. Ia langsung masuk ke kamar Chillo tanpa mengetuk. Inilah kebiasaannya yang tak pernah berubah, namun ia baru sadar bahwa ini kebiasaan jelek, karena hatinya sekarang mendapat kejutan buruk.

Chillo sedang berciuman Carmel, ingat, berciuman dalam arti melumat, bukan hanya menempel.

Yang tersadar pertama adalah Chillo, ia segera melepas ciumannya. "Nella..." kata Chillo.

Nella tersenyum, lebih ke senyum miris. "Hei, sorry tadi nggak ngetuk pintu dan jadinya malah ngganggu. Gue cuman mau pamit, bakal ada urusan bisnis kira-kira sebulan. Lo berdua langgeng aja deh. Sorry buat kekacauan yang gue buat, dan buat lo jal-eh maksud gue Carmel, gue pesen aja sih, jangan hina orang tua orang lain, cukup gue yang ngrasa seseknya. Terus, gue juga mau ingetin, jangan sembarangan ngomong jalang kalo misalnya lo sendiri udah kayak jalang!" kata Nella. Ia pergi tanpa memikirkan keduanya yang masih terdiam.

---

"Sayang, Nella itu sebenarnya siapa sih?" tanya Carmel penasaran.

"Dia sahabat aku" jawab Chillo.

"Tapi dia kayak suka ama kamu, aku jadi kesel" rajuk Carmel.

"Dia sahabat aku, nggal lebih!" balas Chillo.

"Oke deh," kata Carmel menyerah. Kayaknya gue harus makin agresif nih.

---

"Pak, kita ke makam mama dulu" kata Nella pada sopirnya lagi.

Tak lama kemudian, sampailah mereka di makam mama Nella. "Mama..." sapa Nella.

"Ma, aku mau pergi dulu. Cuman sebulan, aku mau nenangin diri, capek rasanya berpura-pura terus buat kuat."

Lalu ia meletakkan bunga pada makam mamanya, lalu pergi menuju airport yang akan membawanya menuju suatu tempat untuknya menenangkan diri.

Selamat tinggal semuanya, aku harap sebulan adalah waktu yang cukup untukku menenangkan diri...

---

Hope.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang