*BROOKE'S POV*
I still can't believe it. I kissed Cam last night. Spontaneously. Gue jadi malu sama dia, OMG. Mungkin dia kaget, atau ilfeel, atau dia ngambek gara-gara gue lancang. Hadeh.
Tiba-tiba iP gue bunyi, ada telfon dari Kak Cam. Duh, jangan-jangan dia mau marahin gue.
(otp)
"Hello."
"Hey, Brooke. It's Cam." katanya.
"Yeah. Ehm, what's up?" kata gue.
"Lol. I'm so happy today. Ehm, btw, you sound different. What's wrong?" tanyanya.
"What? No. I'm.. Ehm, I'm fine as usual." kata gue berusaha tenang.
"Really? Haha. Is it about last night?" godanya. Kampret, gue jadi malu.
"Ehm. Nope. I mean, ehm, ah nevermind." kata gue gajelas.
"Hahaha. It's okay, Brooke. I know what you feel and maybe I'll do the same thing if I were you." katanya. Gue blushing.
"Uh, yeah, haha, lol. I'm so sassy." kata gue.
"No, you're not. I like that." katanya lalu ketawa. Gue ketawa maksa.
"Aw c'mon. It's okay, Brooke."
"Uh, okay." kata gue. Tiba-tiba gue keinget. Gue liat jam, udah jam 6.40.
"OMG. I'm gonna late for Mrs. Vanessa's lesson." kata gue spontan. Gue langsung nutup mulut.
"Hahaha. Don't worry, cutie. Just come out. I'm standing in front of your house right now." katanya.
"What?!" gue kaget. Gue liat jendela, ternyata bener Kak Cam udah di depan rumah gue, nyender di pintu mobilnya. Gue buru-buru ambil tas lalu keluar.
"Heeeeeeey." sapanya sambil nyengir lebar. Gue masang muka datar.
"Dih, kok sadis gitu. Gajadi berangkat bareng nih." katanya lalu buka pintu mobil.
"Aaaaaah. Jaad." rengek gue. Dia malah ketawa.
"Hahahah. Becanda, Brooke. Aku gamau kamu dibakar idup-idup sama Mrs. Vanessa." katanya. Gue nonjok lengannya pelan. Dia ketawa lagi.
"Ah udah yuk, buru." katanya. Kita lalu berangkat.
[skip]
*JUSTIN'S POV*
Damn it. Gue gabisa ngehasut Cam buat jauh-jauh dari Brooke. Yang ada malah mereka makin deket sekarang. Gue gatau harus pake cara apa lagi.
"Tin." panggil Cam tiba-tiba.
"Eh, iya. Kenapa?" tanya gue.
"Hmm, keknya gue kalah deh." katanya.
"Kalah apaan?"
"Uh, keknya gue bakal traktir lo pizza." kata Cam. Gue keinget perjanjian kami.
"Maksud lo, lo suka sama Brooke?" tanya gue.
"Keknya iya deh. Gue gabisa berhenti mikirin dia." kata Cam. OMG, dia suka sama Brooke beneran. Apa yang gue bayangin jadi kenyataan.
"Lol. Congrats bruh." kata gue berusaha bersikap biasa.
"Haha. It's kinda weird." katanya.
"Lol. That's love." kata gue. Di satu sisi gue baper mikirin mantan gue, di sisi lain gue mikirin Cam & Brooke.
[skip]
*CAM'S POV*
Yeah, gue udah sadar kalo gue suka beneran sama Brooke. Gue ngga bisa bohong kalo gue semakin pengen deket sama dia dari hari ke hari. Gue udah ngaku ke Justin, dan gue rasa udah saatnya gue ngaku ke orangnya sendiri. Yep, she stole my heart, and my first kiss too. Lol.
Oh iya, turnamen udah semakin dekat. Tinggal tiga bulan sebelum gue se-team berangkat ke LA. Itu cepet banget menurut gue. Dan, Brooke juga semakin sering nemenin gue latihan. She's so adorable. Seumur-umur gue gapernah punya "temen" cewe yang sebaik dan sesetia itu. Godness, I feel blessed.
Btw, gue lagi nungguin Brooke dateng. Katanya dia mau nemenin gue latihan lagi abis dia selesai ngerjain tugas. Tapi tumben dia lama.
"Woy! Ngelamun aje. Kenape lo?" tanya temen se-team gue, Nash.
"Engga. Gapapa." kata gue biasa aja.
"Lo nungguin si itu ya? Anak kelas sepuluh. Siapa namanya?" tanyanya. Ebuset dia ngerti.
"Brooklyn." jawab gue.
"Nah iya itulah terserah. Iye kan?" tanyanya lagi.
"Eng-"
"Kak Cam?" tiba-tiba gue denger suara Brooke. Gue noleh, dia keknya abis lari-lari.
"Eh, hi Brooke." sapa gue. Akhirnya dateng juga.
"Uh, I'm sorry I'm late. I brought you this." katanya lalu nyodorin minum ke gue.
"Tadi antri, maaf ya." katanya. Gue melongo. Sumpah, dia baik banget.
"Suit suit. Tjieeeee. Romantis aned. Adudu, gue baper. Pacar gue gapernah gituin gue deh ah elah." kata Nash.
"Apaan sih? Biasa aja kali." kata gue ke Nash.
"Adududuh, kalian blushing bareng. Lol. OMG." katanya lagi. Gue nutup mulut Nash pake handuk lalu ngedorong-dorong dia pergi. Lmao.
"Uh, aku kira kamu gajadi dateng. Ehm, makasih banget loh, Brooke." kata gue malu. Gue udah suuzon sama dia. Lol.
"Iya sama-sama. Ehm, antriannya nyebelin." katanya.
"Uuu, kasian. Makasih yaa, kamu baik banget." kata gue lagi. Dia ngangguk lalu senyum. Sumpah, gue baper.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Late Now To Say Sorry? // Justin Bieber & Ariana Grande
Fanfictionyou'll never know the person you hate the most can be the person you love the most at the end