Sebuah Quotes mengatakan: 'A strong woman is one who is able to smile this morning like she wasn't crying last night'. Dan itulah yang dilakukan oleh Ribka. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa ia sudah menangis berjam-jam di kamar mandi. Ribka menutupi semua itu secara sempurna, termasuk dengan wajahnya.
"Tumben kamu dandan di rumah, Flowy?"Tanya George yang baru saja pulang dan disambut oleh Ribka.
"Why? Kamu gak suka aku dandan?" Tanya Ribka sambil memasang senyumnya.
"No! Aku suka baik kamu dandan atau tidak." George lalu merangkul Ribka untuk masuk ke dalam.
"Tapi aku lebih suka melihat wajahmu yang merona." Bisik George di telinga Ribka. Ribka hanya membalasnya dengan senyuman sambil mengecup pipi George.
"Oh iya, tadi mommy pergi. Katanya hari ini mommy dan daddy dinner di luar karena menghadiri pesta salah satu rekan kerja daddy. Jadi kata mommy tidak perlu menunggu mereka untuk makan. Kamu mau makan dulu atau mandi dulu?"
George tersenyum mendengar ucapan Ribka.
"Hei..Kok malah senyum-senyum sih?? Bukannya jawab pertanyaanku..."
"Iya..iya, Flowy...Aku cuma bahagia aja. Jadi ini yang dirasakan daddy selama ini. Ternyata menyenangkan disambut oleh wanita yang kita cintai saat pulang kerja, apalagi diperhatikan dan dilayani seperti ini." George lalu memeluk Ribka, membuat Ribka terkejut.
"Thanks ya, Flowy...Aku sangat bahagia..sangat...Thank you kamu sudah hadir di dalam hidupku." Bisik George di telinga Ribka. Ucapan George itu sukses membuat air mata Ribka kembali mendesak keluar. Ribka langsung menghapus air matanya dan melepaskan pelukan George.
"Aku siapkan air untuk kamu mandi dulu." Ucap Ribka sambil langsung menuju ke kamar George tanpa sedikitpun melihat pria itu.
---------------
"Flowy...Flowy...Ribka!" Ribka tersadar dari lamunannya dan menoleh ke sumber suara itu. Terlihat orang yang memanggilnya tadi memandangnya khawatir. George menatap nanar saat pandangannya jatuh pada pisau yang sedang dipegang oleh Ribka. George langsung mengambil pisau itu dan meletakkannya. Jika Ribka terlambat tersadar dari lamunannya 1 detik saja, dijami ia sudah mengiris jarinya tanpa sadar.
"Kamu melamunin apa sih, Sayang?" Tanya George sambil menarik Ribka menjauhi meja dapur.
"Ah...nggak kok...Ta...tadi cuma...Cuma inget sama Kayla...Ya..Inget sama Kayla...Aku udah gak pulang 1 mingguan pasti Kayla khawatir banget. Apalagi aku gak kasih kabar sama dia." Bohong Ribka.
"Bener karena Kayla?" Selidik George.
"Bener, Bee...Memangnya kamu maunya aku mikirin siapa?? Mikirin kamu??" Goda Ribka membuat George tersenyum.
"Yah...Kalau bisa sih setiap saat cuma aku yang ada di pikiranmu itu." Ucap George sambil menujuk kening Ribka.
"Dasar....Udah sana. Aku mau lanjut masaknya." Usir Ribka.
"Biarin pelayan aja yang masak, Flowy..Nanti kalau kamu melamun dan jarimu teriris beneran gimana??" Cegah George.
"Nggak kok..Tenang aja...Udah jangan ganggu." Ribka mendorong tubuh George.
"Suruh pelayan aja, Flowy...Kamu mending temenin aku."
"Nanti aja ya. Aku masak dulu. Nanti Syna dan Freya keburu lapar." Tolak Ribka.
"Hhhh...Baiklah..." George mengalah dan keluar dari dapur.
----------
"Wuah!! Ini kak Ribka yang masak semua?" Tanya Syna heboh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Size of Love
RomanceRibka Deviano seorang gadis berumur 24 tahun yang memiliki tubuh ekstra. Dengan tinggi 160 cm dan berat badan 90kg, ia tetap percaya diri. Tiga prinsip yang ia pegang di dalam hidupnya: 1. My first boyfriend=my last boyfrien...