"Chillo..." panggil Nella sambil memasuki ruangan kebesaran milik Chillo. Nella kembali terkejut karena mendapati bukan Chillo yang berada disana, melainkan seorang cewek yang memiliki perawakan bak model, namun berpakaian seperti pengemis, kurang bahan.
"Anda siapa?" tanya Nella datar.
"Gue suruhannya Chillo kesini, napa? Oh, jangan-jangan lo juga ya. Kalo lo juga, mending lo pergi aja sono, Chillo maunya ama yang bahenol kek gue!" cibir si cewek itu tadi.
Andai dia tau siapa gue! batin Nella geram. Ia hampir saja menampar si cewek jalang itu, namun tiba-tiba pintu terbuka.
"Nella..." panggil Chillo pelan. Posisi Nella dan cewek itu begitu dekat, dengan tangan Nella berada hampir menyentuh pipi si cewek.
Cewek itu melepaskan diri dari Nella, mendekati Chillo dan memeluk Chillo. "Aku takut, tadi dia mau nampar aku..." rengek cewek itu manja.
"Nella, gue nggak nyangka lo bisa kek gitu" kata Chillo dengan nada tidak percaya.
"Eh? I-itu, anu, dia dulu yang mu-lai!" elak Nella.
"Bener gitu?" tanya Chillo kepada cewek di sebelahnya.
"Ng-nggak, dia tadi mau nampar aku, gara-gara aku dikira jalang" jawab cewek itu takut-takut.
Cih, lo emang jalang! batin Nella geram. Hatinya sedikit terisis menatap Chillo yang tampak menyukai cewek di sebelahnya.
"Gue nggak nyangka lo kayak gitu, Nell... Nella yang gue tau nggak sekasar tadi. Lo sendiri yang bilang kalo gue harus mencoba move on dari Bintang, tapi apa? Lo sendiri yang menggagalkan semuanya. Mau lo apa sih sebenernya?" bentak Chillo.
"Gu-gue nggak maksud apa-apa. Gue kesini cuman mau ngajak lo makan siang pake bekal yang gue bawa. Tapi pas gue ke ruangan ini, ada cewek itu, dia ngehina gue, jelas gue marah, gue mau nampar dia akhirnya. Terserah lo percaya apa nggak, yang jelas gue udah berusaha. Nih makanannya, lo bisa makan ama cewek lo" kata Nella terburu-buru, lalu mengambil tasnya dan berlari keluar dari ruangan Chillo.
Sesak? Tentu saja. Dibentak oleh seseorang, terutama yang ia sukai, merupakan kesakitan yang parah. Ia tidak pernah bisa di bentak, mungkin hanya ditegur. Hanya papanya dulu yang membentaknya, dan ia menjadi takut setengah mati. Namun barusan? Apa kata Chillo tadi? Mencoba move on? Sebenarnya Nella ingin Chillo move on kepadanya, bukan kepada si cewek sialan itu!
"Nella pulang" kata Nella lesu.
"Non kenapa?" tanya Bik Surti, pembantu sekaligus orang tua yang telah merawat Nella. Masalah orang tua? Kini bukanlah tanggungannya. Ia merasa tak punya orang tua. Ibunya meninggal saat ia kecil, dan ayahnya yang tak pernah menganggapnya.
"Nggak apa-apa, bik. Cuman capek aja" jawab Nella.
"Nggak makan dulu, non?" tanyanya lagi.
"Nggak deh bik, capek!" sahut Nella. Ia bergegas ke kamarnya, ia ingin menumpahkan segera beban yang ia pikul dari tadi.
"Bik, nanti kalo ada yang nyarik, bilang aja suruh balik besok" teriak Nella dari lantai 2.
---
"Bik, Nellanya ada?" tanya Chillo. Ia merasa bersalah telah membentak Nella tadi. Meskipun ia masih agak kesal karena Nella mencampuri urusannya.
"Maaf, Non Nella katanya lagi nggak bisa diganggu, kembali aja besok" jawab Surti.
"Tapi saya temennya, bik. Saya cuman mau ketemu sebentar" desak Chillo.
"Maaf, tapi ini udah perintah dari Non Nella sendiri. Saya takut kalau diganggu, ehm, pokok jangan ganggu deh!" kata Surti. Hampir saja ia keceplosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope.
RomanceHidup itu simple, lahir-sekolah-kerja-menikah-punya keturunan-mati. Sesimple itu sebenernya. Tapi apa yang buat manusia hidup dengan emosi bermacam-macam? Kalau jatuh cinta itu coklat, seumur hidup gue nggak mau makan coklat -Nella Seneng-seneng it...