*JUSTIN'S POV*
Gue cuma ketemu Kenneth 3 hari ini, Brooke masih gamau keluar kamar. Gue udah ngebujuk dia dari ngajakin makan taco sampe nonton film, dia tetep gamau.
"Gue gapernah liat dia sesedih ini, bahkan waktu patah hati pertamanya." kata Ken.
"Dia pernah pacaran sebelum ini?" tanya gue, cukup kaget.
"Iya. Ya gue ga terlalu paham sih, yang gue tau cuma dia pernah ditembak, waktu masih di Canada, abis itu ditinggalin, gatau kemana tu orang. Ngilang gitu aja kek hantu." katanya. Woah.
"Sakit, njir. Cowo sialan." kata gue.
"Iya, juga persis kek gini nih, dia gamau keluar kamar, cuma sehari sih. Malemnya dia minta makan. Lol." kata Ken. Gue ketawa.
"She's so funny." kata gue. Tiba-tiba gue ditimpuk pake bantal, Ken juga. Ternyata Brooke udah keluar kamar. Mukanya kusut.
"Kakak jahat ih ngomongin aib orang." rengeknya. Gue nyamperin dia.
"Uuu, laper ya? Sini makan sini." goda gue. Anjritnya gue ditimpuk lagi, kali ini pake boneka. Gatau deh, gue refleks meluk dia.
"Eh, lepasin. Lepasin." katanya.
"Kalo udah jinak baru gue lepasin." kata gue.
"Aku jinak, kampret." katanya. Akhirnya gue lepas.
"Yaudah, sana mandi, bau nih." kata gue.
"Gini-gini aku mandi tau. Au ah lap." katanya lalu balik, tapi gue pegang tangannya.
"Yaudah yaudah makan gih, ntar sakit lho." kata gue. Brooke geleng-geleng.
"Makan yaa, pliiiis." mohon gue. Dia menghela nafas terus balik ke kamar. Alhasil gue bawa makanannya ke kamarnya.
"A.. nih.. a.. amm.." gue suapin Brooke. Dia makan sambil cemberut, lmao. Gue jadi kek nyuapin si Jax kalo dia lagi ngambek.
"Hey, you know what, I won't go to Minnesota." kata gue.
"Why?" tanyanya kaget. Gue ngacak-acak rambutnya.
"Idk, our coach cancelled it." kata gue. Brooke cuma ber-hmm-ria.
"So it means that we can go somewhere together." kata gue berangan-angan.
"Uh, I'm not in a good mood right now." katanya.
"It's okay, we can go tomorrow, or next week, or whenever you can." kata gue.
"Hmm, okay. Thank's, Justin." katanya lalu senyum. Gue bales senyum.
"Noprob." kata gue.
[skip]
*BROOKE'S POV*
Gatau deh ya, J jadi baik aned sama gue. Mungkin cuma kasian sama cewe yang ditinggal mati pacarnya, pikir gue. Gue berusaha ngga baper-baper amat sama sikapnya, takut potek, lol.
Betewe, ga kerasa udah hampir sebulan Cam ninggalin kita semua, dan gue masih belum berani buka suratnya. Gue udah ga pengen nangis, rasanya udah kering air mata gue. Gaada yang bisa dikeluarin lagi.
Gue juga lagi pengen sendiri, gue udah 4 kali nolak ajakan Kak J buat jalan-jalan. Tiap hari gue cuma tidur, makan, jalan-jalan sendiri, pulang lagi, dan seterusnya.
Sore itu, waktu gue lagi di toko buku, tiba-tiba Kak Justin telfon, nadanya agak kesel. Gue jadi deg-degan.
(otp)
"Hello." sapa gue.
"Hey, Brooke." katanya sadis.
"Uh, yeah?" gue gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Too Late Now To Say Sorry? // Justin Bieber & Ariana Grande
Fanfictionyou'll never know the person you hate the most can be the person you love the most at the end