"Halo...." Keheningan di antara mereka pecah saat ponsel Ribka berbunyi.
"...."
"Iya, Kak...." Arvio sesekali menoleh ke arah Ribka yang sedang berbicara dengan si penelepon.
"...."
"Aku gak tahu kalau bakal jadi begini...."
"....."
"Aku dalam perjalanan pulang."
"...."
"Hhh ... tapi aku musti kemana?"
"...."
"Iya, aku akan cari hotel atau penginapan."
"..."
"Iya, iya....Bye, Kak...." Ribka lalu memutuskan panggilan itu.
"Siapa?" tanya Arvio.
"Sahabatku, tapi udah kayak kakakku sendiri. Mungkin karena dulu sering bersama dan sangat dekat, kadang suka saling connect. Dia juga kenal dengan Kak Ronnie. Tadi tiba-tiba dia chat dan menanyakan kabarku, lalu kuceritakan kejadian tadi. Lalu dia menelepon," jelas Ribka.
"Oooh...."
"Ar, bisa gak kamu anterin aku ke kost untuk ambil baju, habis itu antar aku cari hotel dekat sana?"
"Kamu mau nginap di hotel?"
"Iya. Kak Anna menyuruhku untuk tidak tidur di kost malam ini. Takut kak Ronnie akan datang lagi. Kalau gak salah gak jauh dari kostku ad— Lho, kok belok? Kostku, kan lurus...." Ribka menatap Arvio bingung.
"Malam ini tidur di kamarku saja," ucap Arvio. Ribka berpikir sejenak.
"Gak usah, Ar. Aku gak mau merepotkan kamu."
"Kamu gak merepotkan kok. Lagipula besok juga kan kamu mau masakin aku. Jadi sekalian aja. Gak usah bulak-balik. Kamu juga gak perlu ambil baju lagi. Baju untukmu masih ada di lemari kamar."
Ribka menarik napas panjang.
"Kalau begitu kita ke supermarket 24 jam dulu. Sekalian drive thru makanan. Kita, kan, gak jadi makan tadi," ucapnya.
"Okay." Arvio langsung kembali membelokkan mobilnya menuju ke supermarket yang akan mereka datangi.
----------
"Kenyang!" seru Ribka setelah menghabiskan sebuah double whopper burger dan kentang goreng ukuran large.
"Aku suka melihatmu makan," ucap Arvio.
"Dasar aneh! Di mana-mana tuh, suka kalau lihat orang senyum atau melakukan apa gitu....Ini malah suka ngeliatin orang makan." Ribka meminum lemon tea miliknya.
"Kan masing-masing orang beda," ucap Arvio.
"Bodo, ah....Habiskan makananmu, habis itu mandi. Aku obati memar di wajahmu itu."
"Memar?" tanya Arvio bingung.
"Iya. Memangnya kamu tidak merasa tulang pipimu sakit? Lebih baik cepat mandi jadi langsung aku obati.Aku juga mau mandi dulu." Ribka lalu berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
"Pantas kasir di supermarket tadi terus memperhatikanku." Arvio kembali menggigit burgernya.
"Dia melihatmu terus karena terpesona. Memangnya kamu gak sadar kalau setiap kamu keluar banyak perempuan yang melihatmu seolah kamu itu maha karya?" ucap Ribka sinis.
"Cemburu?" goda Arvio. "Gimana kalau kita mandi bareng aja? Kapan lagi kamu bisa mandi bareng sama maha karya?"
Ribka diam mematung. Ia berpikir sejenak. Perlahan Ribka berjalan ke arah Arvio dengan sexy. Arvio yang sedang meminum cola-nya terbatuk-batuk melihat tingkah Ribka.
![](https://img.wattpad.com/cover/52672757-288-k651255.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Size of Love
RomanceRibka Deviano seorang gadis berumur 24 tahun yang memiliki tubuh ekstra. Dengan tinggi 160 cm dan berat badan 90kg, ia tetap percaya diri. Tiga prinsip yang ia pegang di dalam hidupnya: 1. My first boyfriend=my last boyfrien...