*CAM'S POV*
"Cam, kok si Nash, Aaron, Jack, Matt, sama Shawn teriak di depan stage sih?" tanya Justin.
"Bah, gue kira lo yang nyuruh mereka." kata gue bingung.
"Pfft. Ngapain juga gue nyuruh mereka maju sambil teriak "tembak-tembak" kek undur-undur kena rabies. Kurang kerjaan banget." semburnya.
"Heuh. Iya, iya, maapin napa, cuma salah sangka kok." kata gue. Justin diem lalu masuk kelas.
[skip]
"Eh, gue duluan ya, mau ke kelasnya Brooke." pamit gue ke Justin.
"Yep. Tiati nabrak semut." katanya.
"Pft."
"Eh, eh, Cam!" panggil Justin.
"Apa?" jawab gue.
"Jan lupa besok latihan, gue gamau disembur coach lagi. Bau tau jigongnya." kata Justin.
"Lmao, iye iye gampang. Bye." jawab gue lalu keluar kelas.
Baru jalan beberapa langkah gue pusing tiba-tiba. Gue terpaksa duduk di depan kelas orang. Sumpah, kepala gue sakit banget. Tangan gue lemes gabisa digerakin. Damn. Akhirnya gue cuma duduk diem di situ sampe tiba-tiba Justin dateng.
"Cam, katanya lo mau ke kelasnya Brooke. Gajadi?" tanyanya.
"T-tin. Kepala gue, Tin." kata gue.
"Hah?! Lo kenapa, Cam?" tanya Justin lalu jongkok di depan gue.
"Kepala gue sakit banget, Tin. Gue gapunya tenaga." kata gue.
"Lo harus ke rumah sakit." katanya.
"Jangan. Plis, jangan rumah sakit lagi. Gue gamau." kata gue.
"Udah, Cam. Gue anterin ke rumah sakit sekarang. Harus. Oke?" katanya lalu memapah gue. Akhirnya gue nurut karena kepala gue rasanya udah kek mau copot.
[skip]
"Gue gamau di sini lagi, Tin." kata gue setelah jarum infus dimasukin lagi ke tangan gue.
"Cam, lo gabisa nolak, ini buat kebaikan lo. Gue gamau sakit lo semakin parah. Gue masih butuh lo, Cam, sama halnya kek temen-temen, bokap nyokap lo, bahkan Brooke." katanya. Mom, Dad, Brooke, Justin. Oh Gosh, I don't wanna leave them.
"Please, don't tell them. Don't tell my parents and Brooke. I'm gonna ruin their feelings." minta gue.
"Yeah, I will. Believe me." kata Justin.
[skip]
*JUSTIN'S POV*
"Brooke! Brooke! Brooke, where are you?" kata-kata Cam ngagetin gue. Gue udah setengah tidur waktu dia ngigo untuk yang keempat kalinya sejak dia masuk rumah sakit dua hari yang lalu. Gue pikir, keknya lebih baik gue kasih tau Brooke kalo Cam dirawat lagi.
Paginya gue berangkat sekolah dan berniat nyari Brooke, tapi gue ngga ketemu dia sampe siang. Hal sama terjadi juga hari berikutnya. Akhirnya gue jengkel lalu nyamperin Brooke waktu jam pelajaran. Untungnya dia ada di kelas.
"Ehm, hi, Brooke. Uh, aku cuma mau kasih tau kalo Cam dirawat lagi di rumah sakit. Dia sempet down tiga hari yang lalu, tapi sekarang udah mendingan." kata gue cepet. Dia melongo.
"L-lagi?" tanyanya. Gue ngangguk.
"Uh, ehm, i-iya, makasih infonya, Kak." katanya.
"Iya, ehm, Brooke, nanti pulang sekolah ikut aku ke rumah sakit, ya? Uh, sebenernya dia ngelarang aku buat kasih tau kamu, tapi dia ngigoin kamu terus, aku kasian sama dia." kata gue jujur.
"Hmm, iya, Kak. Nanti aku ikut." katanya lalu senyum.
"Uh, ya udah. Makasih, ya. Lanjutin dulu pelajarannya." kata gue.
"Iya, Kak." katanya lalu masuk. Gue balik ke kelas.
Pulang sekolah, gue langsung ke rumah sakit sama Brooke. Di sana, Cam lagi tidur. Brooke pelan-pelan deketin Cam lalu nyentuh perban infus di tangan Cam.
"Uh, Brooke. Brooke." dia mulai ngigo lagi. Seakan tau kalo Brooke ada di situ.
"Hey, hey, I'm here." bisik Brooke sambil membelai rambut Cam. Anjrot, gue baper. Ngga berapa lama Cam bangun. Dia keknya kaget liat Brooke udah di depannya.
"Brooke?" katanya.
"Hey." jawab Brooke.
"K-kamu tau aku di sini?"
"Iya, Kak, Kakak aku cariin dari kemaren, ternyata Kakak di sini."
"Kok kamu tau?"
"Ehm, yeah, you know I'm a spy, right?" kata Brooke. Dia bohong demi gue. Gosh.
"But.."
"Hey, it's okay. I'm okay, and you're okay. Nothing's wrong." hibur Brooke.
"I'm sorry, Brooke."
"It's not your fault. Now, just go back to sleep. You really need a rest." kata Brooke.
[skip]
"Aah, aku gatau harus gimana." keluh gue waktu gue & Brooke lagi makan di sebuah restoran di deket rumah sakit.
"Udah, tenang aja, Kak. Nanti aku bakal buat Kak Cam percaya kalo aku tau sendiri dia dirawat. Lagipula, apa yang Kakak lakuin juga demi kebaikan Kak Cam." kata Brooke nenangin.
"Hmh. Dia takut kalo kamu sedih terus ikutan down." kata gue.
"Mmh, yaa, sedih itu pasti, tapi aku udah bukan anak kecil lagi yang selalu ngungkapin perasaannya tanpa mikir gimana perasaan orang lain. Aku bisa nutupin kesedihanku demi dia. Aku selalu berusaha jaga perasaan dia. Kak Justin gausah khawatir. Semuanya bakal baik-baik aja." kata Brooke. Satu lagi kedewasaan yang gue liat dari dia. Dan, ya, gue akui gue salah nilai dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Late Now To Say Sorry? // Justin Bieber & Ariana Grande
Fanficyou'll never know the person you hate the most can be the person you love the most at the end