Part 18

3.3K 15 0
                                    

Keesokan harinya, Aren sudah dirias sehingga kecantikannya menguar. Gaun sepanjang 3 meter itu, membalut tubuh Aren dengan pas. Tidak ada belahan dada yang terlihat, tidak ada bagian punggung terbuka. Semuanya tertutup, namun membuat Aren layaknya ratu karena kecantikannya.

Pemberkatan yang dilakukan di gereja, dengan dekorasi sederhana namun terlihat cantik. Terutama dengan nuansa putih-biru.

Nella lagi-lagi datang bersama Chillo, sementara Sera dan Jerson yang memang pulang untuk datang ke pernikahan sahabatnya.

Romo pun memulai pemberkatan pernikahan, "Maka tibalah saatnya untuk meresmikan perkawinan saudara. Saya persilahkan saudara masing-masing mengucapkan perjanjian nikah di bawah sumpah."

Osta pun mulai melafalkan janji pernikahan, "Dihadapan imam dan para saksi saya, Dellosta Hernawan Arjuna, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Dellaren Arcethra Urlanda, yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini." kata Osta tegas.

Sama seperti Osta, Aren pun mengatakan hal yang sama, "Dihadapan imam dan para saksi saya, Dellaren Arcethra Urlanda, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Dellosta Arjuna Hernawan yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini." kata Aren.

"Osta masih mending lancang ngucapinnya daripada lo!" ejek Chillo.

"Mending gue pernah ngucapin, daripada lo, belom pernah. Calon aja nggak ada!" balas Jerson.

"Shit!" umpat Chillo.

---

Pernikahan Aren-Osta sudah sukses dilaksanakan, begitu pula dengan resepsi yang bernuansa biru putih. "Aku suka ama dekorasinya, pinter banget kamu!" puji Aren. Ia tidak tahu-menahu mengenai segala tetek bengek urusan pernikahannya. Yang jelas, ia sekarang yang berdiri disini sebagai pengantin.

"Siapa dulu, Osta!" kata Osta bangga.

"Cih, masih aja sok!" cibir Aren.

"Ya elah, kalian berdua masih sempet-sempetan pamer kemesraan, pake tengkar-tengkaran segala, nggak malu ama sejuta umat?" sindir sebuah suara yang sudah sangat sering mengganggu Osta.

Osta melirik sebal kepada Chillo, "sirik aja lo kerjaannya!" ketus Osta.

"Widih, yang baru nikah, ngomongnya beda bener!" goda Chillo.

"Udah sana lo, cari calon istri, daripada cuman ngrecokin orang doang," balas Osta.

---

Pernikahan Osta-Aren menyediakan banyak jenis minuman. Hebatnya lagi, ada semacam bar kecil bila seseorang ingin minum.

"Kita ke bar yuk" ajak Chillo.

"Ayo dah!" balas Nella. Mereka melangkah menuju bar yang terletak di pojok ruang resepsi.

Sesampainya disana, mereka mengambil kursi dan mendudukinya. "Vodka dua!" kata Chillo.

"Gila? Vodka?" tanya Nella heran.

"Iya, masa lo nggak mau?" tanya Chillo balik.

"Gue nggak pernah separah itu" balas Nella.

"Ayo dah, malem ini taruhan! Yang mabuk kalah!" seru Chillo.

Awalnya Nella takut, namun akhirnya ia menyetujui.

---

"Kemana mereka?" tanya Sera pada Jerson.

"Entahlah, mereka tidak ijin padaku" balas Jerson cuek.

"Aku cemas pada Nella... Takutnya Chillo nggak nemenin dia, terus dia diganggu banyak manusia berotak mesum disini!" kata Sera.

"Tenang saja, aku yakin Nella bisa jaga diri. Sebaiknya kita sekarang pulang," ajak Jerson.

"Kan pestanya belum selesai?" tanya Sera.

"Kita akan berpesta sendiri," jawab Jerson. "...Di ranjang hangat kita!" bisiknya dengan suara sexy.

Pipi Sera memerah mendengar gombalan Jerson.

---

"Heii!" kata Chillo yang tengah mabuk pada Nella yang sama mabuknya.

Ia pun membopong Nella yang kini sudah tergelepar mabuk. Ia membawa Nella menuju mobilnya. Ia tidak pamit pada tuan rumah pesta itu, karena dalam otaknya ia sedang berada di diskotik.

Sampai di mobil, ia memandangi wajah Nella lama sekali. "Cantik..." gumamnya.

"Lo siapa sih? Kok mirip ama temen gue?" racau Chillo.

"Badan lo semok juga ya! Kayak temen gue yang itu tuh... Nella!" racaunya.

"Hahaha, oke jalang! Kita habisin malam indah ini!" seru Chillo lalu menyetir dengan kecepatan diatas rata-rata menuju hotel bintang lima yang merupakan rumah keberapanya.

Sampai di hotel, ia disambut hormat oleh resepsionis. Ia menggunakan lift khusus pejabat perusahaan yang membawanya ke lantai tertinggi hotel.

Ia membuka pintu kamar termewah sehotel yang dikhususkan untuknya. Ia meletakkan tubuh Nella di kasur.

"You look so beautiful tonight!" lirih Chillo seksi.

Ia melucuti pakaian Nella satu-persatu, lalu hubungan suami-istri yang seharusnya dilakukan Osta dan Aren terjadi pula pada Chillo-Nella.

---

Pukul 6 pagi Nella terbangun, entah kenapa tubuhnya terasa pegal dan sakit, terutama di bagian kewanitaannya. Ia meregangkan tubuhnya, lalu tersadar bahwa ia sekarang full-naked.

Hatinya teriris. Ia kini bukan gadis lagi!

Di sebelahnya, Chillo belum menunjukkan tanda ingin bangun. Nella yang tidak kuat untuk menangis pun langsung keluar dan mengenakan gaunnya. Ia keluar dari hotel itu sesegera mungkin.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Apa saja yang telah terjadi ?

Oh-shit!

Kini aku sudah tak perawan!

---

Bangun dari tidurnya, ia tak mendapati siapapun di sampingnya. Hanya sebuah bagian kosong dengan selimut yang berantakan.

Tubuh telanjangnya terasa pegal akibat malam panas dengan jalang yang seksi itu. Ia tidak tahu siapa jalang itu.

Ia melirik ke sebelahnya, "Oh shit! Gue dapet perawan!" serunya setelah menemukan bercak merah pada sprei putih.

My first sex with a virgin slave! Jujur saja itu memang sex pertama Chillo.

Namun ia tidak ambil pusing. Cewek itu hanya seorang jalang, sekarang selaput darah sudah bisa dioperasi. Jadi tidak ada masalah.

---

Nella mendatangi makam milik mamanya. Ia berdoa memohon ketenangan arwah beliau, lalu menabur bunga tabur ke makam mamanya.

"Ma, Aku harus gimana?" lirih Nella.

Hal yang ia jaga selama 20 tahun lebih hidupnya, kini telah hilang. Hal yang bisa ia syukuri hanyalah keperawanannya direnggut oleh sobat yang ia cintai. Chillo.

"Ma, aku pergi dulu. Doakan aku kuat menjalani hidup ini!" kata Nella.

---

Hope.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang