Part 7

407 16 0
                                    

"Ok, mulai hari ini gue mau anter jemput lo!" seru Chillo.

Nella menggeleng keras, "ogah ogah!" tolaknya.

"Udah deh, sebagai pacar pura-pura gue harus menghayati dong!" balas Chillo.

Nella menghela nafas, menghadapi kekeraskepalaan Chillo merupakan langkah yang salah. "Oke, lo boleh anter jemput gue. Cuman ke kantor. Oke?" ucap Nella.

"Oke!"

Andai ini bukan pura-pura, gue bakal seneng abis.

---

Pulang dari kantor, Nella pun setia menunggu Chillo. Hal ini dikarenakan Chillo yang memintanya menunggu seperti yang dikatakannya beberapa hari lalu.

Nella : Lo dmn?

Nella memasukkan ponselnya lagi. Beberapa menit kemudian, ia membuka kembali ponselnya, namun ia belum menerima balasan apapun.

"Ehm, misi bu. Apa nggak mau nunggu di dalem aja?" tanya salah satu pegawai Nella. Hari ini kebetulan Nella tidak mengurusi bisnis fashionnya, melainkan perusahaan ayahnya.

"Nggak usah deh, Pak." tolak Nella.

Satpam itu pun mengangguk, lalu undur diri untuk kembali ke pos satpam.

Nella membuka HPnya, menghubungi nomor Chillo, "nomor yang anda tuju..." suara mbak-mbak operator yang sangat Nella ingin musnahkan.

"Udah sore pula!" gumam Nella.

Ia pun pergi menuju pos satpam, "Pak, tolong pesankan taksi untuk saya" pinta Nella.

"Katanya tadi nunggu temen, Bu?" tanya satpam itu.

"Mungkin lupa kali dia" balas Nella.

"Baik bu" kata satpam itu.

10 menit kemudian, satpam tersebut masuk, "bu, taksinya sudah datang"

Nella bangkit dari duduknya, "makasih, pak"

---

"Pak, ke cafe green dulu" kata Nella pada sopir taksi.

"Baik, bu.." balas sopir.

Mobil taksi itu pun melaju menembus jalanan yang kebetulan sepi sore itu. Nella malas pulang ke rumah dimana semua kesedihan itu akan datang merasuk ke tubuhnya, menimbulkan kenangan pahit masa kecilnya.

"Ini, pak" kata Nella setelah membayar ongkos taksi. Memang green cafe ini cukup dekat dengan rumah besarnya, sehingga dengan berjalan kaki 10 menit ia akan tiba di rumahnya.

"Mbak, Vanilla Latte satu," kata Nella pada penjaga kasir.

"Baik, mbak. Silahkan ditunggu," balas penjaga kasir tersebut.

Nella pun mengambil tempat di pojok yang paling tertutup dimana ia tidak akan terganggu. Ia mengeluarkan buku sketsa pink dan kotak pensil ungu polkadot miliknya.

Nella mencepol asal rambutnya, dan melepas kemeja blousenya, kini tinggallah kaos berwarna hitam yang melekat di tubuhnya. Untuk bawahan, Nella memang tidak suka memakai rok span seperti orang kantoran, melainkan lebih ke jeans. Menurutnya semua baju sama saja, yang penting bukan baju kurang bahan.

Ting... Ting...
Lonceng penanda pengunjuk masuk berbunyi. Nella sendiri tidak memperhatikan siapa yang datang, sampai seseorang memanggil namanya.

"Kak Nella!" seru cewek itu.

Nella mendongak, merasa familiar dengan namanya. "Rasti," sapa Nella.

Hope.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang