Part 8 : Bracelet

55.7K 2.9K 80
                                        

"Gak, kamu bohong...," ucap Ribka sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku serius, Flowy..."

"Gak ... gak mungkin." Ribka masih menggeleng-gelengkan kepalanya.

Arvio melepaskan cengkramannya dari tangan Ribka lalu menahan kepala Ribka yang terus menggeleng dengan kedua tangannya.

"Kamu ini....Gak pusing apa, geleng-geleng terus?" Arvio menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ribka itu.

"Kamu juga geleng-geleng," ucap Ribka dengan polosnya. Arvio menghentikan gelengan kepalanya setelah menyadari ia juga ikut melakukan hal yang sama.

"Hhh, itu karena ketularan kamu. Dengar ya, Flowy, aku sungguh-sungguh mencintaimu."

"Gak mungkin," potong Ribka. Arvio merasa gemas karena dari tadi Ribka membantah ucapannya. Dia tidak habis pikir dan rasanya ingin membelah kepala wanita itu untuk membenarkan jalan pikirannya.

"Apa yang gak mungkin sih??" tanya Arvio frustasi.

"Pokoknya gak mungkin, Ar!"

"Iya, tapi apa yang membuatmu berpikir aku gak mungkin mencintaimu? Jelaskan padaku!" ucap Arvio yang sudah geregetan.

"Aku gendut. Kamu gak mungkin suka sama perempuan kayak aku," gumam Ribka. Mendengar hal itu Arvio hanya tertawa.

"Hei! Kenapa kamu ketawa??" Ribka merasa jengkel ditertawakan oleh Arvio. Baginya tidak ada yang lucu.

"Kamu ... hahahaha....Aku kira kenapa, hahahaha....Sadar diri juga kalau kamu gendut? Terus itu semua mau kamu habisin sendiri??" tanya Arvio sambil menujuk ke arah pizza pesanan Ribka.

Ribka menatap Arvio dengan jengkel. Bisa-bisanya pria itu tertawa saat dia sedang serius. Arvio menyadari maksud tatapan Ribka, buru-buru menutup mulutnya. Wajahnya kini berubah serius dan memandang Ribka lekat.

"Ribka, aku serius dengan ucapanku. Aku mencintaimu apa adanya. Kamu membuatku mengenal apa itu cinta. Percaya sama aku. Aku cinta kamu, Rib. I love you...," ucap Arvio lembut.

"Tapi kenapa...?"

"Aku juga gak tahu. Sejak pertemuan kita hari itu kamu membuatku tertarik. Kamu membuatku lebih semangat di tempat baru ini. Kamu membuatku tidak kesepian. Kamu selalu membuatku happy. Kamu juga sudah merubah hidupku. Kamu mengajarkanku banyak hal."

"Tapi itu bukan cinta, Ar."

"Apakah jika aku takut kehilanganmu bukan cinta? Aku tidak suka kamu dekat dengan pria lain. Aku ingin kamu menjadi milikku satu-satunya. Aku ingin kamu mencintaiku dan hanya memperhatikanku. Aku mencintaimu, Ribka. Tidak pernah ada satu wanitapun yang pernah berada di posisimu saat ini. Kamu spesial di hatiku, Rib. Tidak pernah ada yang pernah berhasil masuk ke sini. Aku memang awalnya pesimis, saat kamu bilang kamu ingin menjadi yang pertama bagi pasanganmu. Tahukah kamu betapa hancurnya aku saat mendengar itu?"

Ribka hanya diam. Arvio menggenggam kedua tangannya.

"Aku punya masa lalu yang buruk, Ribka. Aku tahu aku tidak pantas mengharapkan cintamu. Aku gak bisa membuat impianmu menjadi kenyataan. Perkataanmu membuatku menyesali masa laluku. Bahkan saat kedua orangtuaku sedih saat mengetahui masa laluku aku tidak merasakan perasaan seperti ini. Tapi disaat kamu mengatakan bahwa kamu ingin menjadi yang pertama, kamu membuatku menyesali kebodohanku. Menyesal karena aku sudah mengotori diriku dengan free sex. Aku sadar aku tidak pantas untukmu. Karena itu aku menunggu ... menunggu dan berdoa pada Tuhan agar ada sedikit celah untukku masuk ke dalam hatimu itu.

"Saat siang itu aku bertanya padamu mengenai posisiku di hatimu, kamu hanya menjawabnya dengan senyuman. Aku tahu bahwa kamu tidak ingin melukaiku. Kamu tidak mau membuatku kecewa saat kamu menolakku. Oleh karena itu, aku cukup puas dengan kedekatan kita selama ini. Walaupun ... tahukah kamu betapa aku ingin meneriakkan pada semua orang bahwa kamu hanya milikku. Posesif memang, tapi itulah aku. Aku gak mau milikku dibagi oleh orang lain. Aku terlalu kotor, Ribka. Masa laluku terlalu buruk. Kedua orangtuaku kecewa padaku. Tapi kamu memberi warna baru dalam hidupku. Saat kamu bercerita mengenai kehidupanmu, keluargamu, dan prinsipmu. Kamu membuatku terkagum."

Size of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang