Setelah menerima SMS dari Nella, Chillo segera menghubungi Nella. Namun nomornya sudah tidak aktif.
Jujur saja, ia sangat khawatir dengan Nella, dengan sikapnya selama ini. Nella terlihat berbeda selama sebulan lebih terakhir ini.
Salahnya pula yang jarang memperhatikan Nella selama sebulan karena ia terlalu lama menghabiskan waktu bersama Kenza, pacarnya.
"Gue harap lo selalu baik-baik saja!" lirih Chillo.
---
Pernikahannya tinggal 3 bulan lagi. Ia berniat memberikan surprise pada kekasihnya yang sebentar lagi akan menjadi istrinya, ibu dari anak-anaknya kelak.
Ia membuka pintu apartemen Kenza yang tidak terkunci. Lalu berjalan mengendap-ngendap bak maling.
"Ah..." desahan-desahan khas aktivitas sex tertangkap telinganya. Ia mendekati suatu kamar yang ia yakini sebagai sumber suara.
Terlihat sepasang manusia berbeda jenis, dengan tubuh telanjang mereka sedang melakukan proses penyatuan. "aahh... Faster!" desah si wanita yang ia yakin Kenza.
Chillo tetap menguping pembicaraan kedua manusia itu. "Ahh, ahh... Kkkamuuhh m-masihh tetepph sama Chiillohh?" tanya si cowok.
"Iyyaaaa.. ahhh... akuhhh suukaahh uu ahhh aanggnyahhh" kata si cewek.
Tangan Chillo mengepal kuat. Ia marah!
"Jadi selama ini aku cuman jadi ATM kamu aja?" seru Chillo dengan suara dingin.
"Chillo!?!?" pekik Kenza.
"I-ini nggak seperti y-yang ka-kamu bayangin!" seru Kenza.
"Nggak seperti yang kubayangkan? Yang aku lihat sepasang manusia dengan vagina dan penis yang telah bersatu, dan si pemilik vagina itu cewek aku, emang apa lagi yang harus di bayangin?" seru Chillo marah.
"KITA PUTUS!!! JANGAN LO TUNJUKIN MUKA LO DIDEPAN GUE!" seru Chillo lalu keluar dari apartemen penuh dosa itu.
Chillo merenung. Ia heran dengan hidupnya yang selalu gagal berhubungan dengan cewek. Mamanya sudah menuntut untuk menikah, dan ketika menemukan belahan jiwanya, ia lagi-lagi dikhianati. Ia pun jatuh tertidur di kasur empuknya.
---
"BANGUN!" seru seseorang yang ia yakini adalah cewek.
Chillo mengerjapkan matanya, lalu menatap Aren yang menatapnya marah. Di sebelah Aren ada Osta, Sera dan Jerson yang juga melayangkan pandangan tajam menusuk.
"Apa-apaan ini?" tanya Chillo malas.
"Lo yang apa-apaan! KEMANA NELLA?" tanya Aren kesal.
"Gue nggak tau, terakhir dia bilang, dia ada bisnis lama!" balas Chillo.
"Nih lo baca!" seru Aren sambil menyodorkan 3 surat.
Untuk Chillo,
Hei, apa kabar? Kalo kamu udah baca surat ini, artinya aku udah pergi... Pergi ke tempat dimana aku bisa tenang dan ngelupain kenangan pahit yang ada.First of all, aku mau ngucapin makasih buat perhatian, dan semua kebaikan kamu selama ini. Jujur aja, aku inginnya berharap lebih dari perhatian kamu.
Aku mau jujur. Aku suka sama kamu, udah lama banget. Tapi ya, cinta ini bertepuk sebelah tangan. Kamu udah milih belahan jiwa kamu, Kenza.
Maafkan aku kalau aku nggak bisa hadir di nikahan kamu. Bahagiain Kenza, anggap dia sebagai sahabatmu seperti kamu nganggep aku selama ini.
Nella.
Untuk Aren,
Thx buat kenangan yang lo kasih selama ini. Maafkan gue nggak bisa jadi temen yang hebat buat lo. Kalo lo baca surat ini, please, lo jangan marah ke Chillo, biarkan lo marah ke gue, si pengecut ini.Gue pergi, berharap semoga gue bisa menemukan cinta yang lain. Gue pergi, membawa suatu hal yang bakal ngingetin gue ama Chillo.
Gue harap lo selalu bahagia, punya anak yang lucu. Suatu saat kalo kita bertemu, kita bisa lucu-lucuan anak!
Nella.
Untuk Sera,
Thx karena lo mau jadi sahabat gue, maafin atas kesalahan gue selama ini. Maafkan aku yang nggak bisa tegar kayak lo. Katakan gue pengecut kalo lo mau.Gue pergi, membawa hati yang patah, berharap seseorang membawa plester untuk membuatnya utuh kembali.
Gue harap lo bahagia, punya anak yang keren dan kalo kita bertemu gue harap lo maafin gue!
Nella.
"Puas lo!?!" teriak Nella lagi.
P
ikiran Chillo kalut saat ini. Ia berdiri, segera beranjak menuju mobilnya untuk ke rumah Nella. Ia tak percaya semua ini!
Semuanya hanya mengikuti Chillo, berharap Chillo dapat menyelesaikan semuanya.
"Bik, mana Nella?" tanya Chillo.
"Non Nella udah nggak disini, dia pindah, cuman dia nggak ngasih kabar dia mau kemana!" balas pembantu Nella.
Ia beranjak menuju kamar Nella, berharap menemukan jejak. Matanya menelusuri sebuah buku berwarna ungu. Disampingnya ada sebuah testpack yang belum terpakai.
Ia membuka buku ungu itu, membaca dalam diam isi buku itu. Buku harian Nella!
Gue suka dia! Achillo Juanda!
Hidup itu indah, lebih indah lagi kalau Chillo nganggep gue sebagai cewek lain, kayak pacarnya...
Andaikan aku baru kenal Chillo, dan tidak menjadi sahabat yang terkena friendzone...
Chillo membalik halaman dengan cepat, sehingga menemukan catatan dengan waktu penulisan baru-baru ini.
Malam kemarin merupakan kecerobohanku... Aku yang nggak kuat minum alkohol, tapi memaksakan diri demi Chillo.
Keperawananku kini hilang. I'm not virgin.
Bagaimana ini? Aku hamil! Apa Chillo mau menerimanya?
Kenza, seorang wanita idaman Chillo... Wanita yang sanggup memenangkan hati Chillo tanpa berjuang sekalipun. Mirisnya aku yang harus berjuang 10 tahun lebih untuk mendapatkan Chillo, namun aku telah kalah. Aku harap Chillo bahagia :)
Aku pergi, meninggalkan semua kenangan pahit.
Aku pergi, membawa buah cintaku dengan Chillo.
Katakanlah aku pengecut, namun itulah aku.
Aku yang tak bisa mengatakan yang sejujurnya,
Aku yang tak bisa egois,
Aku yang telah terjebak bertahun-tahun, dalam cinta.
Selamat tinggal cinta... Ku bawa buah hati kita, berharap ia bisa mirip denganmu agar kenangan indah akan dirimu tetap bersamaku...Dibawah tulisan itu, terdapat foto tespack yang sudah terpakai, menunjukkan dua garis merah.
Chillo lemas, ia tak bisa berbuat apapun. Dunianya seakan-akan telah hancur.
Semua yang menatap Chillo saat itu akan merasakan pula bagaimana yang dirasakan Chillo. Miris.
Aren yang masih emosi pun terdiam, kini yang ada dihadapannya adalah seorang Chillo yang lemah.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope.
RomanceHidup itu simple, lahir-sekolah-kerja-menikah-punya keturunan-mati. Sesimple itu sebenernya. Tapi apa yang buat manusia hidup dengan emosi bermacam-macam? Kalau jatuh cinta itu coklat, seumur hidup gue nggak mau makan coklat -Nella Seneng-seneng it...