Part 3

520 16 1
                                    

Keakraban mereka kembali tumbuh seiring berjalannya waktu. Dalam hati mereka terdapat rasa saling membutuhkan. Mungkin mereka berpikir bahwa tinggal mereka yang ada. Tapi kesibukan sebagai CEO perusahaan besar yang mempengaruhi dunia, membuat waktu luang Chillo agak berkurang sedikit. Beruntung saja Nella selalu memahami kesibukan Chillo yang 11-12 dengannya.

"Lo nggakpapa nih?" tanya Chillo lagi-lagi merasa tak enak ketika ia membatalkan janji mereka.

"Nggakpapa kok, lagian gue juga agak sibuk" kata Nella. Lagi-lagi kau berbohong. Sepertinya dosa utamamu berbohong. Nella memang sibuk, tapi khusus hari ini ia memang tidak mempunyai acara lain lagi.

"Makasih, Nell!" seru Chillo riang lalu menutup sambungan telepon.

"Semoga lo nggak sibuk lagi pan-kapan" gumam Nella.

---

"Makasih, Pak!" seru Nella sambil menutup pintu mobil. Ia memang terpaksa naik taksi karena ingin menjenguk Chillo.

Ia memasuki mansion keluarga Juanda. "Halo tante!" sapa Nella pada Berta.

"Hai sayang" lalu mereka melakukan cipika-cipiki ala cewek.

Nella memang sudah dekat dengan keluarga Chillo. Sejak dulu memang mereka saling mengenal, namun keakraban semakin terjalin sejak Chillo datang lagi ke tanah kelahirannya dan sering mengajak Nella ke rumahnya untuk bertemu mamanya.

"Chillonya nggak ada ya?" tanya Nella.

Berta mengetahui betul bahwa wanita muda di depannya ini sangat mencintai anaknya. Namun ia mengerti yang namanya privasi. Jadi, biarlah mereka menyelesaikan dengan caranya sendiri.

"Nggak ada tuh, tante juga bosen dia kerja terus" jawab Berta.

Salah satu alasan Nella suka suasana rumah Chillo adalah, ia bisa merasa lengkap disini. Rumah terasa penuh dan hangat yang berasal dari tawa dan candaan dari anggotanya masing-masing, serta hangat dari cinta kasih yang diberikan Berta pada semuanya.

Ia tidak memberitahu semua temannya walaupun sahabatnya sekalipun bahwa ia tidak pernah bertemu dengan mamanya. Biarlah itu semakin terpendam dalam hatinya, membuatnya paham apa itu sakitnya ditinggalkan orang yang kita cintai.

"Lo nggak kangen gue?" tanya sebuah suara yang cukup familiar di hatinya.

Nella membalikkan badannya. Tubuhnya penuh dengan kotoran karena ia sedang memasak bersama Berta. Ia memeluk Chillo erat, lalu melepaskannya. "Eh? Sorry, gara-gara gue lo jadi kotor gini" kata Nella penuh sesal.

"Nggakpapa kok" jawab Chillo. Itulah yang ia suka dari Chillo, selalu memaafkan siapapun.

Berta datang dengan keadaan yang mirip-mirip dengan Nella. "Mama!" seru Chillo riang. Nella senang bisa melihat kedekatan mereka berdua. Andai mama masih ada, dan bisa kayak tante Berta.

"Papa pulang!" seru Dion dari pintu. dasi mengikat di kepalanya, dengan jasnya yang di ikatkan di kepala seperti superman.

"Papa!" seru Berta sambil berkacak pinggang.

"Ma? Biasanya juga nggak pernah malu!" balas Dion tak terima.

"Ih, kan malu, Pa. Lagi ada tamu" balas Berta.

Lalu Dion melihat sekeliling, menemukan Nella yang sedang menatapnya. "Halo om!" sapa Nella.

"Eh calon mantu!" sapa Dion. Inilah yang sering terjadi di rumah Juanda. Nella selalu dipanggil 'calon mantu' oleh Dion.

"Belom resmi papa!" koreksi Berta.

"Halah entar juga resmi" kata Dion cuek.

"Om, masih belum waras?" tanya Nella dengan nada canda.

Hope.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang